Jumat, 04 Oktober 2024

Aspek penjualan pribadi (personal selling)


Terdapat lima aspek penting dalam personal selling (Kotler dan Keller,
2016:270), yaitu :

  1. Professionalism
    Profesionalisme staf penjualan diperlukan. Apalagi di era globalisasi
    dan persaingan ini, sangat menuntut tenaga penjualan untuk bekerja seefisien
    mungkin dalam teknologi penjualan. Penjual yang baik bukan hanya orang
    yang menerima pesanan secara pasif, tetapi juga orang yang secara aktif
    mencari pesanan. Inti dari akseptor pesanan pasif adalah berasumsi bahwa
    konsumen adalah konsumen yang tahu apa yang dia butuhkan dan membenci
    bujukan staf penjualan. Saat ini, banyak perusahaan berinvestasi besar-besaran
    dalam melatih staf penjualan mereka. Berbagai pelatihan telah mereka
    dapatkan untuk meningkatkan kemampuan penjualan mereka.
    Ada dua metode pelatihan untuk membuat staf penjualan bekerja lebih
    efektif. Yang pertama adalah pendekatan berorientasi penjualan dengan
    menggunakan teknologi kompresi engsel. Teknologi tersebut mengasumsikan
    bahwa konsumen hanya akan melakukan pembelian ketika mereka berada di
    bawah tekanan, dan akan terpengaruh oleh presentasi penjualan yang cerdas,
    dan mereka tidak akan merasa menyesal atas pembelian tersebut, bahkan jika
    mereka merasa menyesal, tidak akan ada masalah..
    Metode kedua adalah pendekatan berorientasi pelanggan (customer-
    oriented approach). Metode ini mengasumsikan bahwa konsumen memiliki
    kebutuhan potensial yang penting, dan tenaga penjualan harus pandai
    menggali ide konsumen. Latih staf penjualan untuk mendengarkan pendapat
    konsumen dan mengajukan pertanyaan untuk mengidentifikasi kebutuhan
    konsumen. Terakhir, tenaga penjual harus mampu memberikan solusi terbaik
    berupa produk mana yang cocok untuk menyelesaikan permasalahan
    konsumen. Dengan cara ini, wiraniaga harus bisa mengapresiasi semua
    komentar konstruktif dari konsumen. Tidak ada metode satu ukuran untuk
    semua, tetapi sebagian besar program pelatihan staf penjualan ditujukan pada
    langkah-langkah utama dalam proses penjualan yang efektif.
  2. Negotiation
    Negosiasi merupakan salah satu aspek penting dalam penjualan
    pribadi. Dalam negosiasi kedua pihak yaitu penjual dan pembeli membuat
    kesepakatan tentang harga, kuantitas, dan syarat-syarat lainnya. Dalam
    negosiasi tersebut, kedua pihak bisa saling tawar menawar untuk mencapai
    kesepakatan. Oleh karena itu, staf penjualan perlu memiliki keahlian dalam
    bernegosiasi. Dalam beberapa kasus, negosiasi menjadi kegiatan yang tepat
    untuk menutup kesepakatan, apalagi jika ada area kesepakatan. Area
    perjanjian ini akan muncul ketika hasil negosiasi dapat diterima baik oleh
    pembeli maupun penjual.
    Dalam negosiasi, strategi sangat penting untuk penjualan yang sukses.
    Strategi negosiasi adalah komitmen terhadap pendekatan komprehensif yang
    dapat mencapai tujuan negosiasi. Beberapa tenaga penjualan menggunakan
    strategi keras, sementara yang lain menggunakan strategi lunak.
    Para negosiator juga menggunakan strategi yang biasa disebut sebagai
    strategi negosiasi. Strategi ini ibarat manuver berdasarkan kondisi tertentu.
    Strategi tersebut harus sesuai dengan strategi yang digunakan dalam negosiasi.
    Misalnya, jika ada aspek lain yang lebih kuat, maka kita bisa menggunakan
    strategi BATNA (Best Alternative to Negotiation Agreement). Strategi ini
    menjelaskan cara mengidentifikasi alternatif ketika tidak ada solusi dengan
    menetapkan standar untuk mengukur setiap tawaran. Dengan cara ini kita bisa
    menghilangkan tekanan dan menerima kerugian dari lawan yang kuat.
    Strategi lain adalah tindakan balasan yang dirancang untuk
    mengalihkan atau memengaruhi negosiasi. Negosiator harus sangat pandai
    tentang strategi yang digunakan oleh lawan dan berusaha mengembangkan
    strategi tandingan agar tidak mengalami kerugian..
  3. Relationship Marketing
    Dalam penjualan pribadi, tidak hanya tenaga penjualan yang dituntut
    untuk dapat menjual secara efektif dan bernegosiasi secara menguntungkan,
    tetapi dibutuhkan lebih banyak lagi. Tenaga penjualan harus mampu menjalin
    hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dengan konsumen.
    Tidak hanya konsumen, tetapi juga para pemangku kepentingan yang terlibat
    dalam kegiatan bisnis tersebut.
    Dalam penjualan pribadi, wiraniaga tidak hanya harus mampu menjual
    secara efektif dan bernegosiasi secara menguntungkan, tetapi juga lebih
    banyak. Tenaga penjualan harus mampu menjalin hubungan jangka panjang
    yang saling menguntungkan dengan konsumen. Tidak hanya konsumen, tetapi
    juga para pemangku kepentingan yang terlibat dalam kegiatan bisnis tersebut:
    a. Merancang hubungan jangka panjang dengan konsumen/pelanggan untuk
    meningkatkan nilai bagi kedua pihak dan
    b. Memperluas ide hubungan jangka panjang menjadi kerjasama horisontal
    maupun vertikal secara partnership. Hubungan jangka panjang ini
    dilakukan dengan supplier, pelanggan, distributor, serta dalam situasi dan
    kondisi tertentu dapat juga dengan pesaing (Sutarso, 2013).
    Menurut penelitian Kussudyarsana (2013), dalam pemasaran
    relasional, perusahaan harus mengutamakan relasi jangka panjang dengan
    konsumen, dalam hal ini konsumen bukan sekadar objek bisnis, melainkan
    mitra bisnis. Menurut Aaker (2011), ada tiga elemen kunci dalam proses
    relationship marketing yaitu:
    a. Mengidentifikasi dan membangun databasse konsumen dan konsumen
    potensial yang mencakup data demografi, lifestyle, dan informasi
    pembelian.
    b. Menyampaikan pesan yang berbeda kepada konsumen melalui media
    yang didasarkan pada karakteristik dan preferences konsumen.
    c. Menggali informasi setiap hubungan dengan konsumen untuk memonitor
    biaya guna mendapatkan pelanggan dan gaya hidup dari pembelian yang
    dilakukan.
    Sementara itu, manfaat yang didapat konsumen dari pemasaran
    relasional mencakup manfaat sosial dan ekonomi. Manfaat sosial ini meliputi
    keintiman, pemahaman pribadi / pengenalan pribadi, persahabatan, dukungan
    sosial, menikmati persahabatan dan menghabiskan waktu bersama teman.
    Sambil meraup keuntungan ekonomi, konsumen akan menerima harga yang
    berbeda dari konsumen biasa. Manfaat lain dari pemasaran relasional adalah
    keamanan dan fungsionalitas. Keunggulan fungsional meliputi penghematan
    waktu, kenyamanan, saran dan keputusan pembelian yang lebih baik
    (Kussudyarsana, 2013).
    Pemasaran relasional memang memiliki dasar bagaimana tenaga
    penjualan berusaha untuk memenuhi semua kebutuhan konsumen dan
    memberikan perhatian terus menerus. Namun, pemasaran relasional tidak
    dapat diterapkan di semua situasi. Oleh karena itu, staf penjualan harus
    memahami dan memahami pelanggannya. Konsumen mana yang dapat
    merespon dengan baik pemasaran relasional agar apa yang dilakukannya tidak
    sia-sia.
  4. Selling Person Role
    Peran penjual bervariasi dari perusahaan ke perusahaan. Staf penjualan
    dapat berperan sebagai penerima pesanan, atau memikul tanggung jawab
    utama sebagai konsultan konsumen. Tenaga penjualan harus fleksibel untuk
    menjalankan perannya dalam bauran pemasaran.
    Menurut Burnett (2011), membagi tipe personal selling menjadi lima,
    yaitu:
    a. Responsive selling. Sales person bertugas untuk memenuhi permintaan
    konsumen. Dalam tipe ini biasanya sales person mengadakan perjalanan
    dan menjumpai banyak pengecer.
    b. Trade selling. Sales person bertindak sebagai order taker (menerima
    pesanan), tetapi lebih fokus pada pelayanan.
    c. Missionary selling. Tugas utamanya adalah mempromosikan produk baru,
    kadang-kadang melakukan order taker.
    d. Technical selling. Sales person menyelesaikan masalah konsumen dengan
    keahlian dan pengalamannya.
    e. Creative selling. Biasanya berhubungan dengan produk, menangani
    masalah- masalah serius dan memberikan solusi terbaik.
  5. Personal selling Managerial
    Staf penjualan harus dikelola dengan baik. Staf penjualan akan
    memiliki kemampuan, motivasi, dan kinerja yang berbeda. Mereka harus
    dibagi menjadi satu departemen untuk pengawasan sehingga mudah untuk
    menentukan, memantau dan mengevaluasi hasilnya.
    Dari awal rekrutmen, kita harus mencari tenaga penjual yang aktif
    bekerja untuk menjadi tenaga penjual yang efektif. Mereka harus memiliki
    fleksibilitas, keterampilan komunikasi, dan mau dilatih agar semakin dapat
    diandalkan. Mereka adalah investasi perusahaan dan harus mampu
    memaksimalkan sumber dayanya.
    Kemudian tentukan proses penjualan yang akan mereka (staf
    penjualan) lakukan. Mereka harus diberikan job description yang jelas agar
    dapat bekerja dengan normal dan menyelesaikan tujuan dari setiap tugas.
    Ketika motivasi mereka untuk bekerja menurun, manajer penjualan harus
    mampu memulihkan semangat kerja. Memotivasi kembali tenaga penjualan
    agar mereka tetap produktif untuk mencapai tujuan penjualan.
    Setelah mereka bekerja, mereka memasuki tahap evaluasi. Di sini,
    kinerja staf penjualan akan dihitung dan dipertimbangkan, serta biaya yang
    mereka keluarkan untuk penjualan berdasarkan perilaku kerja mereka.
    Tentunya dalam evaluasi ini sudah terdapat standar yang dapat menentukan
    tingkat keberhasilan seorang tenaga penjual. Namun, ada beberapa faktor yang
    tidak dapat diukur secara individual. Dengan mengevaluasi strategi penjualan
    pribadi organisasi, manajemen akan mendapatkan umpan balik dan
    mengidentifikasi masalah yang memerlukan tindakan korektif

Tidak ada komentar: