Rabu, 12 April 2023

Teori keagenan (Agency Theory)


Pemisahan antara kepemilikan saham dan manajemen di
perusahaan-perusahaan besar sangat di perlukan. Sebagian besar
perusahaan itu memiliki ratusan atau ribuan pemegang saham dan tidak
mungkin jika semuanya harus terlibat dalam manajemen perusahaan,
sehingga perlu otoritas untuk mendelegasikan usahanya kepada
manajemen. Keuntungan dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan
manajemen ini antara lain apabila ada perubahan kepemilikan saham
maka tidak akan mengganggu operasi perusahaan yang sudah berjalan.
Perusahaan dapat menyewa manajer profesional untuk menjalankan
usahanya. Tetapi ada kemungkinan timbul masalah apabila terdapat
perbedaan tujuan antara manajer dengan pemegang saham.
Teori keagenan menyangkut hubungan kontraktual antara anggotaanggota di perusahaan. Jansen and Meckling (1976) menjelaskan bahwa
hubungan agensi terjadi ketika satu orang atau lebih (principal)
mempekerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan
kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan. Yang
disebut prinsipal adalah pemegang saham atau investor dan yang
dimaksud agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Inti dari 
hubungan keagenan adalah adanya pemisahan fungsi antara kepemilikan
di investor dan pengendalian di pihak manajemen.
Hak pengendalian yang dimiliki oleh manajer memungkinkan
terjadinya penyimpangan dan menimbulkan masalah keagenan yang
dapat diartikan dengan sulitnya investor memperoleh keyakinan bahwa
dana yang mereka investasikan dikelola dengan semestinya oleh manajer.
Manajer memiliki kewenangan untuk mengelola prusahaan dan dengan
demikian manajer memiliki hak dalam mengelola dana investor (Ujiantho
dan Pramuka, 2007)

Tidak ada komentar: