Menurut Hasibuan (2016) Kepuasan kerja (job statisfaction) karyawan
harus diciptakan sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi, kecintaan, dan
kedisiplinan karyawan meningkat. Kepuasan kerja adalah sikap emosional
yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh
moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam
pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan. Kepuasan
dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan
dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan, dan
suasana lingkungan kerja yang baik. Kepuasan di luar pekerjaan adalah
kepuasan kerja karyawan yang dinikmati di luar pekerjaan dengan besarnya
balas jasa yang akan diterima dari hasil kerjanya, agar dia dapat membeli
kebutuhan-kebutuhannya. Kepuasan kombinasi dalam dan luar pekerjaan
adalah kepuasan kerja yang dicerminkan oleh sikap emosional yang seimbang
antara balas jasa dengan pelaksanaan pekerjaannya.
Herzberg dalam Widodo (2015) mengemukakan mengenai teori dua
faktor yang dapat menyebabkan timbulnya rasa puas yaitu faktor
pemeliharaan (maintanance factors) dan faktor pemotivasi (motivation
factors). Faktor pemeliharaan meliputi administrasi dan kebijakan perusahaan,
kualitas pengawasan, hubungan dengan pengawas, hubungan dengan
subordinat, upah, keamanan kerja, kondisi kerja dan status. Sedangkan faktor
pemotivasi meliputi dorongan berprestasi, pengenalan, kemajuan, work it self,
kesempatan berkembang dan tanggung jawab. Robbins & Judge (2015)
definisi tentang kepuasan kerja merupakan sebuah perasaan positif terhadap
pekerjaan yang dihasilkan dari evaluasi atas karakteristik. Sebuah pekerjaan
lebih dari mengacak kertas, menulis kode program, menunggu pelanggan,
atau mengendarai truk. Pekerjaan membutuhkan interaksi rekan kerja dan bos,
mengikuti aturan serta kebijakan organisasi, memenuhi standar kinerja, hidup
dengan kondisi kerja yang kurang diseal, dan sebagainya.
Kreitner & Kinicki (2001) dalam Widodo (2015) menyebutkan faktor
penentu kepuasan kerja. Di antaranya sebagai berikut:
a. Pekerjaan itu sendiri (work it self)
Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan
bidangnya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan
seseorang bahwa keahliannya di butuhkan dalam melakukan pekerjaan
tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan.
b. Hubungan dengan atasan (supervision)
Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan kepuasan kerja adalah
tenggang rasa (consistenderating). Hubungan fungsional mencerinkan sejauh
mana atasan membantu tenaga kerja untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan
yang penting bagi tenaga kerja. Tingkat kepuasan kerja yang paling besar
dengan atasan jika kedua jenis hubungan adalah positif.
c. Teman sekerja (workers)
Teman kerja merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara
pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun
berbeda jenis pekerjaan.
d. Promosi (promotion)
Promosi merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya
kesempatab untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja.
e. Gati atau upah (pay)
Merupakan faktor pemenuh kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak
atau tidak.
Sedangkan Menurut Celluci et al (1978) dalam Fuad Mas’ud (2004)
yang dikutip oleh Baihaki (2010), menyatakan bahwa kepuasan kerja dapat di
ukur dengan indikator-indikator sebagai berikut :
1. Kepuasan dengan gaji ( satisfaction with pay )
2. Kepuasan dengan promosi (satisfaction withpromotion )
3. Kepuasan dengan rekan sekerja (satisfaction with co-workers )
4. Kepuasan dengan penyelia (satisfaction with supervisor )
5. Kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri (satisfaction with work itself )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar