Menurut Rejeki (2008), interaksi sosial awal terjadi di dalam kelompok keluarga, anak belajar dari orangtua, saudara kandung, dan anggota keluarga lain apa yang dianggap benar dan salah oleh kelompok sosial tersebut. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian adalah praktik pengasuhan anak, sebab keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menerima kehadiran anak (Aisyah, 2010). Lebih lanjut lagi, Aisyah (2010) menjelaskan bahwa pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Menurut Chase-Lansdale dan Pittman (2002) pengasuhan orangtua adalah sesuatu yang kompleks, fenomena multifaset, meliputi berbagai fungsi yang terkait dengan memelihara, disiplin, memberi stimulasi, nilai-nilai, aktivitas, dan rutinitas.
Lebih lanjut lagi, Chase-Lansdale dan Pittman (2002) menyatakan bahwa parenting terdiri dari beberapa dimensi, yaitu: (a) kehangatan dan responsif, (b) kontrol dan disiplin, (c) stimulasi kognitif, (d) modeling sikap- 18 sikap, nilai-nilai dan perilaku, (e) gatekeeping (sebagai link anak dengan lingkungan luar), dan (f) rutinitas dan tradisi keluarga. Dari beberapa dimensi yang telah dipaparkan di atas, salah satu dimensi pendukung pengasuhan orangtua yaitu disiplin. Gaya disiplin orangtua dan tingkat pengawasan adalah kunci untuk perkembangan anak-anak yang sehat. Terdapat beberapa perspektif disiplin orangtua menurut para ahli. Arnold (1993) dengan teori permisive discipline dimana penerapan disiplin orangtua yang salah dapat menyebabkan anak menjadi berperilaku yang kurang baik pula. Menurut Grusec dan Goodnow (1994), disiplin dapat mencakup banyak perilaku, salah satu perbedaan konseptual penting adalah antara disiplin induktif dan kekuasaan disiplin yang tegas.
Hoffman (dalam Widiyawati dan Kurniawan, 2008) merumuskan inductive discipline, di mana orangtua memberikan penjelasan atau alasan untuk meminta anak merubah perilaku mereka. Induksi orangtua dipandang sebagai tindakan positif dari hubungan orangtuaanak dan menumbuhkan pemahaman tentang perspektif orang lain (Eisenberg dalam Carlo, Knight, McGinley, dan Hayes, 2011). Disiplin induktif berfokus pada kognisi tentang benar dan salah, dan terutama pada anak-anak belajar efek perilaku mereka pada orang lain (Hoffman dalam Fauchier & Straus, 2007). Hoffman (dalam Shen, Carlo, dan Khight, 2013) menyatakan bahwa orangtua yang menggunakan induksi, bersama dengan beberapa unsur withdrawal dan pernyataan kuasa, untuk memastikan bahwa anak-anak memahami dan akhirnya menginternalisasi nilai-nilai yang dikomunikasikan orangtua. Pernyataan ini menunjukkan bahwa induksi orangtua sangat penting untuk disiplin orangtua yang 19 efektif dan perkembangan moral yang positif. Orangtua yang memberikan ketegasan, batasan dan aturan yang konsisten mengajarkan anak-anak jenis perilaku sosial dapat diterima sehingga mereka dapat mengatur perilaku mereka sendiri (Chase-Lansdale dan Pittman, 2002)
Lebih lanjut lagi, Chase-Lansdale dan Pittman (2002) menyatakan bahwa parenting terdiri dari beberapa dimensi, yaitu: (a) kehangatan dan responsif, (b) kontrol dan disiplin, (c) stimulasi kognitif, (d) modeling sikap- 18 sikap, nilai-nilai dan perilaku, (e) gatekeeping (sebagai link anak dengan lingkungan luar), dan (f) rutinitas dan tradisi keluarga. Dari beberapa dimensi yang telah dipaparkan di atas, salah satu dimensi pendukung pengasuhan orangtua yaitu disiplin. Gaya disiplin orangtua dan tingkat pengawasan adalah kunci untuk perkembangan anak-anak yang sehat. Terdapat beberapa perspektif disiplin orangtua menurut para ahli. Arnold (1993) dengan teori permisive discipline dimana penerapan disiplin orangtua yang salah dapat menyebabkan anak menjadi berperilaku yang kurang baik pula. Menurut Grusec dan Goodnow (1994), disiplin dapat mencakup banyak perilaku, salah satu perbedaan konseptual penting adalah antara disiplin induktif dan kekuasaan disiplin yang tegas.
Hoffman (dalam Widiyawati dan Kurniawan, 2008) merumuskan inductive discipline, di mana orangtua memberikan penjelasan atau alasan untuk meminta anak merubah perilaku mereka. Induksi orangtua dipandang sebagai tindakan positif dari hubungan orangtuaanak dan menumbuhkan pemahaman tentang perspektif orang lain (Eisenberg dalam Carlo, Knight, McGinley, dan Hayes, 2011). Disiplin induktif berfokus pada kognisi tentang benar dan salah, dan terutama pada anak-anak belajar efek perilaku mereka pada orang lain (Hoffman dalam Fauchier & Straus, 2007). Hoffman (dalam Shen, Carlo, dan Khight, 2013) menyatakan bahwa orangtua yang menggunakan induksi, bersama dengan beberapa unsur withdrawal dan pernyataan kuasa, untuk memastikan bahwa anak-anak memahami dan akhirnya menginternalisasi nilai-nilai yang dikomunikasikan orangtua. Pernyataan ini menunjukkan bahwa induksi orangtua sangat penting untuk disiplin orangtua yang 19 efektif dan perkembangan moral yang positif. Orangtua yang memberikan ketegasan, batasan dan aturan yang konsisten mengajarkan anak-anak jenis perilaku sosial dapat diterima sehingga mereka dapat mengatur perilaku mereka sendiri (Chase-Lansdale dan Pittman, 2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar