Pada perkembangan statistika inferensial, metode-metode penafsiran yang berasal dari
generasi awal, menetapkan asumsi-asumsi yang sangat ketat dari karakteristik populasi yang
diantara anggota-anggota populasinya diambil sebagai sampel. Di bawah asumsi-asumsi
tersebut, diharapkan angka-angka atau statistik dari sampel, betul-betul bisa mencerminkan angka-angka atau parameter dari populasi. Oleh karena itu, dikenal dengan istilah Statistika
Parametrik.
Asumsi-asumsi tersebut antara lain: data (sampel) harus diambil dari suatu populasi yang
berdistribusi normal. Seandainya sampel diambil dari dua atau lebih populasi yang berbeda,
maka populasi tersebut harus memiliki varians (δ
2
) yang sama. Selain itu, statistika
parametrik hanya boleh digunakan jika data memiliki nilai dalam bentuk numerik atau angka
nyata.
Ketatnya asumsi dalam statistika parametrik, secara metodologis sulit dipenuhi oleh
peneliti-peneliti dalam bidang ilmu sosial. Sebab dalam kajian sosial, sulit untuk memenuhi
asumsi distribusi normal maupun kesamaan varians (δ
2
), selain itu banyak data yang tidak
berbentuk numerik, tetapi hanya berupa skor rangking atau bahkan hanya bersifat nilai
kategori. Oleh karenanya, statistika inferensial saat ini banyak berkembang kepada teknikteknik yang tidak berlandaskan pada asumsi-asumsi di atas, yang dikenal sebagai Statistika
Nonparametrik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar