Kinerja perusahaan tidak selalu sama dari
tahun ke tahun. Pada saat kinerja perusahaan
baik manajer (agen) akan mendapatkan insentif,
namun jika kinerja perusahaan buruk maka
manajer justru akan mendapatkan punishment.
Oleh karena itu, manajer akan selalu berusaha
untuk memenuhi target laba perusahaan salah
satunya dengan melakukan manajemen laba.
Hubungan politik dalam perusahaan seharusnya
dapat mengurangi tindakan manajemen laba yang
ada di perusahaan, dikarenakan perusahaan
mendapatkan pengawasan ketat dari publik,
media, maupun rekan partai politik (Chaney et al.,
2010 dan Braam et al., 2015). Namun antara
manajer (agen) dan pemegang saham (prinsipal)
sering kali terdapat perbedaan kepentingan atau
conflict of interest (Jensen dan Meckling, 1976),
manajer selalu ingin memenuhi target laba untuk
mendapatkan insentif atau dapat dikatakan ingin
memaksimalkan kesejahteraannya. Sedangkan
para pemegang saham berharap manajer dapat
mencapai target laba yang sebenarnya untuk
memaksimalkan nilai perusahaan, sehingga deviden atau keuntungan yang didapatkan oleh pemegang saham semakin banyak. Dengan kondisi
yang demikian, kemungkinan manajer akan
melakukan manajemen laba dan memilih metode
yang tidak mudah terdeteksi oleh publki maupun
rekan politik, salah satunya dengan manajemen
laba melalui aktivitas riil.
Braam et al. (2015) menyatakan bahwa pada
saat perusahaan mempunyai hubungan politik
akan memilih melakukan manajemen laba riil
dibandingkan dengan manajemen laba akrual. Hal
ini dikarenakan perusahaan tidak ingin kehilangan reputasi dan menjaga hak-hak istimewa atas
hubungan politik yang telah terjalin, seperti mendapatkan kemudahan terkait alokasi modal dari
pemerintah, pengadaan kontrak dengan pemerintah dan peluang bisnis lainnya. Fisman (2001)
dalam Braam et al. (2015) mengatakan jika
perusahaan yang memiliki hubungan politik maka
akan mempengaruhi alokasi modal dan menambah peluang bisnis yang lebih baik. Goldman et al.
(2010) menunjukkan bahwa perusahaan di Amerika Serikat yang memiliki hubungan politik
dengan partai yang sedang berkuasa akan mendapatkan alokasi pengadaan kontrak. Walaupun
sistem hukum pemerintah Amerika Serikat cukup
kuat, ternyata hubungan politik masih mempunyai dampak terhadap alokasi sumber daya pemerintah.
Begitu pula dengan Faccio et al. (2006)
dalam Braam et al. (2015) yang menunjukkan jika
perusahaan yang memiliki hubungan politik lebih
mudah mendapatkan dana talangan (bailouts)
dari pemerintah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki hubungan politik.
Selain itu, baik atau tidaknya reputasi suatu
perusahaan dapat dilihat dari kinerja perusahaan
dan biasanya diukur dari laba yang dihasilkan
oleh perusahaan (Christiani dan Nugrahanti,
2014). Braam et al. (2015) menunjukkan jika
perusahaan tidak mampu mempertahankan reputasi perusahaan dengan baik, maka perusahaan
akan kehilangan hak istimewa dari hubungan
politik yang telah terjalin. Rekan politik akan
mempertimbangkan laba yang mencerminkan
reputasi perusahaan sebelum memberikan hak
istimewa kepada perusahaan. Hal ini yang mengakibatkan perusahaan akan melakukan berbagai
macam tindakan untuk mempertahankan reputasinya. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki hubungan politik cenderung akan melakukan manajemen laba riil dibandingkan manajemen laba akrual untuk memenuhi laba yang
telah ditargetkan, karena manajemen laba riil
tidak mudah terdeteksi oleh oleh publik maupun
rekan politik dibandingkan dengan manajemenlaba akrual (Braam et al., 2015).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar