Jumat, 30 Agustus 2024

Jenis - Jenis Keterlambatan Proyek

Menurut Ervianto (2004), jenis keterlambatan proyek dibagi menjadi tiga, sebagai
berikut:

  1. Excusable Delay (keterlambatan yang dimaafkan)
    Keterlambatan yang disebabkan oleh kejadian-kejadian diluar kendali baik pemilik
    meskipun kontraktor. Keterlambtan jenis ini dikenal dalam kontrak dengan nama
    force Majur. Pada kejadian ini, kontraktor hanya mendapatkan kompensasi berupa
    perpanjangan waktu saja. Penyebab-penyebab yang termasuk dalam jenis
    keterlambatan ini adalah:
     Terjadinya hal-hal yang tak terduga seperti banjir, badai, gempa bumi, tanah
    longsor, cuaca buruk.
     Lingkungan social politik yang tidak stabil.
     Respon-dari masyarakat sekitar yang kurang mendukung dengan adanya
    proyek.
  2. Nonexcusable Delay (keterlambatan yang tidak dimaafkan)
    Keterlambatan yang diakibatkan oleh tindakan, kelalaian, dan kesalahan kontraktor.
    Penyebab-penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:
     Identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan tidak
    tersusun dengan baik.
    Identifikasi yang tidak lengkap akan mempengaruhi durasi proyek secara
    keseluruhan dan mengganggu urutan kerja.
     Ketidaktepatan perencanaan tenaga kerja
    Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam tiap tahapan pelaksanaan proyek
    berbeda-beda, tergantung, dari besar dan jenis pekerjaannya. Perencanaan yang
    tidak sesuai kebutuhan dilapangan dan dapat menimbulkan persoalan karena
    tenaga kerja adalah sumber daya yang tidak mudah didapat dan mahal sekali
    harganya.
     Keterlambatan penyediaan alat/material
    Salah satu faktor yang mendukung dalam pelaksanaan proyek secara langsung
    adalah tersedianya peralatan dan material yang akan digunakan. Keterlambatan
    penyediaan alat dan material diproyek dapat dikarenakan keterlambatan
    pengiriman supplier, kesulitan untuk mendapatkannya, dan kekurangan material
    itu sendiri. Penyediaan alat dan material yang tidak sesuai dengan kebutuhan
    dan waktu yang direncanakan, akan membuat produktivitas pekerja menurun
    karena banyaknya jam nganggur sehingga menghambat laju pekerjaan.
     Kualitas tenaga kerja yang buruk
    Kurangnya keterampilan dan keahlian pekerja dapat mengakibatkan
    produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan rendah sehingga memerlukan waktu
    yang lama dalam menyelesaikan proyek.
     Penanganan keberadaan dan kualitas dari alat atau material yang buruk.
     Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan proyek
    Peralatan merupakan salah satu sumber daya yang digunakan secara langsung di
    dalam pelaksanaan proyek. Perencanaan jenis peralatan harus sesuai dengan
    karakteristik dan besarnya proyek sehingga tujuan dan pekerjaan proyek dapat
    tercapai.
     Mobilisasi sumberdaya yang lambat
    Mobilisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pergerakan supplier kelokasi
    proyek, antar lokasi dalam proyek, dan dari dalam lokasi proyek ke luar lokasi
    proyek. Hal ini sangat dipengaruhi oleh penyediaan jalan proyek dan waktu
    pengiriman alat ataupun material.
     Banyak hasil pekerjaan yang harus diulang atau diperbaiki karena cacat
    Faktor ini lebih mengarah pada mutu dan kualitas pelaksanaan pekerjaan, baik
    secara struktur atau penyelesaian akhir yang dipengaruhi gambar proyek,
    penjadwalan proyek, dan kualitas tenaga kerja. Pada dasarnya semua
    perbaikan/pengulangan akibat cacat atau salah memerlukan tambahan waktu.
     Kesulitan financial
    Perputaran arus uang baik arus masuk maupun arus keluar harus direncanakan
    dengan baik penggunaannya, agar tidak menimbulkan kesulitan untuk proyek
    itu sendiri. Kesulitan pembiayaan oleh kontraktor ini, terutama yang berkaitan
    dengan kewajiban pembayaran ke pemasok material dan pembayaran upah
    tenaga kerja. Hal ini akan menyebabkan tersendatnya dukungan sumber daya
    yang ada dan membuat pelaksanaan pekerjaan menjadi terhambat.
     Kurangnya pengalaman kontraktor
    Pengalaman kontraktor berpengaruh dalam penanganan masalah dalam bekerja
    bisa mengakibatkan keterlambatan proyek. Kontraktor yang sudah
    berpengalaman dengan mudah mengatasi permasalahan yang timbul, lain halnya
    dengan kontraktor yang kurang pengalaman, akan membutuhkan waktu yang
    lebih banyak.
     Koordinasi dan komunikasi yang buruk dalam organisasi kontraktor
    Komunikasi adalah kunci awal bagi keberhasilan kerja tim. Dalam pelaksanaan
    proyek konstruksi, koordinasi memerlukan komunikasi yang baik agar masing-
    masing kelompok tidak terjadi pekerjaan yang tumpang tindih.
     Metode konstruksi/teknik pelaksanaan yang salah/tidak tepat
    Kasalahan atau ketidaktepatan dalam memilih metode konstruksi, walaupun
    mungkin tidak sampai menimbulkan kegagalan penyelesaian struktur, seringkali
    berdampak lebih lamanya waktu penyelesaian yang diperlukan.
     Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja/pengunjung
    Kurangnya kontrol keselamatan kerja yang ada di dalam proyek dapat
    mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja terhadap pekerja. Hal ini dapat
    berdampak pada penderita secara fisik, hilangnya semangat kerja, dan trauma
    akibat kecelakaan yang pada akhirnya dapat mengakibatkan turunnya
    produktivitas kerja.
  3. Compenaable Delay (Keterlambatan yang layak mendapat ganti rugi)
    Keterlambatan yang diakibatkan oleh tindakan. Kelalaian antara kesalahan pemilik.
    Pada kejadian ini, kontraktor biasanya mendapatkan kompensasi berupa
    perpanjangan waktu dan tambahan biaya operasional yang perlu selama
    keterlambatan pelaksanaan tersebut. Penyebab-penyebab yang termasuk dalam jenis
    keterlambatan ini adalah:
     Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang amat ketat
    Jadwal proyek seringkali ditentukan oleh pemilik untuk kepentingan pemakaian
    yang mendesak. Kesalahan-kesalahan akan timbul karena adanya tekanan waktu
    sehingga memerlukan perbaikan-perbaikan. Akibatnya jadwal yang telah
    direncanakan akan berubah dan memerlukan tambahan waktu.
     Persetujuan izin kerja yang lama
    Persetujuan izin kerja merupakan hal yang lazim dalam melaksanakan suatu
    aktivitas pekerjaan seperti gambar dan contoh bahan. Proses persetujuan izin ini
    akan menjadi kendala yang bisa memperlambat proses pelaksanaan pekerjaan
    apabila untuk mendapatkan izin tersebut diperlukan waktu yang cukup lama
    untuk mengambil keputusan.
     Perubahan lingkup pekerjaan/detail konstruksi
    Permintaan pemilik untuk mengganti lingkup pekerjaan pada saat proyek sudah
    terlaksana akan berakibat pembongkaran ulang dan perubahan jadwal yang telah
    dibuat kontraktor. Setiap pembongkaran ulang dalam pelaksanaan proyek
    memerlukan tambahan waktu penyelesaian.
     Sering terjadi penundaan pekerjaan
    Kondisi finansial pemilik yang kurang baik dapat berakibat penundaan atau
    penghentian pekerjaan proyek yang bersifat sementara, yang secara langsung
    berakibat pada mundurnya jadwal proyek.
     Keterlambatan penyediaan material
    Dalam pelaksanaan proyek, sering terjadi adanya beberapa material yang
    disiapkan oleh pemilik. Masalah akan terjadi apabila pemilik terlambat
    menyediakan material kepada kontraktor dari waktu yang telah dijadwalkan.
    Proyek tidak dapat dilanjutkan, produktivitas pekerja rendah karena
    menganggur, yang mengakibatkan keterlambatan proyek.
     Dana dari pemilik yang tidak mencukupi
    Proyek dapat berhenti dan mengalami keterlambatan karena dana dari pemilik
    proyek yang tidak cukup.
     Sistem pembayaran pemilik ke kontraktor yang tidak sesuai kontrak
    Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi membutuhkan biaya terus
    menerus sepanjang waktu pelaksanaannya, yang menuntut kontraktor sanggup
    menyediakan dana secara konsisten agar kelancaran pekerjaan tetap terjaga.
    Pembayaran termyn dari pemilik yang tidak sesuai kontrak dapat merugikan
    pihak kontraktor karena akan mengacaukan semua sistem pendanaan proyek
    tersebut dan mempengaruhi kelancaran pekerjaan kontraktor.
     Cara inspeksi/kontrol pekerjaan birokratis oleh pemilik
    Cara inspeksi dan kontrol yang terlalu birokratis dapat membuat kebebasan
    kontraktor dalam bekerja menjadi lebih terbatas. Keterbatasan inilah yang pada
    akhirnya akan menyebabkan pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lambat

Tidak ada komentar: