Kamis, 12 Agustus 2021

Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah (skripsi dan tesis)

 
1. Teori Ekonomi Neo Klasik
Peranan teori ekonomi neo klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis
pembangunan daerah karena teori ini tidak memiliki dimensi spasial yang
signifikan. Namun demikian, teori ini memberikan dua konsep pokok dalam
pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan
mobilitas faktor produksi. Artinya sistem perekonomian akan mencapai
keseimbangan alamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa pembatasan. Oleh
karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju ke
daerah yang berupah rendah.
2. Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama
pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan
permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri–
industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan
bahan baku untuk di ekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan
menciptakan lapangan kerja. Strategi pembangunan daerah yang muncul 
didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan
kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun
internasional. Implementasi kebijakanya mencakup pengurangan
hambatan/batasan terhadap perusahaan–perusahaan yang berorientasi ekspor
yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut.
Kelemahan model ini adalah bahwa model ini didasarkan pada
permintaan eksternal bukan internal. Pada akhirnya akan menyebabkan
ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kekuatan–kekuatan pasar secara
nasional maupun global. Tetapi, model ini sangat berguna untuk menentukan
keseimbangan antara jenis–jenis industri dan sektor yang dibutuhkan
masyarakat untuk mengembangkan stabilitas ekonomi.
3. Teori Lokasi
Para ekonomi regional sering mengatakan bahwa ada 3 faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan daerah yaitu: lokasi, lokasi, dan lokasi.
Pernyataan tersebut sangat masuk akal jika dikaitkan dengan pengembangan
kawasan industri. Perusahaan cenderung untuk meminimumkan biayanya
dengan cara memilih lokasi yang memaksimumkan peluangnya untuk
mendekati pasar. Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa
lokasi yang terbaik adalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan
pasar.
Tentu saja banyak variabel lainya yang mempengaruhi kualitas atau
suitabilitas suatu lokasi misalnya upah tenaga kerja, biaya energi, 
ketersediaan pemasok, komunikasi, fasilitas-fasilitas pendidikan dan latihan.
Keterbatasan dari teori ini pada saat sekarang adalah bahwa teknologi dan
komunikasi modern telah mengubah signifikansi suatu lokasi tertentu untuk
kegiatan produksi dan distribusi barang.
4. Teori Tempat Sentral
Teori tempat sentral menganggap bahwa ada hirarki tempat-tempat.
Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang
menyediakan sumber daya (industri dan bahan baku). Tempat sentral tersebut
merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa–jasa bagi penduduk
daerah yang mendukungnya.
Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi
daerah, baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Misalnya, perlunya
melakukan pembedaan fungsi antara daerah–daerah yang bertetangga.
Beberapa daerah bisa menjadi wilayah penyedia jasa sedangkan lainya hanya
sebagai daerah pemukiman. Seorang ahli pembangunan ekonomi daerah
dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan peranan fungsional
mereka dalam sistem ekonomi daerah.
5. Teori Kausasi Kumulatif
Kondisi daerah–daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan
konsep dasar dari tesis kausasi kumulatif ini. Kekuatan–kekuatan pasar
cenderung memperparah kesenjangan antara daerah–daerah tersebut (maju
versus terbelakang). Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan 
kompetitif dibanding daerah–daerah lainnya. Hal ini disebut Mydral (1957)
sebagai back wash effects.
6. Model Daya Tarik
Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya
adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap
industrialis melalui pemberian subsidi dan insentif

Tidak ada komentar: