Kamis, 13 April 2023

Teori keagenan (Agency Theory)

Pemisahan antara kepemilikan saham dan manajemen di perusahaan-perusahaan besar sangat di perlukan. Sebagian besar perusahaan itu memiliki ratusan atau ribuan pemegang saham dan tidak mungkin jika semuanya harus terlibat dalam manajemen perusahaan, sehingga perlu otoritas untuk mendelegasikan usahanya kepada manajemen. Keuntungan dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan manajemen ini antara lain apabila ada perubahan kepemilikan saham maka tidak akan mengganggu operasi perusahaan yang sudah berjalan. Perusahaan dapat menyewa manajer profesional untuk menjalankan usahanya.Tetapi ada kemungkinan timbul masalah apabila terdapat perbedaan tujuan antara manajer dengan pemegang saham.Teori keagenan menyangkut hubungan kontraktual antara anggota-anggota di perusahaan. Jansen and Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan agensi terjadi ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan. Yang disebut prinsipal adalah pemegang saham atau investor dan yang dimaksud agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan.Inti dari

 hubungan keagenan adalah adanya pemisahan fungsi antara kepemilikan di investor dan pengendalian di pihak manajemen.Hak pengendalian yang dimiliki oleh manajer memungkinkan terjadinya penyimpangan dan menimbulkan masalah keagenan yang dapat diartikan dengan sulitnya investor memperoleh keyakinan bahwa dana yang mereka investasikan dikelola dengan semestinya oleh manajer. Manajer memiliki kewenangan untuk mengelola prusahaan dan dengan demikian manajer memiliki hak dalam mengelola dana investor (Ujiantho dan Pramuka, 2007).Darmawati (2005), ada tiga asumsi yang melandasi teori keagenan yaitu asumsi tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. 1.Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia mempunyai sifat mementingkan diri sendiri (selft interest), manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan manusia selalu menghindari resiko (risk averse).2.Asumsi keorganisasian menekankan tentang adanya konflik antara anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria efektififtas, dan adanya asimetri informasi antara principal dan agent.3.Asumsi informasi mengemukakan bahwa informasi dianggap sebagai komoditi yang dapat dijualbelikan.

Tidak ada komentar: