Dalam kenyataannya pembangunan selalu memunculkan paradoks, salah
satunya adalah makin berkurangnya kualitas dan daya dukung (carrying
capacity) lingkungan. Terjadi hubungan terbalik antara kebutuhan manusia dengan sumberdaya alam atau lingkungan. Artinya, semakin bayak dan
bervariasi kebutuhan manusia, maka kemampuan alam untuk menyediakannya
semakin terbatas. Apabila trend tersebut berlangsung terus-menerus, maka pada
suatu saat akan terjadi suatu keadaan dimana pertumbuhan ekonomi tidak dapat
ditingkatkan lagi, sementara kemampuan dan kualitas lingkungan sulit untuk
diperbaiki kembali. Inilah yang disebut sebagai the limits to growthyang
diperkenalkan oleh Meadows (dalam Berry, et al., 1993). Bahkan, Meadows
secara berani juga memperkirakan akan terjadinya kondisi gawat bagi
penduduk dunia jika pertumbuhan ekonomi dunia dan pertumbuhan penduduk
tidak lagi segera dibatasi secara ketat.
Senada dengan pernyataan di atas, jauh sebelumnya pertumbuhan penduduk
dan bahan pangan telah lama menjadi perhatian para ahli. Masalahnya adalah
laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi dibandingkan dengan persediaan bahan
makanan, seperti yang telah dicetuskan oleh Thomas Robert Malthus. Jadi,
apabila pertumbuhan penduduk tidak dapat dikendalikan serta laju
pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipacu, maka akan terjadi kekurangan
persediaan pangan. Selain itu, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
manusia, sering manusia tidak dapat mengekang diri dalam memanfaatkan
sumberdaya alam tersebut, sehingga kualitas lingkungan menjadi menurun.
Djojohadikusumo (1981) menyebutnya sebagai “krisis lingkungan”, yakni
gejala akibat kesalahan atau kekurangan dalam pola dan cara pengelolaan
sumber kebutuhan hidup manusia. Gejala-gejala tersebut dianggap sebagai tekanan krisis yang membahayakan kelangsungan hidup manusia, seperti
ancaman terhadap kejernihan udara dan sumber air, terhadap bahan makanan,
terhadap kelangsungan produktivitas kekayaan alam flora dan fauna, dan
sebagainya. Dan apabila kekuatan ekologis ini telah sedemikian melemah,
maka kesehjateraan yang dicapai manusia menjadi tidak bermakna.
Dalam perkembangan populasi penduduk, dapat dilihat bahwa dengan
kondisi pertumbuhan jumlah penduduk yang signifikan bertambah dan tingkat
polusi yang melekat pada kegiatan industri dan berbagai aktivitas ekonomi
lainnya, maka kualitas dan daya dukung (carrying capacity) lingkungan
menjadi sedemikian merosot, hingga pada akhirnya keseimbangan menjadi
goyah dan kurva sumberdaya alam menjadi sangat merosot, bahkan sama sekali
tidak mampu lagi mendukung aktivitas kemanusiaan. Dengan kata lain kondisi
lingkungan dalam posisi gawat jika pertumbuhan penduduk tidak dikontrol
secara ketat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar