Menurut Robbins dan Judge (2008), kepuasan kerja adalah
sebagai suatu sikap umum individu terhadap pekerjaannya. Pekerjaan menuntut interaksi
dengan rekan kerja, atasan, peraturan dan kebijakan organisasi, standar
kinerja, kondisi kerja dan sebagainya. Individu dengan tingkat epuasan kerja
yang tinggi menunjukkan sikap positif terhadap pekerjaan, sebaliknya individu
yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap negatif terhadap
pekerjaan tersebut. Luthans (2005) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai hasil
dari persepsi tentang seberapa baiknya pekerjaan mereka menyediakan berbagai
hal yang dipandang penting atau primer bagi mereka.
Kepuasan kerja juga didefinisikan dengan hingga sejauh
mana individu merasakan secara positif atau negatif berbagai macam faktor atau
dimensi dari tugas-tugas dalam pekerjaannya (Hariandja, 2002). Davis (2005)
dalam Soemardi (2008) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai seperangkat
perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka atau suatu
perasaan senang atau tidak senang yang relatif berbeda dari pemikiran objektif
dan keinginan perilaku.
Kepuasan kerja merupakan orientasi emosional individu
untuk menjalankan peran dan karakteristik pekerjaan mereka serta merupakan
kunci dari kesuksesan bisnis. Kepuasan kerja dapat dipahami melalui tiga aspek.
Pertama, kepuasan kerja merupakan bentuk respon pekerja terhadap kondisi
lingkungan pekerjaan. Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan oleh hasil
pekerjaan atau kinerja. Ketiga, kepuasan kerja terkait dengan sikap lainnya
yang dimiliki oleh setiap pekerja. Individu yang merasa tidak mampu untuk
mencapai aktualisasi profesional dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja. Gengsi
dan pendapatan yang tinggi dalam status professional diperkirakan secara
konvensional berhubungan dengan kepuasan kerja yang tinggi (Kalbers dan
Fogarty, 2005).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar