Diketahui adanya Kesejahteraan yang subjektif (subjective well-being) oleh ada atau tidaknya perasaan bahagia, dengan menilai lingkungan kerja yang menarik, menyenangkan dan penuh dengan tantangan dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa seseorang merasa bahagia dan dapat menunjukkan kinerja kerja yang optimal. Kebahagiaan di tempat kerja adalah bila seseorang merasa puas dengan pekerjaannya (Ariati, 2010). Menurut Diener, Scollon, dan Lucas (2003) penggunaan istilah subjective well-being (kesejateraan subjectif) untuk menggambarkan kebahagiaan. Subjective well-being merupakan suatu bentuk evaluasi atau penilaian mengenai kehidupan individu yang bersangkutan, subjective well-being terbagi atas beberapa komponen yang berhubungan, yaitu komponen afektif dan kognitif, komponen afektif terdiri lagi pada dua bagian yaitu afek positif dan negatif. Sedangkan pada komponen kognitif terdiri dari kepuasan hidup. Subjective well-being akan dipengaruhi beberapa faktor seperti harga diri, kontrol kesadaran, ekstrovert (sifat terbuka), optimis, hubungan positif, makna dan tujuan hidup. Dari faktor-faktor tersebut dapat diketahui tinggi rendahnya subjective well-being (kebahagiaan) dan kepuasan dalam kehidupan individu tersebut (Compton, dalam Indriana, 2012). Pekerjaan atau Peran yang dijalani oleh wanita karir dan ibu rumah tangga sudah tentu memiliki rasa kebahagiaan atau kesejahteraan yang subjektif serta kepuasan tersendiri bagi kedua belah pihak, setiap peran yang dijalani akan ada rasa nyaman, senang, bahagia dari emosi positif yang dialami.
Wanita bekerja atau karir adalah wanita dengan status menikah yang memiliki pekerjaan di luar rumah, namun memiliki tanggung jawab untuk mengurus keluarganya. Sedangkan ibu rumah tangga adalah wanita yang mempersembahkan waktunya untuk memelihara dan melatih anak-anak, mengasuh anak menurut pola yang dibenarkan oleh masyarakat sekitarnya. Sebagai orang tua yang memiliki kuasa penuh, wanita melayani kepuasan suami, dan anak-anak di rumah. Menurut Mappiare (1983) mengatakan dalam konsep perkembangan zaman dan moderat bahwa seorang ibu rumah tangga memiliki kesempatan untuk mendayagunakan dan kemampuan dan mengikuti keterampilan yang dapat menimbulkan kepuasan bagi diri sendiri namun tidak melupakan peran dan tugas pokoknya sebagai istri. Wanita karir dan ibu rumah tangga akan merasakan subjective well-being dalam peran yang dijalani dalam kehidupan rumah tangga. Misalnya pada wanita karir lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah, maka tidak semua peran yang dapat dijalaninya sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga. Begitu pula dengan ibu rumah tangga juga dapat merasakan terhambatnya peran yang dijalani dalam keseharian. Wanita karir lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah disebabkan adanya tuntutan dari pekerjaan, akan tetapi wanita karir mampu menyeimbangkan dalam bekerjanya dengan tanggung jawab sebagai ibu dan istri. Selain itu, wanita karir juga bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari pekerjaan yang akan membantu dan membantu perekonomi keluarga yang merupakan faktor yang dapat 14 meningkatkan kesejahteraan dalam bekerja. Berbeda halnya dengan ibu rumah tangga yang memiliki waktu lebih banyak dibandingkan wanita karir dikarenakan tidak ada kesibukan lain selain lebih focus mengurus keluarga. Namun, pada sisi lain menjadi ibu rumah tangga akan cenderung bergantung pada suami dalam hal pengaturan keuangan. Dari uraian di atas dalam peranan yang dirasakan oleh wanita karir dan ibu rumah tangga akan ada rasa memiliki subjective well-being dalam kehidupannya. Sebab dalam kehidupan itu akan ada ungkapan atau penilaian dari perasaan, perasaan itu bisa berupa kebahagiaan, kepuasan serta hal-hal positif lainnya.
Menurut Diener, Scollon, dan Lucas (2003) penggunaan istilah subjective well-being (kesejateraan subjectif) untuk menggambarkan kebahagiaan. Subjective well-being merupakan suatu bentuk evaluasi atau penilaian mengenai kehidupan individu yang bersangkutan, subjective well-being terbagi atas beberapa komponen yang berhubungan, yaitu komponen afektif dan kognitif, komponen afektif terdiri lagi pada dua bagian yaitu afek positif dan negatif. Sedangkan pada komponen kognitif terdiri dari kepuasan hidup. Sebagian orang kerja merupakan merupakan arah untuk menuju ke arah terpenuhinya kepuasan untuk memungkinkan terwujudnya kehidupan social. Kepuasan merupakan hal yang bersifat individu. Setiap individu yang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem yang berlaku pada dirinya 15 sendiri. Hal ini disebabkan atau dikarenakan adanya perbedaan pada setiap peran yang dijalani seperti halnya wanita karir dan ibu rumah tangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar