Menurut Ervianto (2004), jenis keterlambatan proyek dibagi menjadi tiga, sebagai
berikut:
- Excusable Delay (keterlambatan yang dimaafkan)
Keterlambatan yang disebabkan oleh kejadian-kejadian diluar kendali baik pemilik
meskipun kontraktor. Keterlambtan jenis ini dikenal dalam kontrak dengan nama
force Majur. Pada kejadian ini, kontraktor hanya mendapatkan kompensasi berupa
perpanjangan waktu saja. Penyebab-penyebab yang termasuk dalam jenis
keterlambatan ini adalah:
Terjadinya hal-hal yang tak terduga seperti banjir, badai, gempa bumi, tanah
longsor, cuaca buruk.
Lingkungan social politik yang tidak stabil.
Respon-dari masyarakat sekitar yang kurang mendukung dengan adanya
proyek. - Nonexcusable Delay (keterlambatan yang tidak dimaafkan)
Keterlambatan yang diakibatkan oleh tindakan, kelalaian, dan kesalahan kontraktor.
Penyebab-penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:
Identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan tidak
tersusun dengan baik.
Identifikasi yang tidak lengkap akan mempengaruhi durasi proyek secara
keseluruhan dan mengganggu urutan kerja.
Ketidaktepatan perencanaan tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam tiap tahapan pelaksanaan proyek
berbeda-beda, tergantung, dari besar dan jenis pekerjaannya. Perencanaan yang
tidak sesuai kebutuhan dilapangan dan dapat menimbulkan persoalan karena
tenaga kerja adalah sumber daya yang tidak mudah didapat dan mahal sekali
harganya.
Keterlambatan penyediaan alat/material
Salah satu faktor yang mendukung dalam pelaksanaan proyek secara langsung
adalah tersedianya peralatan dan material yang akan digunakan. Keterlambatan
penyediaan alat dan material diproyek dapat dikarenakan keterlambatan
pengiriman supplier, kesulitan untuk mendapatkannya, dan kekurangan material
itu sendiri. Penyediaan alat dan material yang tidak sesuai dengan kebutuhan
dan waktu yang direncanakan, akan membuat produktivitas pekerja menurun
karena banyaknya jam nganggur sehingga menghambat laju pekerjaan.
Kualitas tenaga kerja yang buruk
Kurangnya keterampilan dan keahlian pekerja dapat mengakibatkan
produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan rendah sehingga memerlukan waktu
yang lama dalam menyelesaikan proyek.
Penanganan keberadaan dan kualitas dari alat atau material yang buruk.
Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan proyek
Peralatan merupakan salah satu sumber daya yang digunakan secara langsung di
dalam pelaksanaan proyek. Perencanaan jenis peralatan harus sesuai dengan
karakteristik dan besarnya proyek sehingga tujuan dan pekerjaan proyek dapat
tercapai.
Mobilisasi sumberdaya yang lambat
Mobilisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pergerakan supplier kelokasi
proyek, antar lokasi dalam proyek, dan dari dalam lokasi proyek ke luar lokasi
proyek. Hal ini sangat dipengaruhi oleh penyediaan jalan proyek dan waktu
pengiriman alat ataupun material.
Banyak hasil pekerjaan yang harus diulang atau diperbaiki karena cacat
Faktor ini lebih mengarah pada mutu dan kualitas pelaksanaan pekerjaan, baik
secara struktur atau penyelesaian akhir yang dipengaruhi gambar proyek,
penjadwalan proyek, dan kualitas tenaga kerja. Pada dasarnya semua
perbaikan/pengulangan akibat cacat atau salah memerlukan tambahan waktu.
Kesulitan financial
Perputaran arus uang baik arus masuk maupun arus keluar harus direncanakan
dengan baik penggunaannya, agar tidak menimbulkan kesulitan untuk proyek
itu sendiri. Kesulitan pembiayaan oleh kontraktor ini, terutama yang berkaitan
dengan kewajiban pembayaran ke pemasok material dan pembayaran upah
tenaga kerja. Hal ini akan menyebabkan tersendatnya dukungan sumber daya
yang ada dan membuat pelaksanaan pekerjaan menjadi terhambat.
Kurangnya pengalaman kontraktor
Pengalaman kontraktor berpengaruh dalam penanganan masalah dalam bekerja
bisa mengakibatkan keterlambatan proyek. Kontraktor yang sudah
berpengalaman dengan mudah mengatasi permasalahan yang timbul, lain halnya
dengan kontraktor yang kurang pengalaman, akan membutuhkan waktu yang
lebih banyak.
Koordinasi dan komunikasi yang buruk dalam organisasi kontraktor
Komunikasi adalah kunci awal bagi keberhasilan kerja tim. Dalam pelaksanaan
proyek konstruksi, koordinasi memerlukan komunikasi yang baik agar masing-
masing kelompok tidak terjadi pekerjaan yang tumpang tindih.
Metode konstruksi/teknik pelaksanaan yang salah/tidak tepat
Kasalahan atau ketidaktepatan dalam memilih metode konstruksi, walaupun
mungkin tidak sampai menimbulkan kegagalan penyelesaian struktur, seringkali
berdampak lebih lamanya waktu penyelesaian yang diperlukan.
Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja/pengunjung
Kurangnya kontrol keselamatan kerja yang ada di dalam proyek dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja terhadap pekerja. Hal ini dapat
berdampak pada penderita secara fisik, hilangnya semangat kerja, dan trauma
akibat kecelakaan yang pada akhirnya dapat mengakibatkan turunnya
produktivitas kerja. - Compenaable Delay (Keterlambatan yang layak mendapat ganti rugi)
Keterlambatan yang diakibatkan oleh tindakan. Kelalaian antara kesalahan pemilik.
Pada kejadian ini, kontraktor biasanya mendapatkan kompensasi berupa
perpanjangan waktu dan tambahan biaya operasional yang perlu selama
keterlambatan pelaksanaan tersebut. Penyebab-penyebab yang termasuk dalam jenis
keterlambatan ini adalah:
Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang amat ketat
Jadwal proyek seringkali ditentukan oleh pemilik untuk kepentingan pemakaian
yang mendesak. Kesalahan-kesalahan akan timbul karena adanya tekanan waktu
sehingga memerlukan perbaikan-perbaikan. Akibatnya jadwal yang telah
direncanakan akan berubah dan memerlukan tambahan waktu.
Persetujuan izin kerja yang lama
Persetujuan izin kerja merupakan hal yang lazim dalam melaksanakan suatu
aktivitas pekerjaan seperti gambar dan contoh bahan. Proses persetujuan izin ini
akan menjadi kendala yang bisa memperlambat proses pelaksanaan pekerjaan
apabila untuk mendapatkan izin tersebut diperlukan waktu yang cukup lama
untuk mengambil keputusan.
Perubahan lingkup pekerjaan/detail konstruksi
Permintaan pemilik untuk mengganti lingkup pekerjaan pada saat proyek sudah
terlaksana akan berakibat pembongkaran ulang dan perubahan jadwal yang telah
dibuat kontraktor. Setiap pembongkaran ulang dalam pelaksanaan proyek
memerlukan tambahan waktu penyelesaian.
Sering terjadi penundaan pekerjaan
Kondisi finansial pemilik yang kurang baik dapat berakibat penundaan atau
penghentian pekerjaan proyek yang bersifat sementara, yang secara langsung
berakibat pada mundurnya jadwal proyek.
Keterlambatan penyediaan material
Dalam pelaksanaan proyek, sering terjadi adanya beberapa material yang
disiapkan oleh pemilik. Masalah akan terjadi apabila pemilik terlambat
menyediakan material kepada kontraktor dari waktu yang telah dijadwalkan.
Proyek tidak dapat dilanjutkan, produktivitas pekerja rendah karena
menganggur, yang mengakibatkan keterlambatan proyek.
Dana dari pemilik yang tidak mencukupi
Proyek dapat berhenti dan mengalami keterlambatan karena dana dari pemilik
proyek yang tidak cukup.
Sistem pembayaran pemilik ke kontraktor yang tidak sesuai kontrak
Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi membutuhkan biaya terus
menerus sepanjang waktu pelaksanaannya, yang menuntut kontraktor sanggup
menyediakan dana secara konsisten agar kelancaran pekerjaan tetap terjaga.
Pembayaran termyn dari pemilik yang tidak sesuai kontrak dapat merugikan
pihak kontraktor karena akan mengacaukan semua sistem pendanaan proyek
tersebut dan mempengaruhi kelancaran pekerjaan kontraktor.
Cara inspeksi/kontrol pekerjaan birokratis oleh pemilik
Cara inspeksi dan kontrol yang terlalu birokratis dapat membuat kebebasan
kontraktor dalam bekerja menjadi lebih terbatas. Keterbatasan inilah yang pada
akhirnya akan menyebabkan pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lambat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar