Stressor dapat menyebabkan empat hal (Wicken et al, 2004). Pertama, stressor akan menghasilkan suatu pengalaman psikologis seperti perasaan tertekan. Kedua, timbulnya gejala-gejala fisik yang dapat teramati dalam jangka pendek seperti peningkatan detak jantung dan tekanan darah. Ketiga, terjadinya penurunan efisiensi dan efektifitas kinerja. Keempat, dalam jangka panjang stressor akan menyebabkan pengaruh yang negatif pada kesehatan. Respon stress
dapat dilihat dari sisi individu maupun dari sisi organisasi. Respon stres secara individu akan tampak pada
reaksi-reaksi terhadap pekerjaan dalam proses dan hasil dari pekerjaan itu
sendiri. Ada beberapa perubahan yang
dirasakan individu ketika menghadapi tekanan yaitu reaksi fisik, emosi, pikiran
dan perilaku. Perubahan fisiologis sampai munculnya berbagai penyakit akan
muncul dalam kondisi stres. Misalnya jantung berdebar, keringat dingin dan
berbagai gangguan psikosomatis lainnya (Bachroni
dan Sahlan Asnawi, 1999).
Moorhead dan Griffin (1995) menyatakan bahwa ada tiga dampak
terhadap individu yaitu perilaku, psikologis dan medis. Secara perilaku, orang
akan melakukan perilaku-perilaku yang tidak biasa seperti minuman keras
atau perilaku tindakan kekerasan. Dampak yang lain adalah dampak psikologis
yang mengakibatkan misalnya gangguan pada pola makan dan tidur. Dampak pada
kesehatan misalnya menyebabkan tekanan darah tinggi dan sakit kepala.
Sementara secara spesifik
disebutkan bahwa stres kerja mempunyai dampak negatif terhadap kinerja,
ketidakhadiran dan kemungkinan kepindahan (Davis
dan Newstroom, 1989). Model hubungan
antara stres kerja dengan kinerja disajikan dalam moden stres-prestasi kerja
(hubungan U terbalik) pola U tersebut menunjukkan hubungan tingkat stres
(rendah tinggi) dengan kinerja (rendah-tinggi). bila tidak ada stres, tantangan
kerja juga tidak ada dan prestasi kerja cenderung menurun. Sejalan dengan
meningkatnya stres, prestasi kerja cendrung naik karena stres membantu karyawan
untuk mengerahkan sumber daya dalam memenuhi kebutuhan kerja. Akhirnya stres
mencapai titik stabil yang kira-kira sesuai dengan kemampuan prestasi karyawan
(Robbins, 1996).
Berdasarkan pernyataan
diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa repon stress dapat berwujud yaitu
perilaku, psikologis dan medis dimana hubungannya termodelkan dalam pola U
terbalik. Dimana artinya makin tinggi
tingkat stres, tantangan kerja juga bertambah maka akan mengakibatkan prestasi
kerja juga bertambah. Tetapi apabila tingkat stress sudah optimal maka akan
menyebabkan gangguan kesehatan dan pada akhimya akan menurunkan prestasi kerja
yang terlalu tinggi. Stres kerja yang sudah optimal umumnya akan mengakibatkan
timbulnya kelelahan psikologis yang menyebabkan seorang karyawan akan bekerja
dalam keadaan tertekan dan memperbesar terjadinya kesalahan. Sedangkan beban
kerja yang terlalu rendah akan menimbulkan kebosanan atau gangguan psikologis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar