Model
Balanced Scorecard (gbr 2.1) yang dibuat Kaplan dan Norton terbagi menjadi 4
perspektif. Di bawah ini, akan dijelaskan mengenai keempat perspektif tersebut
diatas :
1.
Perspektif Keuangan (Financial Perspective)
Dalam
Perspektif keuangan, perusahaan mengukur kemampuan laba dan nilai pasar (Market Value) di antara
perusahaan-perusahaan lain, sebagai indikator seberapa baik perusahaan memuaskan
pemilik dan pemegang saham. Tolok ukur kinerja keuangan menunjukkan apakah stategi
implementasi dan eksekusi perusahaan memberikan kontribusi pada perbaikan laba.
Menurut
Robert S. Kaplan dan David P. Norton (2000), Pengukuran kinerja keuangan
mempertimbangkan tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu:
a. Bertumbuh (Growth)
Pada tahapan ini, perusahaan
menghasilkan produk-produk dengan prospek yang cukup baik dan memiliki produk
dan jasa yang secara signifikan mempunyai potensi pertumbuhan terbaik. Untuk
mendukung perkembangan produk-produk mereka, perusahaan harus mengerahkan sumber
daya yang dimiliki, misalnya dengan cara membangun dan memperluas berbagai fasilitas,
jaringan distribusi dan prasarana. Tolok ukur kinerja yang cocok dengan tahap
ini adalah tingkat pertumbuhan penjualan dalam segmen pasar yang telah
ditargetkan.
b. Bertahan (Substain)
Pada tahapan ini, perusahaan
berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan mengembangkannya. Perusahaan
juga masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyratkan tingkat
pengembalian terbaik. Di tahap ini sasaran keuangan diarahkan pada besarnya
tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan.
c. Menuai
Pada tahapan ini, produk-produk
yang dihasilkan perusahaan sudah mencapai titik jenuh. Disaat inilah perusahaan
benar-benar menuai hasil investasi ditahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi
besar, baik ekspansi maupun pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran
untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran keuangan utama dalam tahap ini
adalah memaksimumkan arus kas masuk dan penghematan berbagai kebutuhan modal kerja.
Tujuan
perspektif keuangan menggambarkan tujuan jangka panjang perusahaan :
pengembalian modal investasi yang tinggi dari setiap unit bisnis. Oleh sebab Itu
penerapan Balanced Scorecard membantu
tercapainya tujuan yang penting ini .
Balanced Scorecard
memungkinkan eksekutif senior disetiap unit Bisnis untuk menerapkan bukan hanya
ukuran yang mengevaluasi keberhasilan jangka panjang perusahaan, tetapi juga
berbagai variabel yang dianggap paling penting untuk menciptakan dan mendorong
tercapainya tujuan jangka panjang.
2.
Perspektif Pelanggan (Customer Perspective)
Dalam
perspektif pelanggan, perusahaan mungukur mutu, pelayanan dan rendahnya biaya
dibandingkan dengan perusahaan lainnya sebagaian indikator seberapa baik
perusahaan memuaskan pelanggan. Nilai pelanggan, menurut Kaplan dan Norton
dapat dirumuskan dengan persamaan berikut:
Nilai =
Fungsi + Mutu + Citra + Harga + Waktu + Hubungan
Fungsi adalah
manfaat generik produk kita bagi pelanggan; Mutu adalah daya kesesuaian dengan
standar permintaan pelanggan; citra adalah daya tarik produk bagi pelanggan
yang tercipta karena proses komunikasi pemasaran; Harga merupakan perbandingan
nilai relatif dengan produk pesaing; waktu adalah ketersediaan dan kecepatan
proses pemenuhan kebutuhan pelanggan dan Hubungan merupakan dimensi antar manusia
dalam proses bisnis dengan pelanggan.
Perspektif
pelanggan memfokus pada bagaimana organisasi memperhatikan pelanggannya agar
berhasil, tidak cukup hanya dengan mengetahui pelanggan dan harapan mereka.
Suatu organisasi juga harus memberikan insentif kepada manajer dan karyawan
yang dapat memenuhi harapan pelanggan. Bill Mariot mengatakan “Perhatikanlah
karyawan anda dan mereka akan memperhatikan pelanggan anda.”
Perusahaan
antara lain menggunakan tolok ukur kinerja berikut, pada waktu mempertimbangkan
perspektif pelanggan, yaitu :
a.
Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction)
Menunjukkan apakah perusahaan
memenuhi harapan pelanggan atau bahkan menyenangkannya.
b.
Retensi Pelanggan (Customer Retention)
Menunjukkan bagaimana baiknya
perusahaan berusaha mempertahankan pelanggan.
c.
Pangsa Pasar (Market Share)
Mengukur proporsi perusahaan dari
total usaha dalam pasar tertentu.
d.
Kemampuan laba Pelanggan
Pelanggan yang memberikan
keuntungan kepada perusahaan. Mempunyai pelanggan yang puas dan setia dari
pangsa pasar adalah baik, tetapi pencapaian tersebut tidak menjamin kemampuan
laba.
3.
Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business Process Perspective)
Dalam
Perspektif Proses bisnis internal, agar dapat mencapai tujuan finansial
perusahaan dan memberikan kepuasan kepada pelanggan maka manajer harus mengidentifikasi
proses-proses bisnis internal penting yang harus dimiliki dan dikuasai oleh
perusahaan.
Proses bisnis
suatu perusahaan secara umum dikelompokan kedalam tiga bagian (Kaplan dan
Norton, 2000, P 84-92), yaitu :
a.
Inovasi
Dalam proses ini, Perusahaan melakukan
identifikasi terhadap kebutuhanpelanggan dengan cara merumuskan cara untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan. Tolok ukur yang dapat digunakan adalah banyaknya
produk baru yang dikembangkan oleh perusahaan secara relatif jika dibandingkan
dengan pesaingnya, besarnya penjualan produk baru, jangka waktu yang diperlukan
untuk mengembangkan produk serta break
even time.
b.
Proses Operasi
Pada tahap ini, serangkaian kegiatan
dilakukan oleh perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggannya. Proses ini
menekankan efisiensi, konsistensi dan ketepatan waktu dalam penyampaian produk
atau jasa kepada pelanggan.
c.
Layanan Purna Jual (Post Sale Service)
Ini merupakan bagian terakhir dari
rangkaian proses bisnis internal, dimana layanan purna jual meliputi garansi dan
kegiatan perbaikan, perawatan dan pengembalian serta proses akhir.
4.
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Keempat
perspektif dari IT Balanced Scorecard, pembelajaran
dan Pertumbuhan, mengidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun perusahan
dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Tiga
sumber utama pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan datang dari manusia,
sistem, dan prosedur perusahaan.
Perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan dimasukkan sebagai salah satu indeks pengukuran
kinerja dengan tujuan untuk mendorong perusahaan menjadi organisasi (learning organization) sekaligus
mendorong perusahaan untuk bertumbuh. Hal ini merupakan faktor pendorong
dihasilkan kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif.
Tolok ukur
untuk menilai kinerja para pekerja adalah kepuasan karyawan, retensi karyawan,
produktivitas karyawan (Robert S. Kaplan dan David P. Norton, 2000) dan ditambahkan
faktor pendorong yang dapat disesuaikan dengan situasi tertentu yakni:
Kompetensi staf ( contoh: keahlian strategi, tingkat pelatihan, peningkatan
keahlian, infrastruktur teknologi ( contoh: basis data strategis, pengalaman,
hak paten, hak cipta) dan iklim untuk bertindak ( contoh: pemberdayaan staf,
kerjasama tim, moral, fokus strategis). Adapun yang menjadi tolok ukur didalam
perspektif ini, Yuwono Etal (2002,p42-43) adalah:
1. Kemampuan Sistem Informasi ( Information System Ability)
Jika karyawan dituntut untuk
menjadi efektif dalam persaingan yang ada, mereka membutuhkan informasi yang
baik dalam berbagai hal, seperti pelanggan, proses bisnis,internal dan
konsekuensi keuangan dan keputusan yang mereka pilih. Untuk dapat memperoleh
informasi yang baik maka dibutuhkan sistem informasi yang baik. Selain itu motivasi
dan keahlian karyawan sangat diperlukan untuk meraih target yang yang telah ditetapkan.
2. Iklim Organisasi ( Organization Climate)
Walaupun setiap karyawan terlatih
dengan baik, namun dengan akses informasi yang baik tidak akan memberikan
kontribusi terhadap keberhasilan organisasi jika mereka tidak termotivasi untuk
bertindak dalam lingkup ketertarikan yang mendalam terhadap organisasi atau
jika mereka tidak diberikan kebebasan untuk membuat keputusan dan bertindak.
3. Kemampuan Karyawan ( Employee Capabilities)
Pengukuran kemampuan karyawan meliputi
tiga kelompok yaitu:
a. Tingkat
Kepuasan Karyawan
Dalam tingkatan ini, perusahaan
mengakui bahwa moral karyawan adalah penting untuk memperbaiki produktivitas,
mutu, kepuasan pelanggan, dan tanggapan terhadap situasi. Manajer dapat
mengukur kepuasan karyawan dengan mengirim survei, mewawancarai karyawan,
mengamati karyawan pada saat kerja.
b. Tingkat
Retensi Karyawan
Dalam tingkatan ini, perusahaan
membuat investasi jangka panjang dalam diri para karyawan sehingga setiap kali
ada karyawan berhenti yang bukan atas keinginan perusahaan merupakan suatu
kerugian modal intelektual bagi perusahaan. Para pekerja yang bekerja dalam
jangka yang lama dan loyal membawa nilai perusahaan, pengetahuan tentang
berbagai proses organisasional, dan diharapkan sensitivitasnya terhadap kebutuhan
para pelanggan.
c. Tingkat
Produktivitas Karyawan
Merupakan suatu ukuran hasil,
dampak keseluruhan usaha peningkatan moral, dan keahlian karyawan, inovasi,
proses internal, dan kepuasan pelanggan. Tujuan produktivitas karyawan adalah
untuk membandingkan keluaran yang dihasilkan oleh para karyawan dengan jumlah
karyawan yang dikerahkan untuk menghasilkan keluaran tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar