Jumat, 29 Oktober 2021

The Trade Off-Theory (skripsi dan tesis)


Trade-off theory adalah teori struktur modal yang
menyatakan bahwa perusahaan menukar manfaat pajak dari pendanaan
utang dengan masalah yang ditimbulkan oleh potensi kebangkrutan
(Brigham dan Houston, 2011:183). Dari model ini dapat dinyatakan
bahwa perusahaan yang tidak menggunakan pinjaman sama sekali dan
perusahaan yang menggunakan pembiayaan investasinya dengan
pinjaman seluruhnya adalah buruk. Keputusan terbaik adalah
keputusan yang moderat dengan mempertimbangkan kedua instrumen
pembiayaan.
Menurut Azazi (2008), dalam memilih struktur modal
optimal, perusahan mempertimbangkan manfaat dan biaya antara
hutang dengan ekuitas. Literatur tentang struktur modal yang optimal
berkenaan dengan kontinjensi (persyaratan) yang khusus bagi setiap
sumber pendanaan yang pada gilirannya menentukan manfaat dan
biaya dari masing-masing sumber dana tersebut. Tiga bentuk
kontinjensi yang biasanya dianggap sebagai determinan struktur modal
optimal adalah sebagai berikut: 
a. Teori Pajak
Model berdasarkan pajak menghipotesiskan bahwa perusahaan
memilih debt-equity-ratio dengan mempertimbangkan manfaat
pengurangan pajak karena pembayaran bunga pinjaman dan biaya
financial distress yang disebabkan oleh akumulasi hutang
perusahaan. Aliran kas dari utang dan ekuitas dikenakan pajak yang
berbeda oleh pemerintah. Karena bunga dapat mengurangi
pembayaran pajak sedangkan dividen tidak dapat, maka
pembiayaan dengan utang mempunyai keuntungan pajak.
b. Biaya Kepailitan
Perusahaan memang dapat menikmati bertambahnya penghematan
pajak yang diperoleh dari bertambahnya utang, akan tetapi
pendanaan yang berasal dari utang juga dapat meningkatkan
kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan karena
bertambahnya beban bunga. Perusahaan dapat menangguhkan
pembayaran dividen, tetapi pembayaran bunga tetap harus dipenuhi
secara tepat waktu dan jumlahnya. Kegagalan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban pembayaran bunga disebabkan oleh kas yang
dimiliki tidak cukup dan dapat mengakibatkan perusahaan
menanggung beban keuangan. Wujud beban keuangan yang paling
berat adalah kepailitan atau kebangkrutan. Biaya beban keuangan
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: biaya beban keuangan
langsung dan biaya beban keuangan tidak langsung. Biaya beban 
keuangan langsung meliputi: biaya pengesahan secara hukum
(legal) dan biaya administrasi yang berkaitan dengan kebangkrutan
atau reorganisasi. Sedangkan biaya beban keuangan tidak langsung
biasanya bersifat implisit yang ditanggung oleh perusahaan dalam
situasi yang sangat berat (tetapi tidak bangkrut), antara lain: biaya
modal lebih tinggi, penurunan penjualan dan hilangnya kepercayaan
pelanggan, perusahaan tidak dapat mempertahankan manajermanajer dan para pekerja yang berkualitas.
c. Konflik agen-prinsipal (agency theory)
Konflik ini timbul ketika terdapat moral hazard di dalam perusahaan,
yang disebut dengan biaya keagenan ekuitas. Manajer-manajer
perusahaan ingin mewujudkan keinginan mereka sendiri yang tidak
sesuai dengan keinginan pemegang saham. Masalah keagenan ini
dapat diselesaikan jika kepemilikan saham bagi manajer
ditingkatkan, karena kepemilikan manajer yang tinggal dapat
mendekatkan kepentingan manajemen dan pemegang saham (Jensen
dan Meckling, 1976). Kemungkinan lain adalah monitoring yang
dilakukan oleh pemegang saham utama kepada manajemen dan
penggunaan utang untuk mendisiplinkan manajemen. Namun utang
menciptakan masalah keagenan yang lain. Jensen dan Meckling
(1976) memberikan argumen bahwa manajer yang bekerja untuk
kepentingan pemegang saham kemungkinan menyalahgunakan
kekayaan dari kreditur dengan melakukan substitusi aktiva. Artinya, 
manajer melakukan investasi pada proyek berisiko, karena jika
proyek tersebut gagal, biaya yang dikeluarkan akan dibagi bersama.
Namun, bila proyek berhasil maka pemegang saham akan
memperoleh keuntungan. Sebaliknya, Myers (1977) mengatakan
bahwa perusahaan yang utangnya tinggi dapat menunda atau
membatalkan proyek-proyek perusahaan yang menguntungkan
karena mereka tidak mampu membayar utang yang sangat besar
tersebut. Oleh karena itu, dalam memilih tingkat debt-equity mereka,
perusahaan-perusahaan harus mempertimbangkan biaya keagenan
utang dan biaya keagenan ekuitas

Tidak ada komentar: