Ada tujuh kriteria yang
harus diperhatikan untuk memulai sebuah Balanced
Scorecard (Niven, 2003). Kriteria
tersebut antara lain:
1.
Strategi. Kriteria terpenting dalam membuat Balanced Scorecard organisasi adalah apakah organisasi memiliki strategi
yang koheren. Tujuan Balanced Scorecard adalah menerjemahkan strategi
menjadi tujuan dan ukuran yang membantu mengukur keefektifan penyampaian
strategi. Strategi yang koheren dengan inisiatif-inisiatif menciptakan hubungan
sebab akibat yang sesuai dan reperesentatif.
2.
Sponsorship. Dukungan dari eksekutif dan
pimpinan dalam mengeksekusi Balanced Scorecard adalah penting. Jika pimpinan
dan eksekutif tidak selaras dengan tujuan dan objektif Balanced Scorecard dan
tidak yakin dengan manfaat alat tersebut, maka kemungkinan besar usaha
pengembangan Balanced Scorecard akan sia-sia. Kepemimpinan
dibutuhkan untuk program Balanced Scorecard baik kata-kata dan perbuatan.
3.
Kebutuhan Balanced
Scorecard. Ada pertanyaan-pertanyaan
yang perlu dijawab mengenai kebutuhan organisasi terhadap Balanced Scorecard.
Apakah organisasi yang dipertimbangkan memiliki tujuan atau objektif yang
menyeluruh untuk implementasinya? Apakah ada kebutuhan jelas untuk mengubah
sistem pengukuran kinerja? Tanda-tanda perusahaan membutuhkan system pengukuran
kinerja baru antara lain (Vitale, 1995)
i.
Kinerja pantas pada semua dimensi kecuali
profit. Fokus pada kualitan dan pengukuran lain telah mengarah ke peningkatan
pada area terisolasi, tetapi bukan profit.
ii.
Pelanggan tidak membeli meskipun harga
bersaing. Masalah mungkin terletak pada kinerja terkait dengan kompetitor.
iii.
Tidak ada yang memperhatikan ketika laporan
pengukuran kinerja tidak diproduksi. Data pada laporan tida mengandung
informasi berarti bagi pengambil keputusan.
iv.
Manajer mengeluarkan waktu signifikan berdebat
tentang makna dari pengukuran. Pengukuran harus secara jelas terhubung dengan
tujuan strategi.
v.
Harga saham lesu terlepas kinerja keuangan
yang kuat. Wall Street butuh mengetahui bahwa organisasi berinvestasi dalam
aktivitas pencipta nilai jangka panjang
vi.
Belum mengganti pengukuran dalam jangka waktu
yang lama. Pengukuran kinerja seharusnya dinamis berdasarkan pada arahan strategi
organisasi.
vii.
Baru saja mengganti strategi korporat. Seluruh
pengukuran harus terhubung dengan strategi.
4.
Dukungan dari manajer dan supervisor kunci. Balanced Scorecard sangat bergantung pada lini pertama manajer dan
supervisor. Penjajaran dan fokus diturunkan pada lintas organisasi dan peran
lini pertama manajer dan supervisor dalam memahami, menerima, mendukung, dan
menggunakan Balanced Scorecard akan sangat berdampak. Mereka
adalah representatif yang terlihat dalam penerapan Balanced Scorecard dalam mendemonstrasikannya.
5.
Cakupan Organisasi. Organisasi beroperasi pada
susunan aktivitas pada rantai nilai tertentu dari organisasi. Organisasi
seharusnya memiliki strategi, pelanggan yang jelas, proses spesifik, operasi,
dan administrasi. Unit yang memiliki fokus fungsional dan sempit akan
menghasilkan Scorecard dengan metriks
terfokus, fungsional, dan sempit.
6.
Data. Kriteria ini meliputi dua elemen.
Pertama, apakah organisasi mendukung budaya pengukuran? Ketergantungan
organisasi terhadap pengukuran bisa dilihat dari sejarah organisasi. Kedua,
akankah organisasi dapat menyediakan data untuk ukuran kinerja terpilih?
Apabila organisasi sulit untuk mengambil data dengan alat ukur yang sekarang,
kemungkinan pengambilan data untuk alat ukur Balanced Scorecard
menjadi lebih sulit.
7.
Sumber daya. Sumber daya terbesar dari Balanced Scorecard adalah tim terdiri dari individu-individu yang
berkomitmen pada tujuan untuk unggul. Hal yang penting adalah meyakinkan
organisasi bersedia dan dapat menyediakan sumber daya yang cukup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar