Robbins & Judge (2007) dalam (Rukmana, 2014) mendefinisikan kepemimpinan transformasional sebagai pemimpin yang menginspirasi pengikut untuk mengatasi kepentingan diri mereka sendiri, yang memiliki efek mendalam dan luar biasa terhadap pengikut. Munandar (2001) dalam (Mujiasih, 2012) menyebutkan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan pemimpin yang berusaha untuk mengubah perilaku pengikutnya agar memiliki motivasi dan kemampuan tinggi, serta memiliki kemauan mencapai prestasi kerja yang tinggi dan bermutu untuk mencapai tujuan perusahaan. Kepemimpinan yang transformasional didefinisikan sebagai perilaku kepemimpinan yang mengubah norma-norma dan nilai-nilai dari karyawan, dimana pemimpin memotivasi para pekerja untuk melakukan melampaui harapan mereka sendiri (Yukl, 1989 dalam Tims, et. al., 2011). Seorang pemimpin transformasional diukur dalam keterlibatan pemimpin terhadap bawahan. Yukl (2010) menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional itu dimana para pengikut merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadap pimpinan, dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang awalnya mereka harapkan.
Menurut (Ismail, et. al., 2011 dalam Mahendra dan Mujiati 2015) kepemimpinan transformasional merupakan model gaya kepemimpinan dengan cara mengevaluasi kemampuan dan potensi masing-masing bawahan untuk menjalankan suatu tugas/pekerjaan, sekaligus melihat kemungkinan untuk memperluas tanggung jawab dan kewenangan bawahan dimasa mendatang. Menurut (Bass, 2010 dalam Wulandari, et.al, 2013) pemimpin tranformasional dapat mempengaruhi bawahan dengan cara (1) membuat karyawan lebih sadar akan penetingnya menyelesaikan pekerjaan; (2) mengajak karyawan untuk mementingkan kepentingan organisasi mereka bekerja daripada kepentingan pribadi, (3) memenuhi segala kebutuhan karyawan. Rosmiati dan Kurniadi (2008) dalam Aminullah, et.al, (2015) menyatakan kepemimpinan transformasional sebagai proses pemberdayaan para pengikutnya untuk memperoleh kinerja yang efektif memiliki komitmen terhadap nilai-nilai baru, mengembangkan kepercayaan dan keterampilan, serta menciptakan iklim organisasi yang baik bagi perkembangan inovasi dan kreatifitas dalam organisasi. Kepemimpinan transformasional sebagai pengaruh pemimpin atau atasan terhadap bawahan, dimana bawahan merasakan kepercayaan, kebanggaan, loyalitas dan rasa hormat kepada atasan dan mereka dimotivasi untuk berbuat melebihi apa yang ditargetkan atau diharapkan (Satriani, et. al., 2012).
Jung et al. (2003) dalam Mahendra & Mujiati (2015) mengemukakan pemimpin transformasional menciptakan lingkungan kerja dimana dimana pengikut merasa diberdayakan untuk mencari pendekatan-pendekatan inovatif untuk melakukan pekerjaan mereka. Locke (1997) dalam (Wicaksana, 2009) mengemukakan kepemimpinan transformasional diartikan sebagai pimpinan yang melibatkan perubahan dalam organisasi. Bisa juga diartikan sebagai kepemimpinan yang membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar mau bekerja demi tujuan organisasi yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya pada saat itu. Gaya kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang merangsang dan menginspirasi pengikutnya untuk mencapai hasil yang luar biasa dan dalam prosesnya juga mengembangkan kapasitas kepemimpinan mereka sendiri (Bass & Riggio, 2006 dalam Garvin & Winata, 2016). Pemimpin dengan gaya transformasional adalah pemimpin yang memotivasi para pengikutnya untuk bekerja mencapai sebuah tujuan, bukan untuk kepentingan pribadi jangka pendek, dan untuk mencapai prestasi dan aktualisasi diri, bukan demi perasaan aman (Ivancevich, 2006 dalam Dewi dan Ariati, 2014). Pemimpin yang menerapkan gaya transformasional berusaha mencapai tujuan dengan cara meningkatkan ketertarikan karyawannya terhadap organisasi sehingga menjadi lebih memerhatikan dan menerima misi organisasi.
Menurut (Ismail, et. al., 2011 dalam Mahendra dan Mujiati 2015) kepemimpinan transformasional merupakan model gaya kepemimpinan dengan cara mengevaluasi kemampuan dan potensi masing-masing bawahan untuk menjalankan suatu tugas/pekerjaan, sekaligus melihat kemungkinan untuk memperluas tanggung jawab dan kewenangan bawahan dimasa mendatang. Menurut (Bass, 2010 dalam Wulandari, et.al, 2013) pemimpin tranformasional dapat mempengaruhi bawahan dengan cara (1) membuat karyawan lebih sadar akan penetingnya menyelesaikan pekerjaan; (2) mengajak karyawan untuk mementingkan kepentingan organisasi mereka bekerja daripada kepentingan pribadi, (3) memenuhi segala kebutuhan karyawan. Rosmiati dan Kurniadi (2008) dalam Aminullah, et.al, (2015) menyatakan kepemimpinan transformasional sebagai proses pemberdayaan para pengikutnya untuk memperoleh kinerja yang efektif memiliki komitmen terhadap nilai-nilai baru, mengembangkan kepercayaan dan keterampilan, serta menciptakan iklim organisasi yang baik bagi perkembangan inovasi dan kreatifitas dalam organisasi. Kepemimpinan transformasional sebagai pengaruh pemimpin atau atasan terhadap bawahan, dimana bawahan merasakan kepercayaan, kebanggaan, loyalitas dan rasa hormat kepada atasan dan mereka dimotivasi untuk berbuat melebihi apa yang ditargetkan atau diharapkan (Satriani, et. al., 2012).
Jung et al. (2003) dalam Mahendra & Mujiati (2015) mengemukakan pemimpin transformasional menciptakan lingkungan kerja dimana dimana pengikut merasa diberdayakan untuk mencari pendekatan-pendekatan inovatif untuk melakukan pekerjaan mereka. Locke (1997) dalam (Wicaksana, 2009) mengemukakan kepemimpinan transformasional diartikan sebagai pimpinan yang melibatkan perubahan dalam organisasi. Bisa juga diartikan sebagai kepemimpinan yang membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar mau bekerja demi tujuan organisasi yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya pada saat itu. Gaya kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang merangsang dan menginspirasi pengikutnya untuk mencapai hasil yang luar biasa dan dalam prosesnya juga mengembangkan kapasitas kepemimpinan mereka sendiri (Bass & Riggio, 2006 dalam Garvin & Winata, 2016). Pemimpin dengan gaya transformasional adalah pemimpin yang memotivasi para pengikutnya untuk bekerja mencapai sebuah tujuan, bukan untuk kepentingan pribadi jangka pendek, dan untuk mencapai prestasi dan aktualisasi diri, bukan demi perasaan aman (Ivancevich, 2006 dalam Dewi dan Ariati, 2014). Pemimpin yang menerapkan gaya transformasional berusaha mencapai tujuan dengan cara meningkatkan ketertarikan karyawannya terhadap organisasi sehingga menjadi lebih memerhatikan dan menerima misi organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar