Teori agensi pertama kali dipopulerkan oleh Jensen dan Meckling (1976),dalam teori ini dinyatakan bahwa hubungan keagenan muncul ketika satu orangatau lebih(principal)mempekerjakan orang lain(agen)untuk memberikan suatujasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepadaagen tersebut.Adanya peralihan dalam lingkungan bisnis mengakibatkanperusahaan yang dulunya hanya dimiliki satu orang yaitu manajer–pemilik(owner–manager)sekarang menjadi perusahaan yang kepemilikannya tersebardengan pemegang saham yang dimiliki oleh berbagai kalangan. Peralihan inimengakibatkan terjadinya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan, dimanakepemilikan berada pada tangan pemegang saham sedangkan pengelolaan beradapada tangan tim manajemen.Dalam hal ini pemegang saham sebagai principalmempunyai asumsi bahwa pemegang saham hanya tertarik pada hasil keuanganyang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedangkan para agendiasumsikan menerima kepuasaan berupakompensasi keuangan dan syarat–syaratyang berlaku dalam hubungan tersebut (Wulandari, 2013:15).Hubunganantaraagen dan principal(pemegang saham) harus memiliki kepercayaan yang kuat,dimana agen melaporkan segala informasi perkembangan perusahaan yang dimiliki oleh principal melalui segala bentuk informasi akuntansi karena hanyapihak manajemen yang mengetahui dengan pasti keadaan perusahaan.Eisenhardt, 1989(dalam Wulandari, 2013:15) menyatakan bahwa teoriagensi menggunakan tiga asumsi sifat manusiayaitu: (1) manusia pada umumnyamementingkan diri sendiri(self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatasmengenai persepsi masa mendatang(bounded rationality), dan (3) manusia selalumenghindari resiko(risk averse).Hal ini mengakibatkan terjadinya penyimpangandalam pelaporan kepadaprincipalakibat adanya keinginan untuk memenuhitujuan pribadi seperti ingin memaksimalkan utilitasnya, yang memungkinkanagen tidak selalu berbuat yang terbaik bagiprincipal, sehingga muncul masalahkeagenan.Oleh karena itu teori keagenan lebih menekankan pada penentuankontrol yang efisiensi dalam hubungan pemilik dengan agen. Dengan demikiandibutuhkan kontrak yang efisien yaitukontrak yang jelas untuk masing–masingpihak yang berisi tentang hak dan kewajiban, dengan demikian dapatmeminimumkan konflik keagenan.Masalah keagenan ini dapat terlihat dalamaktivitas manajemen laba yang muncul pada laporan keuangan akibat adanyaasymmetric information.Asimetri antara manajemen(agen)dengan pemilik(principal)dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukanmanajemen laba(earnings management)dalam rangaka menyesatkan pemilik(pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan.Pada prinsipnyateori keagenan menjelaskan bagaimana menyelesaikankonflik kepentingan antara para pihak dan stakeholder dalam kegiatan bisnisyangberdampak merugikan. Untuk menghindari konflik,kerugian, diperlukan prinsip–
prinsip dasar pengelolaan perusahaan yang baik.Wilson Arafat(2008) dalamPurwandari (2011:22) menjelaskan bahwaagency theoryini dalam tataranempirik kurang memadai untuk digunakan sebagai alat menyelenggarakanperusahaan modern akibat adanya ciri yang menonjol yaitu terpisahnyakepemilikan denganpengelolaan serta digunakannya dana pinjaman selain danadari perusahaan sehingga dibutuhkan suatu mekanisme yang dapat memberikanperlindungan yang efektif kepada para pemegang saham dan pihak kreditur.Mekanisme ini yang dinamakangood corporate governancesebagai konsepkelanjutan dari teori keagenan ini yang akan dipaparkan pada subbab lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar