Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban dari manajemen kepada stakesholders perusahaan. Menurut Christiani dan
Nugrahanti (2014) komponen laporan yang
menjadi pusat perhatian dan dijadikan acuan
penilaian kinerja perusahaan adalah laba. Melihat
pentingnya informasi laba, maka laba menjadi
sasaran manipulasi oleh pihak manajemen agar
kinerja manajemen perusahaan terlihat baik.
Sesuai dengan perspektif oportunis bahwa manajemen laba merupakan perilaku oportunis manajer
untuk mengelabuhi investor dan memaksimalkan
kesejahteraannya karena manajer mendapatkan
informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan
pihak lain terutama investor (Sulistyanto, 2008).
Terdapat dua teknik dalam melakukan manipulasi laba, yaitu melalui aktivitas akrual dan
aktivitas riil. Manajemen laba melalui aktivitas
akrual adalah manipulasi laba yang dilakukan
melalui pencatatan-pencatatan akuntansi dengan
basis akrual, dimana pengakuan hak dan kewajiban perusahaan tidak melihat kapan kas perusahaan akan masuk atau keluar (Sulistyanto, 2008).
Misalnya pada saat perusahaan akan memperkecil laba, perusahaan akan menunda pengakuan
pendapatan periode berjalan menjadi pendapatan
periode berikutnya. Sedangkan manajemen laba
melalui aktivitas riil adalah tindakan yang dilakukan oleh manajer perusahaan yang menyimpang
dari praktik bisnis normal dengan melakukan
manipulasi di kegiatan operasional perusahaan
(Roychowdhury, 2006).
Menurut Roychowdhury
(2006), terdapat beberapa teknik dalam melakukan manajemen laba riil, yaitu:
1. Manipulasi Penjualan.
Manipulasi penjualan dapat dilakukan dengan
cara memberikan potongan harga dan persyaratan kredit yang lebih lunak agar dapat
meningkatkan target laba. Hal ini akan menimbulkan adanya peningkatan penjualan
yang berakibat pada peningkatan laba di perusahaan, namun arus kas perusahaan justru
akan mengalami penurunan karena arus kas
masuk perusahaan kecil yang disebabkan oleh
pemberian potongan harga dan syarat kredit
yang lunak yang telah diberikan oleh perusahaan. Sehingga manipulasi penjualan akan
mengakibatkan arus kas kegiatan operasi atau
cash flow operation (CFO) menurun dan lebih
rendah jika dibandingkan dengan level penjualan secara normal.
2. Overproduction (Produksi Secara Berlebihan).
Pada saat perusahaan melakukan produksi
terlalu banyak (overproduction), maka akan
menyebabkan biaya overhead tetap per unit
menjadi lebih kecil karena jumlah barang yang
diproduksi lebih banyak. Dengan melakukan
overproduction maka akan menurunkan cost of
goods sold (harga pokok penjualan).
3. Pengurangan Biaya Diskresioner
Pengurangan biaya diskresioner dapat dilakukan dengan mengurangi biaya penelitian dan
pengembangan, biaya iklan, dan biaya penjualan, biaya umum dan administrasi seperti pelatihan karyawan dan perjalanan dinas. Dengan
berkurangnya beban-beban tersebut maka laba
perusahaan akan meningkat, sehingga arus
kas periode berjalan akan meningkat namun
pada periode yang akan datang arus kas kegiatan operasi perusahaan akan menurun atau
lebih rendah dari periode sebelumnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar