Kecerdasan emosional (emotional intelligence) merupakan kemampuan
seseorang untuk mendeteksi serta mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi
emosional (Robbins dan Judge, 2008:335). Goleman menjelaskan bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita
sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan
kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
hubungan dengan orang lain. Menurut Goleman (2006:318) kecerdasan
emosional terdiri dari lima komponen utama yaitu kesadaran diri (self
19
awareness), pengendalian diri (self management), motivasi (motivation),
empati (empathy), dan kemampuan sosial (social skill).
Kesadaran diri merupakan kemampuan seseorang mengetahui apa yang
dirasakan oleh diri sendiri dan menggunakannya utuk mengambil keputusan,
memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri
yang kuat. Pengendalian diri merupakan kemampuan menangani emosinya
sendiri, mengekspresikan serta mengendalikan emosi, memiliki kepekaan
terhadap kata hati untuk digunakan dalam hubungan dan tindakan sehari-hari.
Motivasi merupakan kemampuan menggunakan hasrat untuk setiap saat
membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih
baik serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, mampu
bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
Empati merupakan kemampuan
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif
orang lain dan menimbulkan hubungan saling percaya serta mampu
menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu. Kemampuan sosial
merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan
dengan orang lain dan menciptakan serta mempertahankan hubungan dengan
orang lain, dapat mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan
perselisihan dan bekerja sama dalam tim.
Penelitian yang dilakukan oleh Dette (2008) menunjukkan bahwa
kecerdasan emosional jauh lebih penting dari pada keterampilan teknis dan
kecerdasan intelektual (IQ) pada lingkungan kerja. Ciarrochi et al. (2002)
menemukan bahwa individu dengan kecerdasan emosional tinggi cenderung
beradaptasi dengan lebih baik terhadap stres yang mereka hadapi. Dette
20
(2008) juga menyatakan bahwa individu dengan kecerdasan emosional tinggi
akan melakukan pekerjaannya dengan tingkat stres yang lebih rendah. Ismail
(2009) kemudian menyatakan bahwa jika karyawan mampu memanajemen
emosi mereka dan karyawan lainnya dengan baik, maka akan meningkatkan
kemampuan mereka untuk mengatasi stres baik psikologis maupun fisiologis
dalam mengimplementasikan pekerjaan mereka. Hal ini menunjukkan adanya
hubungan antara kecerdasan emosional dan stres. Hubungan ini
didasarkan pada asumsi bahwa emosi negatif dan stres yang terjadi,
merupakan hasil dari hubungan disfungsional antara individu dengan
lingkungan (Dette, 2008). Mayer et al. (2000) menyatakan bahwa kecerdasan
emosional merupakan cara individu untuk mengintegrasikan emosi dengan
pikiran dan perilakunya, untuk mengurangi pengalaman emosi negatif
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar