SERVQUAL (singkatan
dari service quality) yang dikembangkan oleh Pasuraman, Zeithmal dan
Berry. Model yang dikenal pula dengan istilah Gap Analysis Model ini
berkaitan erat dengan model kepuasan pelanggan yang didasarkan pada rancangan
diskonfirmasi. Rancangan ini menegaskan bahwa bila
kinerja pada suatu atribut (attribute performance) meningkat lebih
besar daripada harapan (expectations) atas atribut bersangkutan, maka
persepsi terhadap kualitas jasa akan positif dan sebaliknya (Ciptono dan
Chandra, 2005).
Metode ini termasuk
salah satu cara dimana responden diminta untuk menilai tingkat harapan mereka
terhadap atribut tertentu dan juga tingkat yang mereka rasakan. Metode yang
dikembangkan oleh Zeithaml (1990) ini, khusus digunakan untuk mengukur kepuasan
pelanggan atas jasa yang diberikan.
Tujuan dari penggunaan
dimensi servqual dalam pengukuran kesenjangan adalah untuk melakukan program
perbaikan dalam pengendalian jasa layanan yang digunakan sebagai alternatif
usulan dalam perbaikan kualitas jasa yang berorientasi terhadap kepuasan
pelanggan, sebagai salah satu strategi perusahaan dalam memberdayakan Total
Quality Service.
Pada metode Servqual
dibutuhkan data skor harapan (expected score) dan skor persepsi (perceive
score). Perbedaan antara kedua skor ini memiliki sasaran penilaian pelanggan
untuk mengetahui kualitas jasa yang diterima pelanggan dengan menggunakan
metode penilaian (assessment) yang disebut dengan nama Servqual.
Metode ini menggunakan
user based-approach (melakukan pendekatan), yang mengukur kualitas jasa secara
kuantitatif dalam bentuk kuesioner dan mengandung dimensi-dimensi kualitas jasa
intrumen ini diperkenalkan oleh Zeithaml, Parasuraman & Berry dalam buku
mereka yang berjudul “Delivering Quality Service; Balancing Customer
Perceptions and Expectations”, Free Press, 1990. yang
dikutif James J Jiang, (2002), terdapat lima dimensi yang menjadi
acuan pengukuran yang dilakukan costumer Terhadap Pelayanan diantaranya :
1. Tangible (berwujud)
yaitu berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan dan berbagai materi
pelatihan.
2.
Reliability (keandalan) yaitu kemampuan untuk
memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan, terpercaya dan akurat, dan
konsisten.
3.
Responsiveness (daya tanggap) yaitu kemauan dari
pegelola pelatihan untuk membantu peserta dan memberikan jasa dengan cepat
serta mendengar dan mengatasi keluhan/complaint yang diajukan peserta.
4.
Assurance (kepastian) yaitu berupa kemampuan
pengelola untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah
dikemukakan kepada peserta.
5.
Emphaty (empati) yaitu kesediaan pengelola
pelatihan untuk lebih peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada
peserta. Misalnya, pengelola harus mencoba menempatkan diri sebagai pesereta.
Jika peserta mengeluh maka harus dicari solusi untuk mencapai persetujuan yang
harmonis dengan menempatkan rasa peduli yang tulus.
Kualitas pelayanan
diukur dari masing – masing dimensi di atas dengan menghitung variabel G yang
menggambarkan selisih atau gap antara persepsi pelanggan terhadap
pelayanan yang diberikan dengan harapan pelanggan. Formula sederhananya bisa
ditulis sebagai berikut : G =P - E
P = persepsi pelanggan terhadap
pelayanan (perception of delivered service)
E = expectation of service
Tidak ada komentar:
Posting Komentar