Chiapas
adalah salah satu negara bagian di wilayah tenggara Meksiko yang berbatasan
dengan Tabasco di bagian utara, Veracruz
di bagian barat laut, dan Oaxaca di bagian barat. Sementara di bagian timur Chiapas berbatasan dengan
Guatemala, dan di wilayah selatan berbatasan dengan Samudera Pasifik. Luas wilayah Chiapas sebesar 73,887
km² dengan jumlah penduduk 4,293,459 (pada sensus penduduk tahun 2005). Secara
geografis Chiapas adalah bagian Amerika Tengah, genting tanah vulkanik yang
menjadi batas paling selatan suku-suku adat Amerika Utara. Wilayah tengahnya adalah
dataran tinggi bergunung- gunung. Di barat daya terdapat dataran rendah subur
yang berbatasan dengan Samudra Pasifik. Di sisi timur terdapat Hutan
Lacandon.
Sekitar
55% populasi wilayah Chiapas terdiri dari
Mestizos, 40% Amerindian dan 5% merupakan pendatang dari Afrika serta
Timur Tengah. Sebagian besar penduduk Chiapas termasuk dalam masyarakat miskin
dan terbelakang dengan sektor ekonomi utama pertanian dengan teknologi
sederhana. Kondisi
ini mengakibatkan banyak penduduk mengalami malnutrisi yang diperkirakan
mencapai 40% dari populasi, tingginya angka kejahatan, dan banyaknya imigran
gelap ke Amerika Serikat. Separuh dari 3,5 juta penduduknya tidak mempunyai air
layak minum, dua pertiganya tidak mempunyai saluran pembuangan. 12 persen rumah
beratap kardus. 12 ribu
komunitas tidak punya sarana transportasi apapun selain jalan setapak. 72
persen anak putus sekolah sebelum kelas satu. Di bidang kesehatan satu setengah
juta orang tidak dilayani sarana medis. Untuk setiap 10.000 warga Chiapas cuma ada 2
klinik (seperlima rerata nasional) dan 3 ranjang rumah sakit (sepertiga rerata
nasional). Padahal bila dibandingkan dengan infrastruktur pariwisata, ada 7
kamar hotel untuk setiap 1.000 turis. 45 persen penduduk Chiapas kurang gizi,
dan di pegunungan dan wilayah hutan angka ini melonjak hingga 80%. Tahun 1994,
malnutrisi, kolera, TBC, disentri, dan penyakit-penyakit lain yang mestinya
gampang disembuhkan telah menewaskan 15.000 orang Indian setiap tahunnya.[1]
Padahal
Chiapas merupakan wilayah yang kaya sumber daya alam.. Setiap hari perusahaan
minyak Pemex menyedot 92 ribu barel minyak dan 517 miliar kaki kubik gas alam.
35 persen kopi produksi Meksiko berasal dari Chiapas dan pada tahun 1988 ekspor
kayu membawa laba 23,9 miliar peso.
Kondisi
masyarakat Chiapas ini oleh disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah Meksiko
yang hanya memusatkan hasil pembangunan pada ibu kota dan kota-kota besar saja
serta tidak adanya program peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai
alternatif cara meningkatkan kesehjateraan mengakibatkan ketertinggalan
masyarakat pribumi untuk ikut serta dan menikmati hasil pembangunan. Misalkan
meskipun 55% tenaga hidroelektrik dan 20% tenaga listrik Meksiko dihasilkan di
Chiapas, hanya sepertiga rumah di negara bagian itu yang dialiri listrik.[2]
Ikutnya
pemerintah Meksiko untuk menyetujui NAFTA juga dianggap pada akhirnya akan
mengakibatkan penekanan terhadap hak-hak rakyat untuk menikmati pembangunan
yaitu dengan adanya praktek pelanggaran terhadap pasal 24 dalam Konstitusi
Meksiko oleh kebijakan pemerintah Meksiko dimana seharusnya terdapat jaminan
bagi hak pengelolaan sumber daya mandiri masyarakat pribumi. Ketika menjadi
anggota NAFTA, maka Meksiko diharuskan mengubah sistem kepemilikan tanahnya agar
”lebih kondusif bagi pasar” yaitu Presiden Salinas dengan sewenang-wenang
mengamandemen Pasal 27 UUD 1917 yang menjamin keberadaan ejido atau tanah
komunal masyarakat tanpa bisa diganggu gugat. Adanya amandemen ini berarti
tanah komunal sekarang bebas diperjualbelikan; implikasinya: masyarakat adat
bisa dengan mudah digusur. Padahal pasal 27 inilah inti dari reforma agraria
Emiliano Zapata yang diperjuangkan selama Revolusi 1910-1920. Selain menghapus
reforma agraria, langkah-langkah pro pasar Salinas lainnya secara tipikal
mencakup liberalisasi dan privatisasi. 85 % BUMN dijual pada swasta. Selain itu
pemerintah juga mengharuskan adanya pemangkasan subsidi yang jauh menurunkan
daya beli rakyat. [3]
Selain
itu tingginya angka kemiskinan di Chiapas juga disebabkan oleh adanya sistem
tuan tanah. Dalam sistem tersebut, petani pribumi harus membayar sewa tinggi
kepada tuan tanah yang telah digunakan sejak tahun 1917. Sistem ini kemudian
diturunkan generasi demi generasi menyebabkan kondisi mayarakat Chiapas selama
bertahun-tahun tidak mengalami banyak
perubahan. Sistem tuan tanah merupakan warisan budaya kolonialisme Spanyol
dimana masyarakat pribumi diperbudak lewat pranata-pranata melalui encomienda (tanah yang ”dititipkan” pada
para pemukim Spanyol) dan repartimiento
(aturan yang mewajibkan orang Indian menggarap tanah ini dengan sedikit upah
atau tanpa upah sama sekali). Pada peralihan abad 17 nyaris semua tanah subur
Chiapas sudah dikuasai oleh pemilik ternak dan perkebunan. Meski perbudakan
praktis sudah terhapus, ketimpangan kepemilikan tanah tak banyak berubah hingga
kini. Ketimpangan yang melahirkan kemiskinan kronis dan gejolak sosial ini
diperparah oleh struktur politik dan kekuasaan yang ada di Meksiko. Para pemilik
tanah tersebut akhirnya menjadi caudillo dan cacique, yaitu kalangan atas yang menguasai tidak hanya bidang
ekonomi namun juga bidang politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar