Menurut Mamduh D. Hanafi dan Abdul Halim (2012) ada 3 jenis laba
yang bukan berasal dari aktivitas operasional perusahaan yakni:
1. Laba dari penjualan pabrik (bisnis perusahaan tersebut adalah retailing)
Jika perusahaan tersebut mempunyai anak perusahaan yang bergerakdi
bidang pengangkutan (misal, tujuannya untuk membantu distribusi produk
makannanya), kemudian memustuskan untuk menjual usaha tersebut,
maka laba atau rugi yang terjadi akan masuk pada kategori ini.
2 Laba (Rugi) luar biasa (extraordinary gain/losses)
Perusahaan tersebut mempunyai anak perusahaan yang bergerakdi bidang
pengangkutan (misal, tujuannya untuk membantu distribusi produk
makannanya), kemudian memustuskan untuk menjual usaha tersebut,
maka laba atau rugi yang terjadi akan masuk pada kategori pertama.
Kalau pabrik perusahaan tersebut mengalami kebakaran, maka rugi
yang terjadi masuk dalam kategori kedua. Kategori kedua merupakan item
yang:
a. Tidak biasa (unusual), dilihat dari usaha bisnis perusahaan.
b. Tidak sering muncul (nonrecurring).
c. Jumlahnya signifikan (material).
Ketiga kategori diatas harus dipenuhi supaya suatu item masuk dalam
pendapatan atau rugi luar biasa. Apabila suatu perusahaan perkayuan
terletak di daerah jalur angin ribut, kemudian perusahaan mengalami
kerusakan karena ada angin ribut yang lewat, maka item tersebut tidak
masuk dalam pendapatan (rugi) luar biasa karena item tersebut tidak
memenuhi persyaratan kategori laba pertama. Item tersebut tidak biasa
(unusual) karena angin ribut tidak ada kaitannya dengan usaha penebangan
kayu. Tetapi karena pabrik tersebut berada di jalur angin ribut, maka bisa
diharapkan kejadian semacam itu (angin ribut) akan berulang lagi suatu
saat. Karena itu item tersebut tidak memenuhi item pertama yaitu non
recurring.
3 Laba (Rugi) karena perubahan prinsip atau metode akuntansi
Pos terakhir adalah laba (rugi) karena perubahan prinsip-prinsip akuntansi.
Perbedaan karena perubahan tersebut harus dilaporkan secara akumulatif.
Itu berarti efek perubahan tersebut harus dilaporkan kalau perusahaan
menggunakan metode baru sejak metode lama pertama kali digunakan,
misalkan perusahaan menggunakan metode LIFO lima tahun yang lalu,
dan sekarang ingin berubah menjadi metode FIFO, maka perbedaan yang
timbul karena perubahan tersebut harus dihitung sejak lima tahun lalu.
Berdasarkan penelitian Brian dan Etna (2012) ada 2 komponen laba yang
termasuk kedalam laba yang memiliki sifat temporer dan insidentil yakni:
1. Laba dari aktivitas finansial
Merupakan laba yang berasal dari aktivitas pendanaan, dalam hal ini
biasanya pendapatan bunga, laba selisih kurs, atau laba dari selisih kurs
karena penjualan efek.
2. Laba dari aktivitas luar biasa
Merupakan laba yang berasal dari transaksi – transaksi yang jarang
dilakukan atau transaksi yang bersifat insidentil. Misalnya laba atau rugi
dikarenakan bencana alam
3. Laba dari operasi yang tidak berlanjut
Merupakan transaksi yang berasal dari adanya aktivitas yang dihentikan
pada saat kelangsungan usaha. Contoh: penutupan pabrik.
Menurut Febriyanti (2004) komponen laba transitori secara lebih rinci
dapat diamati langsung dari laporan laba rugi suatu perusahaan diantaranya:
1 Penjualan aktiva tetap
2 Selisih kurs
3 Penjualan merek dagang
4 Restrukturisasi dan penyelesaian pinjaman
5 Penurunan nilai persediaan
6 Penjualan penyertaan saham,
7 Penjualan investasi efek hutang
8 Pembelian surat berharga
9 Investasi jangka panjang
10 Penghapusan hutang
11 Kenaikan nilai pasar surat berharga
12 Restrukturisasi sewa guna usaha jangka panjang
13 Kebakaran, kerusuhan
14 Bencana alam serta operasi yang tidak berlanjut
Kamis, 16 Desember 2021
Komponen Laba Transitori (skripsi dan tesis)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar