Senin, 31 Mei 2021

Elemen Komponen perilaku Determinasi Diri (skripsi dan tesis)

 
Wehmeyer dalam Agran mengidentifikasi   ele-
men komponen yang berhubungan dengan perilaku
determinasi diri (Agran, 1997). Komponen tersebut
yaitu 
1. Membuat pilihan
Guess dalam Agran mengajukan tiga level dalam
membuat pilihan, yaitu pilihan sebagai pengindi-
kasi preferensi, pilihan sebagai proses membuat
keputusan, serta pilihan sebagai ekspresi atas ke-
mandirian dan martabat. Reid, dkk. dalam Agran
mengidentifikasi dua komponen dasar dalam in-
struksi membuat pilihan, yang pertama yaitu
melibatkan perilaku tertentu yang diperlukan un-
tuk memilih satu hal atau peristiwa dari dua atau
beberapa alternatif. Yang kedua yaitu mengarah-
kan tindakan tersebut menuju pemilihan dari ha-
sil pilihannya tersebut.
2. Membuat keputusan
Terdapat kemiripan antara membuat pilihan dan
membuat keputusan. Membuat pilihan mengacu
pada proses pemilihan alternatif berdasarkan pa-
da pilihan individual. Membuat keputusan meng-
acu pada satu set keterampilan yang lebih luas
yang menggabungkan pembuatan pilihan se-
bagai salah satu dari sekian banyak komponen
yang ada.
3. Memecahkan masalah
Elemen ketiga adalah pemecahan masalah. Pem-
ecahan masalah juga berkaitan dengan pengam-
bilan keputusan, karena pengambilan keputusan
merupakan sebuah proses di mana individu mem-
pertimbangkan berbagai solusi atau pemecahan
masalah. Masalah itu sendiri adalah merupakan
sebuah tugas yang solusinya belum didapatkan,
atau lebih khusus masalah adalah situasi terten-
tu di mana seseorang harus merespon agar dapat
berfungsi secara optimal dan efektif dalam ling-
kungannya. Seperti halnya proses pembuatan
pilihan, ketrampilan memecahkan masalah juga
tertanam di hampir semua prosedur pembuatan
keputusan. Proses membuat keputusan di-mulai
dengan membuat daftar pilihan yang sudah di-
identifikasi. Praktisnya, individu harus menggu-
nakan pemecahan masalah sebelum terjadi-nya
pembuatan keputusan. Dalam pemecahan ma-
salah, penekanan instruksional biasanya meli-
puti tiga titik fokus yaitu identifikasi masalah,
penjelasan masalah dan analisis, dan penyelesai-
an masalah.
4. Penetapan tujuan dan pencapaian
Untuk menjadi agen menyebab dalam kehidupan,
individu perlu memiliki ketrampilan yang diper-
lukan untuk merencanakan, mengatur, dan men-
capai tujuan. Tujuan di sini mengandung bebera-
pa makna, menurut Locke dan Latham tujuan di
sini mencangkup arti penting dari istilah-istilah
seperti niat atau maksud, tugas, batas waktu, tu-
juan, arahan, dan tujuan akhir. Semua ini memi-
liki kesamaan makna bahwa ada sesuatu yang in-
gin dicapai oleh seseorang.
5. Kemampuan mengobservasi diri
Menguji keadaan lingkungan belajar, dan meng-
evaluasi apa yang diinginkan.
6. Kemampuan mengevaluasi diri
Membandingkan tingkah laku belajar yang dia-
wasi sendiri dengan tujuan yang dicapai.
7. Kemampuan menguatkan diri
Berperan aktif dalam belajar, membuat jadwal
penguat baru untuk lebih memotivasi dirinya
dalam belajar.
8. Lokus kontrol internal
Rotter dalam Agran mendefinisikan lokus kon-
trol sebagai sejauh mana seseorang merasakan
hubungan yang berkelanjutan antara tindakan-
nya dan hasil. Mercer dan Snell dalam Agran
mendekripsikannya dengan cara berikut:
a. Jika individu memiliki lokus kontrol internal,
ia melihat penguatan sebagai akibat paling
utama dari setiap tindakannya.
b. Jika individu memiliki lokus kontrol ekster-
nal, ia melihat penguatan sebagai hasil dari
kekuatan dari luar, contohnya keberuntungan,
nasib, kesempatan, dan lainnya.
Lokus kontrol internal telah dikaitkan dengan
hasil adaptif, termasuk hasil pendidikan yang
positif dan prestasi, serta meningkatkan wak-
tu dan perhatian pada tugas sekolah yang ter-
kait.
9. Pengaruh positif dari efikasi dan harapan
Efikasi diri mengacu pada keyakinan bahwa
seseorang dapat berhasil melaksanakan perilaku
yang diperlukan untuk memproduksi hasil
yang diberikan. Efikasi harapan mengacu pada
keyakinan individu bahwa jika suatu perilaku
tertentu dilakukan, hal itu akan menyebabkan
hasil yang diharapkan. Ini menjadi jelas bahwa
kedua-nya perlu dimiliki oleh individu tetapi tidak
cukup untuk menciptakan sebuah determinasi
diri. Sederhananya, individu harus percaya bahwa
mereka dapat melakukan perilaku tertentu yang

Tidak ada komentar: