Permintaan dari pasar yang sudah semakin luas, inovasi yang terus berkembang
serta tingginya tingkat kejenuhan dan kedewasaan pasar yang mengakibatkan
perusahaan harus lebih berfokus terhadap pelanggan dan mencari peluang di pasar
baru (Adinato, 2013). Kotler dan Amstrong (2012) mengatakan bahwa keinginan
konsumen menjadi lebih prioritas dibanding dengan produk yang sedang dijual saat
ini kepada konsumen. Sehingga perusahaan harus mengetahui apa yang diinginkan
pelanggan dan menempatkan pelanggan sebagai fokus utama perusahaan. Hal itu
akan mudah tercapai jika perusahaan berorientasi pasar.
Orientasi pasar merupakan alat ukur perilaku dan aktivitas dari implementasi
konsep pemasaran (Tjiptono dan Gregorius, 2012). Menurut Pelham (1997)
berpendapat jika perusahaan yang berorientasi pasar merupakan perusahaan yang
mampu mengembangkan dan memahami lebih baik mengenai apa yang dibutuhkan
konsumen sehingga dapat menciptakan customer value dan menciptakan strategi
pasar dengan informasi kekuatan serta kelemahan pesaing. Narver dan Slater (1990)
mengatakan bahwa orientasi pasar merupakan budaya organisasi yang dimana
menempatkan prioritas tertinggi pada superior customer value. Sedangkan Craven
dan Piecry (2013) Orientasi pasar merupakan suatu perspektif yang menempatkan
konsumen sebagai fokus perhatian dalam kegiatan perusahaan. Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa orientasi pasar merupakan suatu
tindakan yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk menciptakan superior
customer value dengan cara menjadikan konsumen menjadi pusat perhatian
perusahaan.
Narver dan Slater (1990) berpendapat bahwa ada tiga hal yang menjadi faktor
utama perusahaan mampu berorientasi pasar yaitu manajemen puncak, dinamika
antar departemen, dan sistem organisasi. Manajemen puncak memiliki peran
penting dalam membentuk nilai dan orientasi perusahaannya. Jika manajemen puncak tidak dapat menekan pentingnya responsif terhadap kebutuhan konsumen
makan akan sulit perusahaan berubah menjadi market oriented. Selain itu,
manajemen puncak dapat memotivasi para karyawannya untuk memantau setiap
perubahan pasar, berbagai intelijensi pasar dengan karyawan lainnya dan bersikap
responsif terhadap kebutuhan pasar. Responsivitas terhadap perubahan kebutuhan
pelanggan menuntut produk atau jasa diperkenalkan kepada konsumen untuk
memenuhi harapan atau kebutuhan baru tetapi hal itu akan beresiko lebih besar
untuk produk baru. Sehingga diperlukan kesediaan dan keberanian dalam
mengambil resiko dan menerima kegagalan sebagai sesuatu yang wajar dalam
mewujudkan orientasi pasar.
Dinamika antar departemen akan memunculkan konflik dan keterkaitan antar
satu sama lain. Dinamika antar departemen tidak berdampak dalam pengumpulan
intelijensi pasar melainkan akan menghambat komunikasi internal dan
mengganggu kelancaran ativitas penyebaran intelijensi pasar dan responsivitas
organisasi. Semakin besar interaksi dan pertukuran informasi antar departemen,
semakin besar pula terwujudnya penyebarluasan intelijensi pasar dan responsivitas
organisasi.
Faktor yang terakhir yaitu sistem organisasi. Sistem organisasi ini meliputi
formalisasi, sentralisasi, dan departementalisasi. Formalisasi ini berhubungan
sejauhmana aturan dapat merumuskan peran, hubungan, komunikasi, sanksi, dan
prosedur perusahaan. Sentralisasi ini mengatur bagaimana pendelegasian
wewenang dan tingkat pertisipasi dalam pengambilan keputusan. Sedangkan
departementalisasi merujuk pada jumlah departemen dimana aktivitas organisasi
dikelompokan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar