Perusahaan perlu menggunakan
ukuran-ukuran untuk melihat kenerja persediaan. Pada prinsipnya kinerja
persediaan harus berorientasi pada efisiensi operasi di satu pihak dan
pelayanan terhadap pelanggan (service level) di pihak lain. Kedua hal ini
sering bertentangan. Kalau tidak dilakukan perubahan mendasar pada sistem,
peningkatan service level biasanya berimplikasi pada peningkatan persediaan.
Berdasarkan ukuran yang bisa digunakan untuk memonitor kinerja persediaan
adalah :
1.
Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover
rate). Ini melihat seberapa cepat produk atau barang mengalir relatif terhadap
jumlah yang rata-rata tersimpan sebagai persediaan. Nilainya bisa diukur untuk
tiap individu produk atau secara agregat mewakili suatu kelompok atau keseluruhan produk. Tingkat perputaran
biasanya diukur dalam setahun. Kalau pengukuran dilakukan untuk kelompok atau
keseluruhan produk, pembilang maupun penyebut biasanya diwujudkan dalam bentuk
nilai uang. Misalnya sebuah perusahaan menjual 150 jenis produk. Nilai
persediaan yang dimiliki rata-rata Rp. 3 milyar. Nilai penjualan dalam setahun
untuk keseluruhan produk adalah 40 milyar dimana 25 % nya merupakan margin.
Berarti nilai persediaan yang terjual dalam setahun adalah 30 milyar sehingga
tingkat perputarannya adalah 10 kali dalam setahun. Semakin besar nilainya
semakin bagus. Nilai normal untuk tiap industry tentu berbeda-beda.
2.
Inventory days of
supply. Didefinisikan sebagai rata-rata jumlah hari suatu perusahaan bisa
beroperasi dengan jumlah persediaan yang dimiliki. Ukuran ini sebenarnya bisa
dikatakan seirama dengan tingkat perputaran persediaan. Kalau inventory days of supply panjang maka
tingkat perputarannya rendah. Misalnya untuk kasus diatas perusahaan beroperasi
selama 250 hari dalam setahun. Berarti nilai persediaan yang terjual perhari
adalah 30 Milyar / 300 hari = 0.1 milyar. Dengan demikian maka nilai inventory days of supply dari kasus
tersebut adalah 3 milyar perhari dibagi 0.1 milyar = 30 hari. Jadi rata-rata
perusahaan memiliki persediaan untuk kebutuhan 30 hari kerja.
3.
Fill rate adalah
persentase jumlah item yang tersedia ketika diminta oleh pelanggan. Jadi fill rate 97 % berarti ada kemungkinan 3
% dari item yang diminta oleh pelanggan tidak tersedia. Akibatnya pelanggan
harus menunggu beberapa lama atau pindah ketempat lain untuk mendapatkannya. Fill rate bisa diukur untuk tiap produk
secara individual atau untuk keseluruhan produk secara agregat. Untuk
menciptakan supply chain manajemen
yang efektif, perusahaan mungkin harus membedakan target fill rate untuk tiap
pelanggan dan tipa item. Perbedaan target fill
rate ini biasanya memcerminkan nilai strategis dari tiap kelompok item atau
kelompok pelanggan tersebut (Pujawan,2005).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar