Guna lebih mendorong kinerja yang lebih tinggi, maka dibutuhkan suatu lingkungan kerja yang menunjang dengan maksud agar karyawan dapat bekerja dengan semangat dan bergairah. Menurut Nitisemito (1996), “Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan dan dapat mempengaruhi karyawan dalam menjalankan tugas - tugas yang dibebankan”. Pernyataan di atas di dukung oleh pendapat Ahmadi (2002), “Lingkungan kerja dinyatakan sebagai kehidupan sosial, psikologi dan fisik dalam organisasi yang berpengaruh terhadap karyawan dalam melaksanakan tugasnya”. Irmin (2005) menyatakan pendapatnya bahwa:
Selain lingkungan kerja secara fisik, lingkungan kerja yang tidak menyenangkan juga bisa disebabkan karena suasana kerja yang tidak kondusif, seperti adanya persaingan, teman sekerja saling menjatuhkan, dan adanya kerja sama yang jelek. Suasana kerja yang tidak mendukung seperti itulah yang membuat karyawan tidak kerasan kerja.
Timpe (1993) mempunyai pendapat bahwa, “Lingkungan kerja yang menyenangkan mungkin menjadi kunci pendorong bagi para karyawan anda untuk menghasilkan kinerja puncak”. Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan segenap keadaan yang ada di sekitar para karyawan termasuk di dalamnya kehidupan sosial, psikologi dan fisik baik dalam suasana positif maupun negatif yang berpengaruh terhadap karyawan serta kinerjanya.
Kesempatan bekerja di luar merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kinerja seseorang. Jika seorang pegawai senantiasa merasa bahwa kesempatannya untuk bekerja di luar senantiasa terbuka maka kinerjanya pada perusahaan yang diikutinya saat itu akan cenderung statis karena tidak berupaya untuk mengejar karir yang ada di situ, namun hanya sebatas menunggu kesempatan untuk beralih ke perusahaan lain atau berpindah tempat kerja.
Fakta menunjukkan, tak sedikit orang yang memang punya kebiasaan berpindah-pindah kerja karena kesempatan bekerja di luar terbuka lebar. Mereka merasa tak lagi kerasan bekerja. Akhirnya, mereka mencoba mencari jalan keluar. Bagi yang suka mengambil risiko, pindah kerja bisa menjadi alternatif yang jauh lebih gampang dibandingkan mencoba mengatasi permasalahan di perusahaan yang sekarang.
Banyak hal yang bisa jadi penyebab seorang karyawan memutuskan berpindah kerja. Setidaknya, ada empat alasan paling populer mengapa seseorang memutuskan berpindah kerja:
- Pekerjaan tidak lagi menantang
Ketika seorang kutu loncat memutuskan bergabung dengan sebuah perusahaan, mungkin ia membayangkan akan memperoleh tantangan kerja yang selama ini ia idam-idamkan. Misalnya perusahaan itu belum punya sistem kerja yang mapan, produknya potensial tapi tidak laku di pasar, dan sebagainya.
Permasalahan-permasalahan ini tentu sangat mengasyikkan bagi mereka yang kreatif dan suka bekerja keras. Tapi, ketika semua tantangan tadi berangsur-angsur hilang, sistem kerja sudah jalan atau image produk sudah mulai menancap di benak pelanggan, maka kesempatan untuk berkreasi pun dirasakan berkurang. Kerja menjadi sesuatu yang tidak lagi menarik dan membosankan. Akhirnya, mereka pun memutuskan pindah.
- Tidak cocok dengan atasan
Faktor atasan sangat berperan penting dalam sistem kerja di suatu perusahaan. Banyak karyawan yang lebih tergantung pada perilaku atasan dibanding pada perlakuan perusahaan secara umum terhadap karyawannya. Tentunya ini sangat subyektif, karena atasan yang cocok untuk si A Belum tentu cocok untuk si B, demikian pula sebaliknya. Biasanya, atasan yang emosional menduduki peringkat pertama kategori atasan yang tidak disukai.
- Mencari penghasilan yang lebih besar
Maksudnya adalah iming-iming memperoleh penghasilan yang lebih tinggi dibanding penghasilan yang diperoleh saat ini. Meski penghasilan seringkali bukan merupakan faktor utama yang menjadi latar belakang seseorang bekerja, tetapi kenyataannya, uang tetap menjadi alasan menarik untuk memutuskan mencari pekerjaan baru.
- Lingkungan kerja tidak nyaman
Alasan lingkungan kerja tidak nyaman lebih banyak dikeluhkan oleh wanita, bahkan konon, wanita lebih rentan terganggu oleh masalah hubungan kerja dibandingkan pekerjaannya sendiri. Ini tentu tidak lepas dari sifat wanita yang lebih afektif (kecenderungan menggunakan perasaan) dibandingkan pria.
Selain keempat alasan tadi, tentu masih ada alasan-alasan lain, misalnya memiliki hubungan khusus dengan sesama karyawan beda jenis dan tidak berakhir happy end, atau jarak tempat kerja yang dirasa terlalu jauh dari rumah, dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar