Pengendalian persediaan merupakan salah satu aspek utama dan kritis
untuk mencapai kesuksesan sebuah perusahaan. Persediaan adalah sumberdaya
menganggur (idle resource) yang menunggu proses lebih lanjut berupa kegiatan
produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi
ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga (Nasution, 2003).
Persediaan didefinisikan sebagai barang yang disimpan untuk digunakan
atau dijual pada periode mendatang. Persediaan dapat berbentuk bahan baku yang
disimpan untuk diproses, komponen yang diproses, bahan dalam proses (work in
process) pada proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual
(Kusuma, 2001).
6
Inventory adalah persediaan barang fisik yang berada pada lokasi tertentu
pada waktu tertentu. Persediaan dibutuhkan karena permintaan penawaran
terkadang tidak sesuai disebabkan alasan fisik dan ekonomi (Narasimhan, W, &
Billington, 1995). Permintaan sebuah produk tinggi atau rendah dipengaruhi oleh
berbagai macam kondisi misalnya inflasi-deflasi, musim ataupun dari pihak
produsen sendiri karena pemberian diskon besar-besaran. permintaan akan
menurun ketika terjadinya inflasi yang mengakibatkan produk-produk di pasaran
mengalami kenaikan harga. Sebaliknya, permintaan meningkat ketika produk di
pasaran mengalami penurunan harga. Contoh lainnya permintaan kebutuhan
sekolah seperti tas, seragam dan buku tulis akan meningkat ketika memasuki
tahun ajaran baru.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah
barang yang disimpan baik berupa bahan baku, work in process, maupun produk
jadi dengan tujuan untuk mengantisipasi melonjaknya permintaan sehingga tidak
bisa memenuhi kepuasan pelanggan. Namun disisi lain, persediaan yang
berlebihan juga tidak diharapkan terjadi karena akan meningkatkan biaya
operasional perusahaan akibat biaya simpan yang terus bertambah dari waktu ke
waktu. Keberadaan persediaan disatu sisi di anggap sebagai pemborosan (waste)
sehingga dapat dikatakan sebagai beban (liability) yang harus dihilangkan, tetapi
disisi lain juga dianggap sebagai kekayaan atau aset yang sangat diperlukan untuk
menjamin kelancaran pemenuhan permintaan (Prasetyo, Nugroho, & Pujiarti,
2006).
Dalam sistem manufaktur, persediaan dapat dibagi atas beberapa jenis atau
klasifikasi, diantaranya sebagai berikut (Indrajit & Djokopranoto, 2003):
1. Bahan baku (raw material) adalah bahan mentah yang belum diolah, yang akan
diolah menjadi barang jadi, sebagai hasil utama dari perusahaan yang
bersangkutan.
2. Barang setengah jadi (semi finished products) adalah hasil olahan bahan
mentah sebelum menjadi barang jadi, yang sebagian akan diolah lebih lanjut
menjadi barang jadi dan sebagian kadang-kadang dijual apa adanya untuk
menjadi bahan baku perusahaan lain.
3. Barang jadi (finished products) adalah barang yang sudah selesai diolah dan
merupakan hasil utama perusahaan yang bersangkutan serta siap untuk
dipasarkan.
4. Barang umum dan suku cadang (general materials and spare parts) adalah
segala jenis barang dan suku cadang yang digunakan untuk operasional
perusahaan. Barang ini juga biasa disebut barang pemeliharaan, perbaikan, dan
oparasi atau MRO materials (maintenance, repair and operation).
5. Barang utnuk proyek (work in progress) adalah barang-barang yang ditumpuk
menunggu pemasangan dalam suatu proyek baru.
6. Barang dagangan (commodities) adalah barang yang dibeli sudah berupa
produk jadi dan disimpan di gudang untuk menunggu penjualan kembali
dengan keuntungan tertentu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar