Selasa, 22 Oktober 2019

Pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap burnout (skripsi dan tesis)


Burnout merupakan keadaan yang ditandai dengan kelelahan fisik, mental dan emosional yang terjadi karena stres diderita dalam jangka waktu yang cukup lama, di dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang tinggi (Leatz & Stolar dalam Rosyid & Farhati, 1996). Efek yang timbul akibat burnout salah satunya adalah menurunnya motivasi terhadap kerja (Mc Ghee dalam Sulistiyowati,2007). Karyawan yang mengalami burnout merasa kehilangan motivasi dalam bekerja maka dalam kondisi ini sangat dibutuhkan stimulasi dari seorang pemimpin. Salah satu tipe kepemimpinan yang memiliki karakteristik sebagai pemimpin yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi adalah kepemimpinan tranformasional. Pemimpin transformasional dianggap tipe yang tepat untuk mengatasi kondisi burnout karena pemimpin transformasional mampu mengubah persepsi dan perilaku pengikutnya agar memiliki motivasi dan kemampuan dalam mencapai prestasi kerja yang tingggi. Seperti yang dikemukakan (Ivancevich, 2006 dalam Dewi & Ariati, 2014) bahwa pemimpin dengan gaya transformasional adalah pemimpin yang memotivasi para pengikutnya untuk bekerja mencapai sebuah tujuan dan aktualisasi diri. Pemimpin yang transformasional mampu memberikan kesadaran dari dalam diri karyawan bahwa kinerja mereka sangat penting dalam proses pencapaian tujuan organisasi serta penting untuk proses peningkatan kemampuan mereka sendiri. Kutipan (McCormack & Cotter, 2013 dalam Hikmatullah, 2016) menyatakan bahwa faktor dukungan sosial turut berperan mendorong terbentuknya kondisi burnout. Dalam penelitian (Putra & Mulyadi, 2010) juga mengemukakan bahwa terdapat faktor eksternal yang menyebabkan munculnya burnout yaitu kurangnya dukungan sosial dari atasan. Kepemimpinan merupakan faktor penting yang berkaitan dengan organisasi di mana dalam kepemimpinan transformasional dianggap sebagai model.yang dapat meningkatkan kapasitas kinerja karyawan dengan. memberikan pengarahan dan motivasi (Bass, et. al., 2003).
Guna menekan laju burnout pada karyawan maka perusahaan membutuhkan pemimpin yang reformis yang mampu menjadi mesin penggerak perubahan (transformation) organisasi. Kurangnya dukungan atasan kepada karyawan akan membuat karyawan merasa tidak dianggap sebagai individu dalam organisasi, karyawan akan beranggapan bahwa keberadaannya tidak diakui dan merasa kinerjanya tidak dibutuhkan oleh perusahaan. Pada akhirnya karyawan kehilangan rasa percaya diri dan mengalami kondisi rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri, yang mana kondisi tersebut merupakan salah satu dimensi burnout (Maslach, et.al., 2001). Maka dalam kondisi tersebut dibutuhkan pemimpin yang transformasional yaitu pemimpin yang memperhatikan dan membimbing karyawan dengan cara konsultatif dan terbuka. Hal ini menandakan bahwa kepemimpinan yang transformasional berpengaruh terhadap burnout. Karyawan yang memiliki persepsi tinggi terhadap kepemimpinan transformasional dapat mengurangi laju burnout. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Risambessy, et.al (2008) yang menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh negatif terhadap burnout.

Tidak ada komentar: