Wilayah sebagai “living systems” merefleksikan adanya keterkaitan antara
pembangunan dan lingkungan. Dengan demikian, perubahan dalam ruang
wilayah akan menyebabkan perubahan pada kualitas lingkungan baik postif
maupun negatif. Padahal lingkungan hidup secara alamiah memiliki daya
dukung yang terbatas (carrying capacity), Oleh karena itu perlu adanya inisiatif
untuk mengintegrasikan komponen lingkungan dalam aspek pembangunan. Sistem pemanfaatan ruang pada dasarnya mengandung dua komponen utama
yaitu komponen penyedia ruang (supply) dan komponen pengguna ruang
(demand). Komponen penyedia ruang meliputi proses sumberdaya alam dan
fisik binaan, sedangkan komponen pengguna ruang meliputi penduduk dengan
aktivitasnya, baik aktivitas produksi maupun konsumsi. Bentuk tata ruang yang
terjadi adalah hasil interaksi komponen supply dan komponen demand, berupa
tipe-tipe dan perbedaan struktur, sebaran dan bentuk fisik ruang yang terjadi.
Imbangan antara tingkat pemanfaatan sumberdaya lahan dan daya dukung
dapat dijadikan ukuran kelayakan setiap program pembangunan. Sumberdaya
(lahan) dipakai secara layak apabila daya dukung dimanfaatkan sepenuhnya
(optimal). Dalam hal daya dukung tersebut tidak dimanfaatkan secara penuh,
maka pembangunan tidak efektiv. Sebaliknya apabila pemanfaatan melampaui
daya dukung, maka pembangunan menjadi tidak efisien dan cenderung
menurunkan kualitas lingkungan.
Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam mensaratkan diketahuinya daya
dukung lingkungan saat ini. Melalui suatu analisis maka dapat kita proyeksikan
kapan dan seberapa jauh kemampuan daya dukung tersebut dapat
ditingkatnkan. Selain itu pemahaman tentang variasi keruangan dan faktor
determinasi sangat membantu dalam merumuskan kebijakan pembangunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar