Minggu, 06 November 2022

Pengertian coping stress (skripsi, tesis, dan disertasi)

Stressadalahrespon individu terhadap peristiwa yang menekan sehingga seseorang dalam keadaan tidak berdaya yang merupakan transaksi antara tekanan dari luar dan karakteristik individu dan mengancam kemampuan coping.Kendal dan Hemmen (dalam Safaria dan Saputra, 2012:208)menyatakanbahwa stressdapat terjadi pada individu ketika terdapat ketidak seimbangan antara situasi yang menuntut dengan perasaan individu atas kemampuannya untuk bertemu dengan tuntutan-tuntutan tersebut. Stressdapat terjadi pada setiap orang dan pada setiap waktu hal ini karena stressmerupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dihindari.Stressyang terjadi pada diri individu dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti keadaan keluarga, misalnya perceraian, penyelewengan, dan kematian. Faktor yang mengganggu kestabilan (stress) organisme dapat berasal dari dalam maupun luar, faktor yang berasal dari dalam diri organisme adalah biologis dan psikologis, sedang yang dari luar adalah faktor lingkungan (Mashudi, 2014: 201). Dampak stressyang negatif seringkali berupa gejala fisik maupun psikis dan akan menimbulkan gejala-gejala tertentu. Menurut Rice (dalam Safaria, 2012: 30) reaksi dari stressbagi individu dapat digolongkan menjadi beberapa gejala yaitu gejala fisiologis, berupa keluhan seperti sakit kepala, sembelit, sakit pinggang,
 urat tegang pada tengkuk, tekanan darah tinggi, kelelahan, sakit perut, maag, berubah selera makan, susah tidur, dan kehilangan semangat. Gejala emosional, berupa seperti gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut, mudah tersinggung, sedih dan depresi. Gejala kognitif, berupa keluhan seperti susah berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, melamun berlebihan, dan pikiran kacau. Gejala interpersonal berupa sikap acuh tak acuh pada lingkungan, apatis, agresif, minder, kehilangan kepercayaan pada orang lain, dan mudah mempersalahkan orang lain. Gejala organisasional, berupa meningkatnya keabsenan dalam kerja, menurunnya produktifitas, ketegangan dengan rekan kerja, ketidak puasan kerja dan menurunya dorongan untuk berprestasi. Stressdapat terjadi ketika seseorang tidak dapat mengatasi problem yang disebabkan karena tekanan yang dialami. Untuk mengurangi tekanan-tekanan stressseseorang cenderung akan mengambil tindakan ”fight or flight”(menghadapinya atau meninggalkannya). Dampak stressortergantung pada nilai petingnya, durasinya, efek kumulatif, kebergantungan (multiplicity) dan immunance(kekuatan dari dalam diri). Meskipun hampir secara umum ketegangan bersangkut paut dengan masalah, sumber ketegangan yang melibatkan aspek-aspek kehidupan individu yang penting, cenderung menampilan taraf ketegangan yang tinggi pada banyak orang. Misalnya, kematian orang yang dicintai, perceraian, kehilangan pekerjaan, dan serangan penyakit yang serius (Wiramihardja, 2007: 48). Dekompensasi psikologisatau stressyang eksesif merupakan mekanisme yang terjadi secara biologis yaitu alarm and mobilization,dimana sumber daya
 manusia disiapkan untuk menanggulangi stressdisiapkan lalu dimobilisasikan seperti gairah emosional, peningkatan ketegangan, peningkatan sensitivitas, pembesaran alertis(kesiagaan) dan upaya-upaya yang ditentukan pada kontrol diri. Tahap resisten, jika stressberkelanjutan, badan sering mampu menemukan berbagai cara menghadapi atau menjaga disintegrasipsikologis, bisa jadi hal ini terjadi secara temporer, melalui cara penanggulangan yang konservatifdan cara copingyang berorientasi pada tugas. Exhaution, dalam menghadapi stressyang eksesifdan berkelanjutan, sumber-sumber adaptif individu tidak optimal dan pola penanggulangan untuk menghadapi tahap resistensi mulai melemah atau gagal (Wiramihardja, 2007: 53). Oleh karena itu tahap resistensi cukup penting, bagaimana seseorang dapat mengatur diri dan menentukan copingyang tepat. Seseorang yangmengalami stressakan menunjukkan berbagai respons. Respons emosional yang meliputi perasaan kesal, marah, cemas, takut, sedih, murung, dan dukacita. Respons fisiologi yang meliputi fight and flight response, the general adaptation syndrome, serta brain-body pathway. Respon behavioral(tingkah laku atau aktivitas) terhadap stressumumnya melibatkan coping, yaitu berbagai upaya untuk menuntaskan, mengurangi atau menoleransi tuntutan-tuntutan yang menyebabkan stress, penggunaan copingsering diterapkan terhadap upaya-upaya yang secara inheren bersifat sehat (Mashudi, 2014: 200). Stressyang berkepanjangan berakibat pada terjadinya kelelahan baik fisik maupun mental, yang pada akhirnya memunculkan berbagai keluhan dan gangguan. Individu menjadi sakit, namun sering kali penyebab sakitnya tidak diketahui secara jelas karena individu yang bersangkutan tidak menyadari lagi
 tekanan atau stressyang dialami. Tanpa disadari individu menggunakan cara penyesuaian dan penyelesaian tekanan yang kurang tepat. Sebaliknya, bila individu mampu menggunakan cara-cara penyesuaian diri yang sehat atau sesuai dengan stressyang dihadapi,meskipun tekanan itu tetap ada, individu yang bersangkutan tetaplah dapat hidup secara sehat. Bahkan tekanan-tekanan tersebut akhirnya justru akan memungkinkan individu untuk memunculkan potensi-potensi manusiawinya dengan optimal. Penyesuaian diri dalan menghadapi stress, dalam konsep kesehatan mental dikenal dengan istilah coping(Siswanto, 2007:59).Kata copingsendiri berasal dari kata copeyang dapat diartikan sebagai menghadapi, melawan ataupun mengatasi walaupun demikian belum ada istilah dalambahasa Indonesia yang tepat untuk mewakili istilah ini. Pengertian copinghampir sama dengan penyesuaian (adjustment), perbedaanya penyesuaian mengandung pengertian yang lebih luas jika dibandingkan dengan coping, yaitu semua reaksi terhadap tuntutan baikberasal dari luar dari lingkungan maupun yang berasal dari dalam diri seseorang yang dikhususkan pada bagaimana seseorang mengatasi tuntutan yang menekan (Rustiana; dalam Wardani, 2009: 28). Senada dengan hal tersebut Taylor (dalam Mashudi, 2014: 221) menyatakan bahwacopingadalah proses mengelola tuntutan (internal atau eksternal) yang ditaksir sebagai beban karena diluar kemampuan diri individu. Safaria dan Saputra (2012: 96) menyatakan hal yang serupa bahwa secara teoritis, usaha yang dilakukan individu untuk mencari jalan keluar dari masalah agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dapat dikatakan coping strategy.
 Ahli lain yang mengemukakan tentang copingadalah Matheny (dalam Rice; dalam Safaria dan Saputra, 2012: 97) yang mendefinisikan copingsebagai segala usaha, sehat maupun tidak sehat, positif maupun negatif, usaha kesadaran atau ketidak sadaran, untuk mencegah, menghilangkan, atau melemahkan stressor, atau untuk memberikan ketahanan terhadap dampak stress. Begitu juga menurut Weiten dan Lloyd (Mashudi, 2014: 221) yang mengemukakan bahwa copingmerupakan upaya-upaya untuk mengatasi, megurangi, atau menoleransi ancaman dan beban perasaan yang tercipta karena stress. Copingmerupakan strategi untuk menejemen tingkah laku kepada pemecahan masalah yang paling sederhana dan realistis, serta berfungsi untuk membebaskan diri dari masalah yang nyata dan copingmerupakan semua usaha secara kognitif dan perilaku untuk mengatasi, mengurangi, dan tahan terhadap tuntutan-tuntutan (distressdemands) (Safaria dan Saputra, 2012: 97). Copinglebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi, atau dengan kata lain, copingadalah bagian reaksi orang ketika menghadapi stressatau tekanan (Siswanto, 2007:60).Copingterdiri atas upaya-upaya yang berorientasi pada kegiatan dan intrapsikis untuk mengelola (seperti menuntaskan, tabah, mengurangi, atau menimbulkan) tuntutan internaldan eksternalserta konflik diantaranya (Mashudi, 2014: 221). Setiap individu akan berbeda-beda dalam menggunakan coping-nya dalam menghadapi masalah yang sama, semuanya tergantung seberapa baik individu tersebut mengamati perbedaan diantara hubungan antara situasi yang menekan dengan sumber kekuatan dalam dirinya sendiri. Pada dasarnya coping memiliki
 proses yang dinamis antara perilaku dengan lingkungan, jadi dalam melakukan copingterhadap tekanan yang sangat mengancam, individu akan melakukan copingsesuai dengan pengalaman, keadaan, dan waktu saat seseorangmelakukan coping tersebut (Safaria dan Saputra, 2012: 99

Tidak ada komentar: