Minggu, 05 April 2020

Konsep Interaksi Guna Lahan-Transportasi (skripsi dan tesis)


Konsep dasar dari interaksi atau hubungan antara tata guna lahan dan
transportasi adalah aksesibilitas (Hanson dalam Suberlian, 2003 : 39). Aksesibilitas
adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis
dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Aksesibilitas adalah suatu
ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi
satu sama lain dan “mudah” atau “susahnya” lokasi tersebut dicapai melalui sistem
jaringan transportasi (Black dalam Suberlian, 2003:39).
Untuk menjelaskan bagaimana interaksi itu terjadi, ( Miller, dalam Suberlian,
2003:39) menunjukkan kerangka sistem interaksi guna lahan dan transportasi.
Perkembangan guna lahan akan membangkitkan arus pergerakan, selain itu perubahan
tersebut akan mempengaruhi pula pola persebaran dan pola permintaan pergerakan.
Sebagai konsekuensi dari perubahan tersebut adalah adanya kebutuhan sistem jaringan
serta sarana transportasi. Sebaliknya konsekuensi dari adanya peningkatan penyediaan
sistem jaringan serta sarana transportasi akan membangkitkan arus pergerakan baru.
Interaksi seperti dikemukakan bagan tersebut di atas menunjukkan bahwa
bekerjanya sistem interaksi guna lahan dan transportasi sangat dinamis dan melibatkan
unsur-unsur lain sebagai pembentuk watak setiap komponen seperti pada komponen guna
lahan terliput adanya unsur kependudukan, sosial ekonomi, ekonomi wilayah, harga
lahan dan sebagainya. Selain itu komponen sistem transportasi terliput adanya unsur
kemajuan teknologi, keterbatasan sistem jaringan, sistem operasi dan lain sebagainya.
Implikasi dari perubahan atau perkembangan sistem aktivitas adalah meningkatnya
kebutuhan prasarana dan sarana dalam bentuk pemenuhan kebutuhan aksesibilitas.
Peningkatan aksesibilitas ini selanjutnya akan memicu berbagai perubahan guna lahan.
Proses perubahan yang saling mempengaruhi ini akan berlangsung secara dinamis.
Perubahan penggunaan lahan selanjutnya akan menjadi faktor dominan dalam
mengarahkan dan membentuk struktur kota. Perubahan ini akan mengakibatkan pula
peningkatan produktivitas guna lahan dalam bentuk alih fungsi ataupun peningkatan
intensitas ruang. Tentunya proses ini tidak selalu berimplikasi positif, implikasi yang
bersifat negatif kerap terjadi pada saat beban arus pergerakan mulai mengganggu
keseimbangan kapasitas jalan pada sistem jaringan kota (Paquette, dalam Suberlian, 2003
: 41). Selanjutnya Martin (1959 dalam Suberlian, 2003 : 41) menyatakan bahwa adanya
saling keterkaitan antara perkembangan guna lahan, perubahan guna lahan, perubahan
populasi, serta perubahan pada sistem transportasi membentuk siklus suatu sistem
dinamis yang saling mempengaruhi antara guna lahan dan transportasi.
Meyer ( dalam Suberlian, 2003 : 42) menyimpulkan bahwa sistem interaksi guna
lahan dan transportasi tidak pernah mencapai keseimbangan, sebagai contoh : populasi
sebagai salah satu subsistem selalu berkembang setiap saat mengakibatkan subsistem
lainnya akan berubah untuk mengantisipasi kondisi. Yang pasti adalah sistem tersebut
akan selalu menuju kesetimbangan.
Hal yang utama dalam kesetimbangan sama pentingnya dengan efisiensi (Rafsky,
dalam Suberlian, 2003 : 42). Kesetimbangan mensyaratkan adanya pembangunan
jaringan transportasi untuk mengembangkan suatu kawasan dalam kota. Tentunya akan
menjadi tidak efisien, jika suatu industri baru ditempatkan pada suatu lokasi yang
mempunyai kepadatan tinggi dan volume lalu lintas yang tinggi. Industri baru tersebut
akan sukar berkembang. Kebijaksanaan untuk mengalokasikan industri pada daerah
pinggir kota perlu diimbangi dengan penyediaan jaringan transportasi yang memadai.
Interaksi guna lahan dan transportasi merupakan interaksi yang sangat dinamis
dan kompleks. Interaksi ini melibatkan berbagai aspek kegiatan serta berbagai
kepentingan. Perubahan guna lahan akan selalu mempengaruhi perkembangan
transportasi dan sebaliknya. Didalam kaitan ini, (Black, dalam Suberlian, 2003:42)
menyatakan bahwa pola perubahan dan besaran pergerakan serta pemilihan moda
pergerakan merupakan fungsi dari adanya pola perubahan guna lahan diatasnya.
Sedangkan setiap perubahan guna lahan dipastikan akan membutuhkan peningkatan yang
diberikan oleh sistem transportasi dari kawasan yang bersangkutan.
Model interaksi guna lahan dan transportasi didalam kerangka konsep tersebut
juga dipengaruhi oleh faktor luar yang ikut berinteraksi didalam sistem, yaitu faktor
kebijakan. Kerangka konsep tersebut akan menjadi pendekatan dalam mekanisme kerja
model interaksi guna lahan permukiman dan transportasi dalam studi.

Tidak ada komentar: