Minggu, 27 Maret 2022

Jenis-Jenis Layanan Kesehatan Jiwa (skripsi, tesis, dan disertasi)

 

  1. Layanan Kesehatan Ilmiah

Kedokteran ilmiah mulai timbul waktu mulai dipakainya methoda ilmiah dalam memahami , mengobati dan mencegah penyakit, serta  mulai tersusunnya taxonomi penyakit dengan model biomedis sebagai dasarnya. Ilmu berikhtiar menemukan yang mungkin  dan mengkonfrontasinya dengan yang nyata. Ilmu bereksperimen dengan alam, mengurangi  masalah dan mencoba menjawabnya satu persatu, lalu menyusun jawaban yang umum (F. Jacob, 1977)

        Kedokteran ilmiah mencoba  menerangkan penyakit dengan model biomedis. Analysis dilakukan untuk menemukan penyimpangan-penyimpangan dari norma biologis dan tindakan-tindakan korektif yang harus diambil untuk mengembalikan keadaan semula. Makin lama makin mendetail soa-soal yang diselidiki hingga sampai  kepada system  hayat yang terendah , sel. Bahkan  diteruskan lagi sampai ke tingkat molekul. Dengan melakukan  synthesis  kemudian dicoba memahami keseluruhan. Keadaan ini, yang telah berlaku  lebih setengah abad,   banyak menimbulkan   persoalan, kekurangan  dan perdebatan , oleh karena yang diperhatikan hanya setengah manusia, yaitu dari individu kebawah sebagai satu system yang terdiri  atas komponen-komponen. Tetapi aspek supraindividual terlupakan, yaitu individu  sebagai system dalam suprasystem  diatasnya. Akibatnya kedokteran ilmiah sering dianggap kurang holistik.

        Kedokteran ilmiah sebagai sistem tertutup sukar menerima hal-hal yang tidak berasal dari ilmu pengetahuan, meskipun ada yang diterimanya. Obat-obat yang diambil kedokteran dari pedukunan, umumnya sesudah diuji secara ilmiah. Memang banyak dokter yang membaca doa dalam prakteknya, tetapi kedokteran ilmiah pada dasarnya tidak mudah menyesuaikan diri dengan cara-cara yang tidak ilmiah. Diagnosis dianggap lebih penting untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut.         

        Kedokteran ilmiah merupakan profesi, yang mempunyai ciri-ciri khas yaitu : autoregulasi, ia mengatur dirinya  sendiri  dengan autonomi kerja yang luas, misalnya dalam  soal mutu karya, isi dan methoda kerja ; mengatur  pendidikan formal dan sertifikasi, jadi jenjang  dan standar pendidikan dikelola sendiri; mempunyai kode etik dan lambang karya, seperti Imhotep, Hippokrates, Deklarasi Helsinki, Aesculapius, caduceus ; mengatur imbalan untuk  jasa, tapi berorientasi pada jasa bukan pada laba. Dari ciri-ciri profesi tersebut diatas para ahli menganggap autoregulasi yang terpenting, oleh karena itu dapat kita bayangkan reaksi profesi terhadap usaha dari luar untuk mengatur syarat-syarat pendidikan, pasaran (hubungan antara penawaran dan kebutuhan) dan imbalan.

        Daya mengatur diri dan autonomi profesional  tadi diperoleh kedokteran dari kewiraswastaannya, yaitu kebebasan seseorang yang mempekerjakan diri sendiri, dan charismanya. Charismanya diperoleh dari sifat tugasnya, yang seolah-olah menentukan  hidup mati seseorang , bertindak sebagai pengobat, pengajar, penasehat dan pelindung dalam keresahan manusia, serta kesediaannya melibatkan diri dalam kesulitan  pribadi seseorang, kesulitan yang umum dirasa oleh setiap manusia  dalam hidupnya.

  1. Rumah Sakit

Rumah sakit sebagai salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas. Manajemen rumah sakit harus berupaya memuaskan pasiennya, dalam hal ini masyarakat dengan berbagai tingkat kebutuhannya. Sebuah rumah sakit didirikan dan dijalankan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk perawatan, pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis atau non medis, dan tindakan diagnosis lainnya yang dibutuhkan oleh masing-masing pasien dalam batas-batas kemampuan teknologi dan sarana yang disediakan di rumah sakit (Wijono, 1999).

Disamping itu rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, akurat, dan sesuai dengan kemajuan teknologi kedokteran sehingga dapat berfungsi sebagai rujukan rumah sakit sesuai dengan tingkat rumah sakitnya. Pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah kegiatan pelayanan berupa pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan administrasi, pelayanan gawat darurat yang mencakup pelayanan medik dan penunjang medik.

Sedangkan untuk dapat disebut sebagai bentuk pelayanan kesehatan, baik dari jenis pelayanan kesehatan kedokteran maupun dari jenis pelayanan kesehatan masyarakat harus memiliki berbagai syarat pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah:

  • Tersedia dan berkesinambungan

Syarat yang pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat berkesinambungan.

  • Dapat diterima dan wajar

Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah dapat diterima oleh masyarakat serta bersifat wajar. Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.

 

  • Mudah dicapai

Syarat pokok yang ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah mudah dicapai oleh masyarakat (dari sudut lokasi).

  • Mudah dijangkau

Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah mudah dijangkau oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud disini termasuk dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

  • Bermutu

Syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah bermutu. Pengertian yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

Dalam upaya pelayanan di rumah sakit, maka pasien yang memperoleh jasa pelayanan memiliki harapan tertentu. Bila jasa rumah sakit yang diterimanya dapat memenuhi bahkan melebihi dari apa yang diharapkan dalam waktu ke waktu tumbuh pemikiran dalam diri pasien bahwa inilah suatu jasa pelayanan rumah sakit yang efektif dan memiliki mutu.

 

  1. Puskesmas

Pelayanan kesehatan pada umumnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu pelayanan kesehatan personal (personal healthcare service) atau juga disebut sebagai pelayanan kedokteran (medical care services), serta pelayanan kesehatan lingkungan (envirounmental health care services) atau pelayanan kesehatan masyarakat (public healthcare services) (Azwar, 1996).

Puskesmas merupakan jenis pelayanan kesehatan masyarakat. Kegiatan pokok Puskesmas berdasarkan Buku Pedoman Kerja Puskesmas yang terbaru ada 18 usaha pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas. Di dalam pelaksanaannya tergantung pada faktor tenaga, sarana dan prasarana serta biaya yang tersedia berikut kemampuan manajemen dari tiap-tiap Puskesmas (Effendy, 1995). Selain kurangnya dukungan logistik dan biaya operasional, mutu pelayanan Puskesmas juga banyak tergantung dari kinerja petugas kesehatan.

  1. Dukun dan Pengobatan Alternatif

Pedukunan memang  merupakan sistem perobatan yang informal  dalam masyarakat tradisional. Cara menjelaskan tentang penyakit mudah dipahami oleh penderita karena istilah-istilahnya sudah lama dikenal, demikian pula cara penyembuhannya.  Ego dan pribadi penderita sangat diperhatikan dalam pedukunan sedangkan penyebab atau etioligi penyakit selalu ditimpakan pada kekuatan supernatural. Pedukunan sangat terbuka karena sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan. Orang kota banyak kedukun karena tidak puas dengan pelayanan kedokteran yang terlalu formal, lurus, ketat, memerlukan tulisan dan catatan, jam dan alat-alat canggih sebagai pengukur.

        Tiap-tiap kebudayaan mempunyai institusi yang berhubungan dengan penyakit dan pengobatan . Pada bagian awal sejarah manusia institusi  ini  disebut kedukunan . Kedukunan  berdasarkan mistik, supernaturalisma, dan kepercayaan . Seperti  ilmu, mistik juga suatu system penjelasan  (explanatory  system) , yang mencoba menerangkan peristiwa-peristiwa alam secara  koheren dan terpadu . Mistik atau magic bahkan sangat koheren  : argumen yang sama dipakai untuk menjelaskan  berbagai  hal (F. Jacob, 1977). Dalam kedukunan kita lihat diagnosis ditentukan dengan satu cara dan etiologi akhirnya hanya satu saja, yaitu tenaga gaib tertentu.

        Kedukunan pada umumnya terdapat sekarang dalam masyarakat tradisional. Kedukunan umumnya memakai system tatap (personal encounter system), seorang pasien berhadapan dengan seorang dukun dan mempunyai derajat kewiraswastaan (entrepreneurship) yang tinggi. Hanya pada waktu-waktu tertentu  ada dukun-dukun yang mempraktekkan  kedukunan masyarakat atau kedukunan komunitas, misalnya untuk mengusir wabah, memelihara kesejahteraan  desa, menolak bala atau ritual-ritual lain. Kegiatan  demikian biasanya dilakukan atas permintaan masyarakat atau pemimpinnya, kecuali kalau pemimpin itu adalah dukun juga . Wabah dan penyakit sering  dipakai sebagai alat kontrol sosial oleh kedukunan, misalnya wabah cholera diturunkan dewa karena masyarakat kurang disiplin, seorang pemuka menderita parah karena kurang jujur.  Kedukunan preventif juga dapat dijumpai dalam masyarakat, misalnya dengan  mempergunakan azimat, dan takhayul. Placebo dipakai dengan extensif oleh kedukunan. Obat yang sukar dicari atau yang sangat mahal dipakai untuk menimbulkan keadaan psikofisiologis tertentu untuk membantu daya tahan pasien.

Hingga kini praktek dukun hidup subur dan bahkan makin marak di mana-mana diseluruh pelosok tanah air, meskipun hampir 100 % penduduk telah mengenyam pendidikan walaupun hanya pendidikan  dasar, juga radio dan TV telah masuk desa. Hal ini harus dapat dimengerti karena masyarakat masih merupakan masyarakat tradisonal yang sebagian masih selalu mendambakan kegaiban dan keajaiban, meskipun dalam kenyataannya mereka hidup dalam masyarakat industri moderen. Faktor lain yang menyebabkan banyak orang mencari pertolongan dukun adalah masih banyaknya penyakit khronis dengan prognosis yang buruk dan dokter yang merawatnya tidak memberikan informasi yang memuaskan pasien. Hal lain adalah banyaknya penyakit yang membatasi diri, sehingga tidak diberi obatpun akan baik sendiri.  Banyak pula penyakit yang dikatakan tak dapat sembuh, mempunyai siklus sembuh dan kambuh ( remisi dan eksaserbasi), sehingga dukun yang berpengalaman dapat memanfaatkannya untuk kepentingannya sendiri. Bahkan dengan pengalamannya itu banyak dukun yang membuat pernyataan atau claim bahwa mereka dapat menyembuhkan berbagai penyakit baik mental, fisik maupun spiritual (Trichel, 2003)

Dalam prakteknya di masyrakat terdapat berbagai macam dukun. Dalam tulisan Prawirohardjo (1978) dikemukakan macam-macam dukun sebagai berikut:

  1. Dukun yang berorientasi agama (religius): dukun kiai atau dukun santri
  2. Dukun mistik atau magis yang berorientasi pada kekuatan supernatural : dukun perewangan, dukun susuk, dukun tenung.
  3. Dukun yang berorientasi pada alam (natural): dukun jampi, dukun pijat, dukun bayi , shinshe, ahli tusuk jarum
  4. Dukun campuran (natural dan supernatural): terkun dan trikun.

           

Menurut Ngoma et al (2003) dukun digolongkan dalam 4 krlompok sebagai berikut:

  1. Diviners: these include traditional diagnosticians (wapiga ramli), diviners (ramli) and spiritualist (a mashetani, midzimu) these healers consult with spirits who may identify the type and cause of the illness. Diviners may treat accordingly or refer on to herbalists. They will differentiate between normal health problems (magonjiwa ya kawaida) such as cancer, diabetes or acquired immune deficiency syndrome (aids) and traditional health problems (magonjiwa ya kienyeji) that involve the control or removal of spirits.
  2. Herbalists: these use plants and roots as medicine typically applied through scarification,. Steam baths, and mineral, and animal extracts.
  3. Herbalists-ritualists: these use both ritual and herbal medicines to diagnose and treat , in addition healing the specific spirits deemed responsible for a patient’s problem.
  4. Faith healers: these use Koranic phrases (for example, kombe – a phrse from the Koran written on a pice of paper and given to a patient for treatment or protection from specific and non specific misfortunes), or recite texts from the Bible for healing purposes. These group sometimes uses herbal medicines as well.

 

Selain kelompok tersebut diatas ada pula dukun yang dalam upaya melakukan penyembuhan hanya menggunakan air saja ( Rinne, 2001).     

Dari beberapa kelompok dukun tersebut maka pengetahuan yang dimiliki oleh setiap dukun sangat berbeda-beda tergantung dari tempat dan caranya mendapatkan pengetahuan serta caranya belajar menjadi dukun (Miranda et al., 2002).  Disamping itu beberapa dukun bekerja secara sembunyi-sembunyi dan hanya muncul bila memang sangat diperlukan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat.

Tidak ada komentar: