Minggu, 01 November 2020

Konseling Dalam Farmasi (skripsi dan tesis)

Menurut Menkes No. 73 tahun 2016 tentang standar kefarmasian di Apotek konseling merupakan proses interaktif antara petugas kefarmasian dengan pasien untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Tahap konseling (Menkes, 2016) : 1. Tahap pembuka komunikasi antara Apoteker dan pasien 2. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three Prime Questions yaitu : a. Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda. b. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat anda. c. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah menerima terapi obat tersebut. 3. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat. 4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan penggunaan obat. 5. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien. Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling (Menkes, 2016):   1 Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui). 2 Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM, AIDS, epilepsi). 3 Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off). 4 Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin, teofilin). 5 Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa obat untuk indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat. 6 Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah. 
Tahapan dalam melakukan konseling antara lain (Rantucci dalam Satibi dkk, 2015): 1. Diskusi pembuka Yang digunakan untuk menciptakan kenyamanan pasien dan mendorong pasien untuk aktif pada sesi konseling. Diskusi pembuka berisi perkenalan diri dari petugas kefarmasian, cek nama pasien, percakapan sederhana untuk menciptakan kenyamanan, tujuan konseling serta waktu yang dibutuhkan untuk sesi konseling. 2. Pengumpulan informasi dan identifikasi kebutuhan Dimulai dengan menanyai informasi pasien seperti nama, alamat, berat badan, no telpon, usia dan jenis kelamin. Riwayat pasien juga perlu dipertanyakan apakah ada alergi atau obat yang digunakan sebelum datang kedokter. 3. Diskusi penyusunan rencana asuhan dan identifikasi kebutuhan. Pada sesi ini bagaiman masalah yang dialami pasien dapat dilakukan dengan subjective, objective, assesment dan planning. Pada sesi ini yang perlu digali masalah aktual ataupun potensial. Masalah yang muncul harus didiskusikan dengan pasien sehingga pasien sepakat dengan bagaimana penanganya. 4. Diskusi pemberian informasi dan edukasi 13 Diskusi pemberian informasi dan edukasi berupa nama dan gambaran obat, tujuan pengobatan, cara dan waktu penggunaan obat, saran ketaatan, dan bagaimana pemantauan sendiri dari pasien, efek samping dan bagaimana penanganan efek samping jika muncul, petunjuk penyimpanan dan informasi pengulangan resep (jika ada Iter). 5. Diskusi penutup Diskusi terakhir berupa kesempatan pasien untuk bertanya, pasien diminta untuk mengulangi informasi penggunaan obat, menekankan hal yang penting, tindak lanjut konseling dan sumber informasi tambahan

Tidak ada komentar: