Sabtu, 12 Oktober 2024

Komponen Komitmen Organisasi


Menurut Mayer dan Allen dalam Arnold (1995), komitmen organisasi
terdiri atas tiga komponen yaitu :
1) Affective commitment (komitmen afektif)
Komitmen afektif mengarah pada the employee's emotional attachment to,
identification with, and involvement in the organization. Ini berarti bahwa
komitmen afektif berkaitan dengan keterikatan emosional karyawan,
identifikasi dan keterlibatan karyawan pada organisasi. Dengan demikian,
karyawan yang memiliki komitmen afektif yang kuat akan terus bekerja
dalam organisasi karena mereka memang ingin (want to) melakukan hal
tersebut. Komitmen afektif merupakan perasaaan cinta pada organisasi
yang memunculkan kemauan untuk tetap tinggal dan membina hubungan
sosial serta menghargai nilai hubungan dengan organisasi dikarenakan
telah menjadi anggota organisasi.
2) Normative commitment (komitmen normatif)
Komitmen normatif merefleksikan a feeling of obligation to continue
employment. Dengan kata lain, komitmen normatif berkaitan dengan
perasaan wajib untuk tetap bekerja dalam organisasi. Ini berarti, karyawan
yang memiliki komitmen normatif yang tinggi merasa bahwa mereka
wajib (ought to) bertahan dalam organisasi. Wiener (dalam Allen &
Meyer, 1990) mendefinisikan komponen komitmen ini sebagai tekanan
normatif yang terinternalisasi secara keseluruhan untuk bertingkah
laku tertentu sehingga memenuhi tujuan dan minat organisasi. Oleh karena 
itu, tingkah laku karyawan didasari pada adanya keyakinan tentang “apa
yang benar” serta berkaitan dengan masalah moral. Komitmen normatif
merupakan perasaan yang mengharuskan untuk bertahan dalam organisasi
dikarenakan kewajiban dan tanggung jawab terhadap organisasi yang
didasari atas pertimbangan norma, nilai dan keyakinan karyawan.
3) Continuance commitment (komitmen kontinuans)
Komitmen kontinuans berkaitan dengan an awareness of the costs
associated with leaving the organization. Hal ini menunjukkan adanya
pertimbangan untung rugi dalam diri karyawan berkaitan dengan
keinginan untuk tetap bekerja atau justru meninggalkan organisasi.
Komitmen kontinuans sejalan dengan pendapat Becker yaitu bahwa
komitmen kontinuans adalah kesadaran akan ketidakmungkinan memilih
identitas sosial lain ataupun alternatif tingkah laku lain karena adanya
ancaman akan kerugian besar. Karyawan yang terutama bekerja
berdasarkan komitmen kontinuans ini bertahan dalam organisasi karena
mereka butuh (need to) melakukan hal tersebut karena tidak adanya
pilihan lain.
Hal yang umum dari ketiga komponen komitmen ini adalah dilihatnya komitmen
sebagai kondisi psikologis yang: (1) menggambarkan hubungan individu dengan
organisasi, dan (2) mempunyai implikasi dalam keputusan untuk meneruskan atau
tidak keanggotaannya dalam organisasi.
Allen dan Meyer (1990) lebih memilih untuk menggunakan istilah
komponen komitmen organisasi daripada tipe komitmen organisasi karenaUNIVERSITAS MEDAN AREA
44
hubungan karyawan dengan organisasinya dapat bervariasi dalam ketiga
komponen tersebut. Selain itu, setiap komponen komitmen berkembang sebagai
hasil dari pengalaman yang berbeda serta memiliki implikasi yang berbeda pula.
Misalnya, seorang karyawan secara bersamaan dapat merasa terikat dengan
organisasi dan juga merasa wajib untuk bertahan dalam organisasi. Sementara itu,
karyawan lain dapat menikmati bekerja dalam organisasi sekaligus menyadari
bahwa ia lebih baik bertahan dalam organisasi karena situasi ekonomi yang tidak
menentu. Namun, karyawan lain merasa ingin, butuh, dan juga wajib untuk terus
bekerja dalam organisasi. Dengan demikian, pengukuran komitmen organisasi
juga seharusnya merefleksikan ketiga komponen komitmen tersebut, yaitu
komitmen afektif, komitmen kontinuans, dan komitmen normatif.
Komitmen organisasi bersifat multidimensi. Fink (dalam Kaswan 2012)
mengelompokkan ciri-ciri komitmen menjadi sepuluh yaitu :
1. Selalu berupaya untuk mensukseskan organisasi
2. Selalu mencari informasi tentang organisasi
3. Selalu mencari keseimbangan antara sasaran organisasi dengan saran
pribadi
4. Selalu berupaya untuk memaksimumkan kontribusi kerjanya sebagai
bagian dari organisasi secara keseluruhan
5. Menaruh perhatian pada hubungan kerja antar unit organisasi
6. Berpikir positif terhadap kritik dari teman kerja
7. Menempatkan prioritas organisasi di atas departemennya
8. Tidak melihat organisasi lain sebagai unit yang lebih menarik 
9. Memiliki keyakinan bahwa organisasi akan berkembang
10. Berpikir positif pada pimpinan puncak organisasi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan komponen komitmen
organisasi yang dikemukakan oleh Mayer dan Allen yaitu komitmen afektif,
komitmen kelanjutan, dan komitmen normatif.

Tidak ada komentar: