Terbentuknya harga diri menurut Coopersmith dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: a. Latar belakang social Latar belakang sosial meliputi :
1) Kelas Sosial
Kelas social merupakan aspek yang berhubungan dengan status social ekonomi. Kelas sosial umum klasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu kelas atas, kelas menengah, kelas bawah. Tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga akan menempatkan individu dalam kedudukan kelas social tertentu dalam masyarakat yang kemudian akan mempengaruhi harga diri seseorang. Orang tua yang berada pada kelas social atas akan mempengaruhi terbentuknya harga diri yang tinggi pada anak. Anak akan merasa bangga dan merasa dirinya berharga karena
kebutuhannya selalu terpenuhi dan bisa menikmati fasilitas yang dimiliki orang tuanya. Anaknya yang berasal dari kelas social menengah mempunyai harga diri yang menengah pula. Hal ini disebabkan orang tua dapat memberikan kebutuhan anak secukupnya beranggapan dirinya tidak berharga dibanding teman-temanya yang lain.
2) Agama
Agama sebagai kepercayaan ritual terorganisasi secara social dan diberlakukan oleh anggota masyarakat. Setiap agama memiliki jumlah pemeluk dan nilai-nilai yang berbeda dengan agama lainnya. Hal tersebut berpengaruh pada harga diri seseorang. Anak yang berasal dari agama yang berbeda dengan mereka yang agamanya dianut oleh kaum minoritas. Demikian pula dengan ketaatan seseorang terhadap nilai-nilai agama yang dianutnya membuat dirinya memiliki rasa bangga dan bahagia. Perasaan bangga ini membuat individu memiliki harga diri yang tinggi.
3) Riwayat pekerjaan orangtua
Orangtua yang memiliki pekerjaan tetap dan dapat meraih prestasi dalam pekerjaannya akan memberikan rasa aman dan bangga pada diri anak. Keadaan seperti membuat anak menilai dirinya secara positif. Sebaliknya, orangtua yang pekerjaannya, bahkan pernah 30 dipecat pada suatu jabatan tertentu, akan berdampak pada diri anak dan akibatnya dan mempengaruhi cara peniliain anak terhadap dirinya sendiri. Anak akan merasa malu, tidak memiliki harga diri, dan tidak berguna baik dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Hal ini dapat mengakibatkan anak memiliki harga diri yang rendah.
b. Karakteristik pengasuha
n Karakteristik pengasuhan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Harga diri dan stabilitas ibu Hubungan emosioanl antara ibu dan anak biasanya sangat dekat sehingga apa yang dirasakan oleh ibu akan dilihat dan dihayati oleh anak dan akhirnya akan mempengaruhi kepribadian anak termasuk harga dirinya. Demikian pula dengan stabilitas emosional ibu akan tercermin pada diri anak. Ibu yang memiliki emosi yang stabil biasanya tenang sehingga tidak menyebabkan anak merasa bingung. Sebaliknya, ibu yang memiliki harga diri dan pribadi yang tidak stabil akan tercermin pula pada diri anak. Anak akan memandang dirinya sebagai orang yang sama seperti apa yang dialami oleh ibunya sehingga anak tidak bisa menilai secara positif akan dirinya sendiri.
2) Nilai- nilai pengasuhan
Menerapkan nilai-nilai yang positif pada anak perlu dilakukan oleh orang tua. Dalam proses sosialisasi terkandang anak memiliki sikap atau pendirian yang bertentangan dengan ketentuan social, maka dari itu orang tua dituntut untuk meluruskan kembali perilaku anak yang kurang tetap tersebut. Bila orang tua gagal menangani perilaku, maka orang tua dianggap telah gagal dalam mengembangkan harga diri yang tinggi pada diri anak mereka.
3) Riwayat perkawinan
Remaja yang berasal dari keluarga yang kacau biasanya lebih banyak mengalami kesulitan dalam hubungan social daripada remaja yang berasal dari keluarga yang utuh. Keadaan orang tua yang seperti itu menyebabkan sulit bagi anak menerima kenyataan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada harga diri remaja itu sendiri. Anak akan merasa malu, bingung dan takut terhadap masa depan dan kehidupannya karena kehilangan percaya diri. Perkawinan kembali dari orang tua juga akan berakibat harga diri rendah pada anak. Coopersmith mengemukakan bahwa anak-anak yang berasal dari orang tua tiri dan orang tua wali akan memiliki harga diri yang rendah.
4) Perilaku peran pengasuhan
Anak yang memiliki harga diri yang tinggi biasanya berasal dari ayah dan ibu yang berperan sama dalam mengasuh anak-anaknya. Perbedaan peran antara ayah dan ibu dalam mengasuh anak menyebabkan anak menjadi bingung tidak tahu mana yang harus didengar atau dipatuhi, apakah ayah atau ibu. Demikian pula halnya dengan orang tua yang tidak dapat melakukan perannya sebagai orang tua bagi anak-anaknya. Keadaan seperti ini mempengaruhi perkembangan pribadi anak dan menyebababkan terbentuknya harga diri yang rendah pada diri anak.
5) Peran pengasuhan ayah
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh cooperstmith pada ibu dan anak bahwa kelompok anak memiliki harga diri positif dari ayah yang memilki hubungan lebih dekat dan hangat dengan anakanaknya. Hal ini disebabkan karena anak-anaknya merasa bahwa dirinya dihargai dan dilindungi dengan penuh kehangatan sehingga perasaan seperti ini membuat dirinya bangga dan memiliki harga diri yang positif.
6) Interaksi ayah dan ibu
Pola interaksi antara ayah dan ibu yang kasar dan keras diharapkan anak-anaknya akan terbaca oleh anaknya dan membuat mereka merasa tidak nyaman, tegang, takut dan tidak memiliki rasa percaya diri. Hal ini akan berakibat pada terbentuknya harga diri yang rendah pada diri anak. Anak- anak dengan harga diri yang tinggi jarang sekali menyaksikan dan merasakan ketegangan antara ayah dan ibunya.
c. Karakteristik Subjek
Adapun karakteristik subjek meliputi beberapa hal sebagai berikut:
1) Atribut fisik
Permasalahan yang sering dialami remaja adalah artibut fisik. Postur tubuh yang dinilai kurang ideal oleh orang lain maupun diri sendiri terkadang menyebabkan remaja malu untuk berhubungan dengan orang lain, tidak percaya diri cenderung menjadi pendiam dan malas bergaul. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi kepribadiannya termasuk harga dirinya, mereka akan menilai dirinya sebagai orang yang tidak memiliki harga diri yang positif
2) Kemampuan umum Intelegensi atau kemampuan umum dapat mempengaruhi harga diri seseorang. Bila individu memiliki gambaran yang pasti tentang dirinya sebagai orang yang mampu menghadapi tantangan baru, memiliki rasa percaya diri, harga diri serta tidak putus asa apabila mengahadapi kegagalan. Individu seperti ini dapat digolongkan sebagai orang yang memiliki harga diri tinggi. Sebaliknya orang yang mempunyai kemampuan umum di bawah rata-rata akan memandang dirinya sebagai orang tidak berharga atau tidak berguna baik dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Dia selalu merasa takut menghadapi tantangan yang baru, tidak aktif dan cepat putus asa dalam menghadapi kesulitan. Individu seperti ini adalah orang yang mempunyai harga diri yang rendah.
3) Pernyataan sikap
Seseorang yang menilai dan menyatakan dirinya sebagai orang yang tidak mampu melakukan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, maka ia akan mengembangkan perasaan tak bernilai dan sering merasa sedih, depresi, malas dan murung. Keadaan seperti ini akan berpengaruh pada terbentuknya harga diri yang negative.
4) Masalah dan penyakit
Menurut coopersmith orang yang harga dirinya cenderung rendah sering mengalami gejala seperti: penyakit menular, penyakit turunan, menurunya nafsu makan dan gelisah daripada orang yang termsuk dalam kategori harga diri yang tinggi. Hal ini disebabkan karena individu secara terus menerus merasa bahwa penyakit yang dialaminya sebagai masalah yang serius. Dengan demikian ia akan mengembangkan perasaan terhadap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
5) Nilai-nilai diri
Setiap orang menginginkan penilain positif terhadap dirinya, akan tetapi dalam kehidupan social pada umumnya tidak semua orang selalu dapat memberikan penilaian yang positif terhadap dirinya sendiri. Hal ini disebabkan adanya perbedaan individu. Individu yang selalu memandang dirinya sebagai orang yang lebih atau sama dengan orang lain cenderung dapat mengembangkan harga dirinya yang positif dalam dirinya.
6) Aspirasi
Hal yang berhubungan dengan inspirasi adalah keberhasilan. Istilah keberhasilan memiliki makna yang berbeda untuk setiap orang. Rasa tidak berhasil dari usahanya dapat menimbulkan kekecawaan dan merasa dirinya sebagai orang yang tidak akan pernah berhasil karena memiliki kemampuan dan tidak berguna bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
d. Riwayat Awal dan pengalaman
Factor ini meliputi beberapa hal diantaranya:
1) Ukuran dan posisi dalam keluarga
Anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik dari tiga orang anak akan terjadi persaingan antara saudara untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tuanya. Selain itu, posisi dalam keluarga juga memberikan pengaruh penting dalam pengalaman social anak.
2) Cara memberi makna (feeding practices)
Anak yang berasal dari keluarga yang tidak memperhatikan kebutuhan makanan berpengaruh pada perkembangan anak dan perkembangan harga dirinya karena anak merasa anak tidak aman.
3) Masalah dan trauma pada masa anak-anak
Pengalaman pahit dan peristiwa menakutkan yang pernah dialami sejak masa anak-anak dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian termasuk harga diri anak itu sendiri. Pengalaman seperti itu akan membekas dalam waktu yang lama dan sulit untuk membuangnya dan menyebabkan dirinya merasa kehilangan rasa percaya diri. Kehilangan rasa percaya diri ini akan meyebabkan terbentuknya harga diri yang rendah.
4) Hubungan social awal
Keluarga merupakan unit social pertama dan utama yang dijumpai anak dalam hidupnya. Dari keluarga anak mengenal konsep diri, peranan yang harus diperankan sesuai dengan jenis kelaminnya, keterampilan intelektual maupun social. Dengan demikian hubungan social yang baik diantara anggota keluarga memberikan rasa aman dan berpengaruh pada terbentuknya harga diri yang tinggi pada diri anak.
e. Hubungan orang tua- Anak
Hubungan orang tua dengan anak merupakan faktor mendasar yang mempengaruhi perkembangan anak, termasuk harga dirinya. Studi yang dilakukan coopersmith lebih menekankan pola asuh orang tua yaitu sikap dan perilaku orang tua yang cenderung otoriter menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri terhadap kemampuannya sendiri. Poal asuh yang permisif ditandai dengan supervisi yang longgar dan bimbingan yang minim terhadap anak yang menjadi individu yang kurang dapat menghargai orang lain, emosi yang tidak stabil dan control social yang kurang. Ini yang menyebabkan anak tergolong memiliki harga diri yang rendah
1) Kelas Sosial
Kelas social merupakan aspek yang berhubungan dengan status social ekonomi. Kelas sosial umum klasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu kelas atas, kelas menengah, kelas bawah. Tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga akan menempatkan individu dalam kedudukan kelas social tertentu dalam masyarakat yang kemudian akan mempengaruhi harga diri seseorang. Orang tua yang berada pada kelas social atas akan mempengaruhi terbentuknya harga diri yang tinggi pada anak. Anak akan merasa bangga dan merasa dirinya berharga karena
kebutuhannya selalu terpenuhi dan bisa menikmati fasilitas yang dimiliki orang tuanya. Anaknya yang berasal dari kelas social menengah mempunyai harga diri yang menengah pula. Hal ini disebabkan orang tua dapat memberikan kebutuhan anak secukupnya beranggapan dirinya tidak berharga dibanding teman-temanya yang lain.
2) Agama
Agama sebagai kepercayaan ritual terorganisasi secara social dan diberlakukan oleh anggota masyarakat. Setiap agama memiliki jumlah pemeluk dan nilai-nilai yang berbeda dengan agama lainnya. Hal tersebut berpengaruh pada harga diri seseorang. Anak yang berasal dari agama yang berbeda dengan mereka yang agamanya dianut oleh kaum minoritas. Demikian pula dengan ketaatan seseorang terhadap nilai-nilai agama yang dianutnya membuat dirinya memiliki rasa bangga dan bahagia. Perasaan bangga ini membuat individu memiliki harga diri yang tinggi.
3) Riwayat pekerjaan orangtua
Orangtua yang memiliki pekerjaan tetap dan dapat meraih prestasi dalam pekerjaannya akan memberikan rasa aman dan bangga pada diri anak. Keadaan seperti membuat anak menilai dirinya secara positif. Sebaliknya, orangtua yang pekerjaannya, bahkan pernah 30 dipecat pada suatu jabatan tertentu, akan berdampak pada diri anak dan akibatnya dan mempengaruhi cara peniliain anak terhadap dirinya sendiri. Anak akan merasa malu, tidak memiliki harga diri, dan tidak berguna baik dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Hal ini dapat mengakibatkan anak memiliki harga diri yang rendah.
b. Karakteristik pengasuha
n Karakteristik pengasuhan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Harga diri dan stabilitas ibu Hubungan emosioanl antara ibu dan anak biasanya sangat dekat sehingga apa yang dirasakan oleh ibu akan dilihat dan dihayati oleh anak dan akhirnya akan mempengaruhi kepribadian anak termasuk harga dirinya. Demikian pula dengan stabilitas emosional ibu akan tercermin pada diri anak. Ibu yang memiliki emosi yang stabil biasanya tenang sehingga tidak menyebabkan anak merasa bingung. Sebaliknya, ibu yang memiliki harga diri dan pribadi yang tidak stabil akan tercermin pula pada diri anak. Anak akan memandang dirinya sebagai orang yang sama seperti apa yang dialami oleh ibunya sehingga anak tidak bisa menilai secara positif akan dirinya sendiri.
2) Nilai- nilai pengasuhan
Menerapkan nilai-nilai yang positif pada anak perlu dilakukan oleh orang tua. Dalam proses sosialisasi terkandang anak memiliki sikap atau pendirian yang bertentangan dengan ketentuan social, maka dari itu orang tua dituntut untuk meluruskan kembali perilaku anak yang kurang tetap tersebut. Bila orang tua gagal menangani perilaku, maka orang tua dianggap telah gagal dalam mengembangkan harga diri yang tinggi pada diri anak mereka.
3) Riwayat perkawinan
Remaja yang berasal dari keluarga yang kacau biasanya lebih banyak mengalami kesulitan dalam hubungan social daripada remaja yang berasal dari keluarga yang utuh. Keadaan orang tua yang seperti itu menyebabkan sulit bagi anak menerima kenyataan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada harga diri remaja itu sendiri. Anak akan merasa malu, bingung dan takut terhadap masa depan dan kehidupannya karena kehilangan percaya diri. Perkawinan kembali dari orang tua juga akan berakibat harga diri rendah pada anak. Coopersmith mengemukakan bahwa anak-anak yang berasal dari orang tua tiri dan orang tua wali akan memiliki harga diri yang rendah.
4) Perilaku peran pengasuhan
Anak yang memiliki harga diri yang tinggi biasanya berasal dari ayah dan ibu yang berperan sama dalam mengasuh anak-anaknya. Perbedaan peran antara ayah dan ibu dalam mengasuh anak menyebabkan anak menjadi bingung tidak tahu mana yang harus didengar atau dipatuhi, apakah ayah atau ibu. Demikian pula halnya dengan orang tua yang tidak dapat melakukan perannya sebagai orang tua bagi anak-anaknya. Keadaan seperti ini mempengaruhi perkembangan pribadi anak dan menyebababkan terbentuknya harga diri yang rendah pada diri anak.
5) Peran pengasuhan ayah
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh cooperstmith pada ibu dan anak bahwa kelompok anak memiliki harga diri positif dari ayah yang memilki hubungan lebih dekat dan hangat dengan anakanaknya. Hal ini disebabkan karena anak-anaknya merasa bahwa dirinya dihargai dan dilindungi dengan penuh kehangatan sehingga perasaan seperti ini membuat dirinya bangga dan memiliki harga diri yang positif.
6) Interaksi ayah dan ibu
Pola interaksi antara ayah dan ibu yang kasar dan keras diharapkan anak-anaknya akan terbaca oleh anaknya dan membuat mereka merasa tidak nyaman, tegang, takut dan tidak memiliki rasa percaya diri. Hal ini akan berakibat pada terbentuknya harga diri yang rendah pada diri anak. Anak- anak dengan harga diri yang tinggi jarang sekali menyaksikan dan merasakan ketegangan antara ayah dan ibunya.
c. Karakteristik Subjek
Adapun karakteristik subjek meliputi beberapa hal sebagai berikut:
1) Atribut fisik
Permasalahan yang sering dialami remaja adalah artibut fisik. Postur tubuh yang dinilai kurang ideal oleh orang lain maupun diri sendiri terkadang menyebabkan remaja malu untuk berhubungan dengan orang lain, tidak percaya diri cenderung menjadi pendiam dan malas bergaul. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi kepribadiannya termasuk harga dirinya, mereka akan menilai dirinya sebagai orang yang tidak memiliki harga diri yang positif
2) Kemampuan umum Intelegensi atau kemampuan umum dapat mempengaruhi harga diri seseorang. Bila individu memiliki gambaran yang pasti tentang dirinya sebagai orang yang mampu menghadapi tantangan baru, memiliki rasa percaya diri, harga diri serta tidak putus asa apabila mengahadapi kegagalan. Individu seperti ini dapat digolongkan sebagai orang yang memiliki harga diri tinggi. Sebaliknya orang yang mempunyai kemampuan umum di bawah rata-rata akan memandang dirinya sebagai orang tidak berharga atau tidak berguna baik dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Dia selalu merasa takut menghadapi tantangan yang baru, tidak aktif dan cepat putus asa dalam menghadapi kesulitan. Individu seperti ini adalah orang yang mempunyai harga diri yang rendah.
3) Pernyataan sikap
Seseorang yang menilai dan menyatakan dirinya sebagai orang yang tidak mampu melakukan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, maka ia akan mengembangkan perasaan tak bernilai dan sering merasa sedih, depresi, malas dan murung. Keadaan seperti ini akan berpengaruh pada terbentuknya harga diri yang negative.
4) Masalah dan penyakit
Menurut coopersmith orang yang harga dirinya cenderung rendah sering mengalami gejala seperti: penyakit menular, penyakit turunan, menurunya nafsu makan dan gelisah daripada orang yang termsuk dalam kategori harga diri yang tinggi. Hal ini disebabkan karena individu secara terus menerus merasa bahwa penyakit yang dialaminya sebagai masalah yang serius. Dengan demikian ia akan mengembangkan perasaan terhadap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
5) Nilai-nilai diri
Setiap orang menginginkan penilain positif terhadap dirinya, akan tetapi dalam kehidupan social pada umumnya tidak semua orang selalu dapat memberikan penilaian yang positif terhadap dirinya sendiri. Hal ini disebabkan adanya perbedaan individu. Individu yang selalu memandang dirinya sebagai orang yang lebih atau sama dengan orang lain cenderung dapat mengembangkan harga dirinya yang positif dalam dirinya.
6) Aspirasi
Hal yang berhubungan dengan inspirasi adalah keberhasilan. Istilah keberhasilan memiliki makna yang berbeda untuk setiap orang. Rasa tidak berhasil dari usahanya dapat menimbulkan kekecawaan dan merasa dirinya sebagai orang yang tidak akan pernah berhasil karena memiliki kemampuan dan tidak berguna bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
d. Riwayat Awal dan pengalaman
Factor ini meliputi beberapa hal diantaranya:
1) Ukuran dan posisi dalam keluarga
Anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik dari tiga orang anak akan terjadi persaingan antara saudara untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tuanya. Selain itu, posisi dalam keluarga juga memberikan pengaruh penting dalam pengalaman social anak.
2) Cara memberi makna (feeding practices)
Anak yang berasal dari keluarga yang tidak memperhatikan kebutuhan makanan berpengaruh pada perkembangan anak dan perkembangan harga dirinya karena anak merasa anak tidak aman.
3) Masalah dan trauma pada masa anak-anak
Pengalaman pahit dan peristiwa menakutkan yang pernah dialami sejak masa anak-anak dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian termasuk harga diri anak itu sendiri. Pengalaman seperti itu akan membekas dalam waktu yang lama dan sulit untuk membuangnya dan menyebabkan dirinya merasa kehilangan rasa percaya diri. Kehilangan rasa percaya diri ini akan meyebabkan terbentuknya harga diri yang rendah.
4) Hubungan social awal
Keluarga merupakan unit social pertama dan utama yang dijumpai anak dalam hidupnya. Dari keluarga anak mengenal konsep diri, peranan yang harus diperankan sesuai dengan jenis kelaminnya, keterampilan intelektual maupun social. Dengan demikian hubungan social yang baik diantara anggota keluarga memberikan rasa aman dan berpengaruh pada terbentuknya harga diri yang tinggi pada diri anak.
e. Hubungan orang tua- Anak
Hubungan orang tua dengan anak merupakan faktor mendasar yang mempengaruhi perkembangan anak, termasuk harga dirinya. Studi yang dilakukan coopersmith lebih menekankan pola asuh orang tua yaitu sikap dan perilaku orang tua yang cenderung otoriter menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri terhadap kemampuannya sendiri. Poal asuh yang permisif ditandai dengan supervisi yang longgar dan bimbingan yang minim terhadap anak yang menjadi individu yang kurang dapat menghargai orang lain, emosi yang tidak stabil dan control social yang kurang. Ini yang menyebabkan anak tergolong memiliki harga diri yang rendah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar