Analisis data penelitian kualitatif
seharusnya dimulai pada awal
penelitian. Ketika seseorang
melakukan penelitian, maka di saat itu
pula ia (peneliti) akan berhadapan
dengan data-data baik data-data dari
teks atau dokumen, melalui catatancatatan observasi ataupun melalui
wawancara. Pada saat yang sama,
peneliti akan membaca data-data
tersebut (mungkin berkali-kali) yang
selanjutnya akan memberikan makna
terhadap data yang dibaca tersebut.
Analisis data di awal penelitian akan
memudahkan peneliti dalam
menerapkan strategi yang akan
digunakan dalam mengumpulkan datadata atau informasi baru selanjutnya.
Mengingat peneliti akan melakukan
pengumpulan data melalui wawancara
dengan informan lain, maka analisis
data yang dilakukan lebih awal akan
menjadi panduan peneliti dalam
menggali informasi dari informan.
Setelah mengumpulkan data
melalui wawancara dan observasi,
maka hal yang pertama dihadapi oleh
seorang peneliti adalah berhadapan
dengan data-data penelitian. Data-data
tersebut membutuhkan
pengorganisasian yang kemudian
disebut sebagai analisis data.
Altinay
dan Paraskevas (2008: 167)
mengemukakan “qualitative data
analysis is the conceptual interpretation of the dataset as a
whole, using specific analytic
strategies to convert the raw data into
a logical description and explanation
of the phenomenon under study”.
Analisis data kualitatif adalah
intepretasi konsep dari keseluruhan
data yang ada dengan menggunakan
strategi analitik yang bertujuan untuk
mengubah atau menerjemahkan data
mentah ke dalam bentuk uraian atau
deskripsi dan eksplanasi dari fenomena
yang sedang diteliti dan dipelajari.
Dalam penelitian kualitatif,
analisis data merupakan proses yang
berkelanjutan yang dilakukan oleh
peneliti dengan fokus pada data-data
yang telah dikumpulkan (Bryman,
2012; Dey, 1993; Ritchie, Spencer dan
O‟Connor, 2003; Sarantakos, 1993).
Proses yang berlangsung secara terus
menerus ini menuntut peneliti
mengorganisasikan data-data yang
telah diperoleh sehingga data-data
tersebut menjadi jelas, dapat dipahami
dan memberikan makna. Dalam
implementasinya, analisis data
kualitatif dilakukan melalui tiga tahap
atau proses yakni reduksi data (data
reduction), pengorganisasian
(organisation), dan interpretasi data
(interpretation) (Fielding dan Fielding,
2008; Sarantakos, 1993).
Reduksi data diartikan sebagai
suatu proses mengidentifikasi data
mentah (raw data) yang telah
diperoleh dengan melakukan langkah
summary, pengkodean (coding) dan
kategorisasi (categorising).
Pengorganisasian diartikan sebagai
proses mengumpulkan atau
menyatukan informasi data yang
dihasilkan dari identifikasi awal
(proses reduksi data). Hasil analisis
dari langkah reduksi data dan
pengorganisasian tersebut selanjutnya
dilakukan interpretasi data. Interpretasi
data ini sangat penting untuk
menghasilkan kesimpulan berdasarkan
pertanyaan penelitian. Pemahaman
informasi, teori, dan keilmuan
(pengetahuan) peneliti perihal isu atau
topik yang sedang diteliti berperan
penting dalam proses interpretasi data.
Mannan (2000) juga berpendapat
bahwa proses analisis data kualitatif
dilakukan dengan melakukan prinsip
atau langkah yakni familiarisasi data
(familiarisation with data),
mengorganisir data (organising data),
menyajikan data (displaying data),
membuat atau menarik kesimpulan
(drawing conclusions), melakukan
verifikasi atau pengecekan
(verification/checking) dan
menghubungkan teori (linking theory).
Analisis data kualitatif memiliki
jenis-jenis atau pendekatan tergantung
pemilihan peneliti dalam
menggunakan jenis analisis data yang
tentunya disesuaikan dengan
metodologi dan tujuan penelitian.
Menurut Liamputtong (2009), terdapat
beberapa pendekatan yang dapat
digunakan dalam menganalisis data
kualitatif yakni analisis tematik
(thematic analysis), analisis naratif
(narrative analysis), analisis
percakapan atau ujaran (discourse
analysis), dan analisis semiotik
(semiotic analysis).
Terdapat juga pendekatan lain
yang dapat digunakan dalam
menganalisis data kualitatif, misalnya
analisis isi (content analysis), dan teori
grounded (grounded theory).
Ritchie dan Lewis (2003) secara khusus
mengklasifikasikan analisis data
kualitatif ke dalam beberapa bentuk
atau pendekatan analisis yakni analisis
atau pendekatan etnografi
(ethnographic account), sejarah hidup
(life histories), narrative analysis,
content analysis,conversation analysis,
discourse analysis, induksi analitik
atau analisis yang bersifat induktif
(analytic induction), grounded theory,
dan analisis evaluasi dan kebijakan
(policy and evaluation analysis).
Istilah-istilah analisis data
kualitatif tersebut tentunya memiliki
ciri khas tersendiri baik dari segi
proses atau tahap analisisnya maupun
dari segi teknik analisisnya. Dalam hal
ini, penulis berpendapat bahwa
thematic analysis merupakan
pendekatan yang paling banyak
digunakan oleh peneliti kualitatif.
Karenanya, peneliti akan
memfokuskan pada bagaimana
langkah-langkah melakukan thematic
analysis. Pada umumnya, gambaran
analisis data kualitatif terlihat pada
thematic analysis. Dengan kata lain,
ketika peneliti kualitatif telah mampu
melaksanakan proses dan tahap
thematic analysis, maka analisis data
kualitatif lainnya akan mampu
dilaksanakan oleh peneliti.
Thematic analysis atau biasa
juga disebut dengan istilah analisis
tematik interpretatif diartikan sebagai
suatu metode dengan mengidentifikasi,
menganalisis dan melaporkan tematema atau pola-pola yang terdapat
dalam data
Menurut Liamputtong
(2009), terdapat dua langkah utama
yang harus dilakukan dalam thematic
analysis. Pertama, peneliti membaca
secara keseluruhan isi atau transkrip
wawancara dan mencoba memberikan
makna dari data transkrip tersebut.
Dalam proses ini, peneliti
memerhatikan secara seksama isi
transkrip tersebut dan memberikan
makna dari apa yang disampaikan oleh
informan dalam konteks kolektifitas
sebagai kelompok masyarakat. Dalam
memahami isi transkrip tersebut,
peneliti perlu memerhatikan pola-pola
atau ide-ide yang berulang kali
disampaikan oleh informan.
Pada tulisan ini, penulis
menitikberatkan pada data wawancara
yang telah diperoleh melalui
wawancara (interview). Langkah awal
pada proses ini adalah peneliti
melakukan transkripsi wawancara.
Proses ini umumnya mengambil waktu
yang tidak sedikit mengingat data
transkripsi akan digunakan untuk
melakukan langkah pengkodean
(coding). Liamputtong berpendapat
bahwa data kualitatif secara umum
mengimplementasikan langah coding
dalam memahami makna atau polapola informasi yang ada pada data
kualitatif. Coding adalah proses
menelaah dan menguji data mentah
yang ada dengan melakukan
pemberian label (memberikan label)
dalam bentuk kata-kata, frase atau
kalimat.
Terdapat dua tahap dalam
langkah coding ini yakni pengkodean
awal (initial coding) atau pengkodean
terbuka (open coding) dan pengkodean
aksial (axial coding). Beberapa penulis
menambahkan pentingnya pengkodean
selektif (selective coding) dalam
melakukan analisis data selain initial
coding dan axial coding(lihatAuerbach
P3M Politeknik Pariwisata Makassar
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat ISSN 1979 - 7168
Jurnal Kepariwisataan, Volume 10, No. 01 Februari 2016, Halaman 59 - 74
67
dan Silverstein, 2003; Barbie, 2007;
Blaikie, 2010; Hesse-Biber, 2010;
Hesse-Biber dan Leavy, 2011). Initial
coding diartikan sebagai pemberian
makna atau label dalam bentuk katakata atau frase sesuai dengan data yang
ada (misalnya pada data transkripsi).
Axial coding diartikan sebagai langkah
atau tahap kelanjutan dari open coding
dengan cara menciptakan tema-tema
atau kategori-kategori yang didasarkan
pada kata-kata atau frase yang
dihasilkan dari open coding.
Dalam melakukan coding,
peneliti dapat menempuh berbagai cara
atau pendekatan, misalnya dengan
memanfaatkan feature new comment
pada program microsoft office word,
membuat kata-kata secara manual pada
data transkripsi atau dengan
menuliskan data transkripsi tersebut
pada program microsoft office word
dengan spasi 2 (dua), mencetak dan
membuat label berupa kata-kata atau
frase-frase singkat.
Perlu diingat
bahwa dalam melakukan coding,
peneliti senantiasa dituntun oleh
kerangka teoritis (teori) atau kerangka
konseptual (conceptual framework)
yang dijadikan landasan dalam
penelitian yang sedang dilakukan.
Banyaknya kode-kode, label ataupun
kata-kata yang dihasilkan dari coding
di atas menuntun peneliti untuk kreatif
dan intuitif dalam membuat tema-tema
(themes) dan kategori (categories)
sesuai dengan jenis label yang dibuat
pada initial coding.
Tema-tema yang telah dibuat
melalui proses coding di atas perlu
dikelompokkan dengan cara memilah
tema-tema tersebut dengan
memerhatikan prinsip hirarki, struktur
atau cakupan tema-tema. Dalam
membuat tema-tema dan kategori
ataupun konsep, peneliti harus mampu
memerhatikan keterkaitan atau koneksi
antara satu tema dengan tema lainnya.
Langkah berikutnya adalah
peneliti membuat atau menciptakan
konsep-konsep atau gagasan-gagasan
teoritis yang berkaitan dengan kode
dan tema-tema tersebut. Strategi yang
tepat dalam proses analisis data ini
adalah kemampuan peneliti
menghubungkan antara konsep-konsep
yang telah dibuat dengan mengaitkan
dengan teori-teori atau literaturliteratur yang telah ada. Dalam hal ini,
peneliti harus senantiasa mencari dan
melihat literatur yang telah ada yang
mungkin relevan dengan isu penelitian
yang sedang diteliti.
Mengingat coding adalah
langkah penting dalam analisis data
kualitatif, maka Liamputtong (2009
menyarankan beberapa tips praktis
yang perlu diperhatikan oleh peneliti.
Pertama, peneliti tidak perlu khawatir
dengan banyaknya kode-kode atau
label yang dibuat. Dalam praktiknya,
peneliti akan menemukan bahwa kodekode yang dibuat mungkin tidak
berkaitan atau sesuai dengan topik
penelitian, namun di sisi lain, kodekode tersebut mungkin bermanfaat
dalam konteks yang lain. Kedua,
peneliti dapat membuat kode-kode
atau label dengan cara yang kreatif dan
variatif. Karena itu, peneliti perlu
memerhatikan data-data penelitian
secara seksama dan memahami secara
mendalam data-data tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar