Jumat, 24 Maret 2023

Brand Image


Secara umum image dapat dideskripsikan dengan karakteristik tertentu seperti manusia,
semakin positif deskripsi tersebut semakin kuat brand image dan semakin banyak kesempatan bagi
pertumbuhan merek itu (Davis, 2000:21). Menilai baik-tidaknya suatu merek dapat dilihat dari
kriteria-kriteria mengenai merek yang baik. Menurut Setiawan (2007:2) kriteria merek yang baik
diantaranya terlindung dengan baik, mudah diucapkan, mudah diingat, mudah dikenali, menarik,
menampilkan manfaat produk, menonjolkan perbedaan produk dibanding pesaing Menurut
Simamora (2007:6) mengatakan bahwa image adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka
panjang (enduring perception). Jadi tidak mudah untuk membentuk image, sehingga bila terbentuk
sulit untuk mengubahnya.
Brand image adalah representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk
dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan
dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang
memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan
pembelian. Dijelaskan dalam bukunya, Kotler mendefinisikan brand image sebagai seperangkat
keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki seorang terhadap suatu merek. Karena itu sikap dan
tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh brand image merupakan syarat 
dari merek yang kuat. Sedangkan Durianto dkk (2004:4) menyatakan brand image adalah asosiasi
brand saling berhubungan dan menimbulkan suatu rangkaian dalam ingatan konsumen. Brand
image yang terbentuk di benak konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan brand tertentu
cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image.
Brand image berkaitan antara asosiasi dengan brand karena ketika kesan-kesan brand yang
muncul dalam ingatan konsumen meningkat disebabkan semakin banyaknya pengalaman
konsumen dalam mengkonsumsi atau membeli brand tersebut. Konsumen lebih sering membeli
produk dengan merek yang terkenal karena merasa lebih nyaman dengan hal-hal yang sudah
dikenal, adanya asumsi bahwa merek terkenal lebih dapat diandalkan, selalu tersedia dan mudah
dicari, dan memiliki kualitas yang tidak diragukan, sehingga merek yang lebih dikenal lebih sering
dipilih konsumen daripada merek yang tidak terkenal (Aaker, 1991:15).

Tidak ada komentar: