Terdapat
empat perspektif yang digunakan dalam Balanced Scorecard, yaitu keuangan
(financial), pelanggan (customer), proses bisnis internal (internal
business process), dan pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth).
Keempat perspektif tersebut harus memberikan keseimbangan antara tujuan jangka
pendek dan jangka panjang, antara hasil yang diinginkan dan faktor pendorong
tercapainya hasil tersebut, dan antara ukuran objektif yang keras dan ukuran
subjektif yang lunak. Berikut di bawah ini akan diuraikan masing-masing
perspektif tersebut.
2.4.1
Perspektif
Keuangan
Perspektif keuangan dalam Balanced
Scorecard untuk sektor privat menggambarkan mengenai keberhasilan di aspek
keuangan apa yang harus diperlihatkan kepada para pemegang saham. Ukuran
kinerja keuangan memberikan gambaran mengenai akibat dari tindakan ekonomis
yang sudah diambil di masa lalu. Ukuran ini memberikan petunjuk apakah strategi
perusahaan dapat memberikan kontribusi kepada peningkatan laba perusahaan.
Tujuan keuangan biasanya berhubungan dengan profitabilitas yang diukur dengan
laba operasi, return on capital employed
(ROCE), nilai tambah ekonomis (economic
value added), pertumbuhan penjualan, atau terciptanya arus kas. Tujuan dan
ukuran keuangan memainkan peran ganda, yaitu menentukan kinerja keuangan yang
diharapkan dari strategi dan menjadi sasaran akhir dari tujuan dan ukuran
perspektif yang lain.
Penentuan ukuran keuangan dipengaruhi oleh posisi siklus hidup bisnis
perusahaan (Kaplan dan Norton 1996, h. 48). Secara umum, terdapat tiga tahap
dalam siklus hidup bisnis sebagai berikut.
a) Bertumbuh (Growth)
Bertumbuh merupakan adalah
tahap awal dari siklus hidup bisnis. Pada tahap ini perusahaan memiliki
produk/jasa yang secara signifikan memiliki tingkat pertumbuhan yang baik atau
memiliki potensi untuk berkembang dengan baik. Dengan demikian, perusahaan akan
memusatkan segala perhatian dan upaya pada pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya perusahaan untuk mendukung pertumbuhan/perkembangan ini.
Permasalahan yang dihadapi perusahaan dalam tahap bertumbuh ini adalah
perusahaan beroperasi dengan arus kas yang negatif dan tingkat pengembalian
atas modal yang rendah. Hal ini disebabkan dana yang dikeluarkan untuk
melakukan investasi untuk kepentingan masa depan lebih besar dibandingkan dana
yang dapat dihasilkan. Ukuran kinerja keuangan pada tahap ini pada umumnya
adalah tingkat pertumbuhan pendapatan atau penjualan (growth rate in revenue/sale).
b) Bertahan (Sustain)
Perusahaan yang berada dalam
tahap bertahan akan berupaya untuk mempertahankan pangsa pasar yang dimilikinya
dan segala aktivitas perusahaan akan ditujukan untuk menyempurnakan kekurangan
yang ada. Investasi yang dilakukan pada umumnya diarahkan untuk meningkatkan
kapasitas dan penyempurnaan proses operasional secara konsisten. Sasaran
keuangan pada tahap ini lebih diarahkan pada tingkat pengembalian atas
investasi yang dilakukan. Dengan demikian, ukuran kinerja keuangan yang dipakai
adalah besarnya pendapatan operasional (operating
income), besarnya laba kotor (gross
margin), tingkat pengembalian investasi (return on investment), tingkat pengembalian investasi modal (return on capital employed), atau
besarnya nilai tambah ekonomis (economic
value added).
c) Menuai (Harvest)
Pada tahap menuai perusahaan
telah mencapai titik jenuh atas produk/jasa yang dihasilkannya. Perhatian
perusahaan akan dipusatkan pada upaya meningkatkan efisiensi untuk
memaksimalkan arus kas masuk. Investasi akan dibatasi untuk pemeliharaan dan
perbaikan fasilitas, bukan untuk melakukan ekspansi atau membangun suatu
kemampuan baru. Ukuran kinerja keuangan yang dipakai untuk tahap ini biasanya
adalah besarnya arus kas masuk dari kegiatan operasi dan tingkat penurunan
kebutuhan modal kerja (reduction rate in
working capital requirement).
2.4.2
Perspektif
Pelanggan
Perspektif pelanggan dalam Balanced
Scorecard menggambarkan mengenai apa yang harus kita perlihatkan kepada
pelanggan dalam rangka mewujudkan visi kita. Dalam perspektif ini,
diidentifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki perusahaan dan
ukuran kinerja di dalam segmen tersebut. Ukuran yang digunakan dalam perspektif
ini terdiri dari ukuran generik dan ukuran spesifik. Ukuran generik yang
digunakan terdiri dari kepuasan pelanggan, retensi pelanggan, akuisisi
pelanggan, profitabilitas pelanggan, dan pangsa pasar di segmen sasaran. Ukuran
spesifik yang digunakan tergantung kepada proposisi nilai yang akan diberikan
kepada pelanggan.
Ukuran generik tersebut di atas dapat dikelompokkan dalam suatu mata
rantai hubungan sebab-akibat. Kepuasan pelanggan akan mempengaruhi retensi
pelanggan dan akuisi pelanggan. Akuisi pelanggan dan retensi pelanggan akan
mempengaruhi profitabilitas pelanggan dan akhirnya akan mempengaruhi pangsa
pasar. Proposisi nilai pelanggan merupakan pernyataan tentang atribut yang
diberikan perusahaan kepada produk/jasanya untuk menciptakan loyalitas dan kepuasan
pelanggan dalam segmen pasar sasaran. Proposisi nilai tersebut karena merupakan
faktor pendorong dari ukuran generik yang telah dijelaskan di atas. Proposisi
nilai pelanggan merupakan sebuah fungsi dari tiga variabel lain (Kaplan dan
Norton 1196, h. 74), yaitu:
a)
atribut produk/jasa,
b)
hubungan pelanggan, dan
c)
citra dan reputasi.
Atribut produk/jasa mencakup fungsionalitas, harga, dan mutu produk/jasa.
Dimensi hubungan pelanggan mencakup penyampaian produk/jasa kepada pelanggan
yang meliputi dimensi responsivitas dan penyerahan yang menggambarkan mutu dari
pengalaman membeli dan dimensi pelayanan purna jual yang
menggambarkan perasaan pelanggan setelah membeli produk/jasa. Citra dan
reputasi menggambarkan faktor-faktor tak berwujud yang membuat pelanggan
tertarik kepada suatu perusahaan. Citra perusahaan dapat dihasilkan dari
pengiklanan dan mutu produk/jasa yang
diberikan.
2.4.3
Perspektif
Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal dalam Balanced Scorecard menggambarkan mengenai proses bisnis apa yang
harus kita kuasai dengan baik untuk menyenangkan para pemegang saham dan
pelanggan kita. Dalam perspektif ini diidentifikasi berbagai proses internal
penting yang harus dikuasai dengan baik oleh perusahaan. Proses bisnis yang
diidentifikasi tersebut harus memungkinkan perusahaan untuk memberikan
proposisi nilai kepada pelanggan dan memenuhi harapan keuntungan keuangan
kepada pemegang saham.
Perspektif proses bisnis internal mengungkapkan perbedaan ukuran kinerja
yang mendasar antara pendekatan tradisional dan pendekatan Balanced Scorecard. Pendekatan tradisional berusaha memantau dan
meningkatkan proses bisnis yang ada saat ini dan menggunakan ukuran yang
berfokus pada peningkatan proses bisnis yang ada sedangkan pendekatan Balanced Scorecard akan
mengindentifikasikan berbagai proses baru yang harus dikuasai perusahaan agar
dapat memenuhi berbgai tujuan pelanggan dan keuangan.
Dalam perspektif proses bisnis internal, manajer berusaha
mengidentifikasikan proses-proses penting bagi tercapainya tujuan perusahaan
yang ada dalam perspektif pelanggan maupun perspektif keuangan. Perbedaan
lainnya adalah sistem pengukuran tradisional berfokus kepada proses penyampaian
produk/jasa saat ini kepada pelanggan saat ini sedangkan pendekatan Balanced Scorecard memadukan berbagai
proses inovasi bisnis ke dalam perspektif proses bisnis internal. Rantai nilai
proses bisnis internal menurut pendekatan Balanced
Scorecard terdiri dari tiga bagian, yaitu inovasi, operasi, dan layanan
purna jual (Kaplan dan Norton 1196, h. 96), dengan penjelasan sebagai berikut:
a)
Inovasi
Pada tahap inovasi dilakukan
penilaian dan pengembangan produk/jasa. Perusahaan meneliti kebutuhan
pelanggan, baik pelanggan lama maupun pelanggan potensial, dan kemudian
menciptakan produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
b)
Operasi
Proses operasi perusahaan
mencerminkan aktivitas yang dilakukan perusahaan, mulai dari penerimaan order
pelanggan sampai saat produk/jasa dikirimkan pada pelanggan.
c)
Layanan Purna Jual
Pada tahap ini perusahaan berupaya
memberikan manfaat tambahan kepada pelanggan yang telah membeli produk/jasanya
dalam bentuk layanan setelah transaksi.
2.4.4
Perspektif
Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan dalam Balanced Scorecard
menggambarkan mengenai bagaimana kita memelihara kemampuan kita untuk berubah
dan meningkatkan diri untuk mewujudkan visi kita. Dalam perspektif ini
diidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun perusahaan dalam rangka
menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Tiga sumber
utama pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan datang dari manusia, sistem, dan
prosedur perusahaan. Menurut Kaplan dan Norton (1996, h. 127) terdapat tiga
kategori utama untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu kapabilitas
pegawai, kapabilitas sistem informasi, serta motivasi, pemberdayaan, dan
keselarasan, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Kapabilitas pegawai
Ada tiga ukuran utama yang
berlaku umum, yaitu kepuasan pegawai, retensi pegawai, dan produktivitas
pegawai. Ketiga ukuran tersebut menggambarkan sebuah hubungan sebab akibat.
Kepuasan pegawai mempengaruhi retensi pegawai dan produktivitas pegawai dan
dipengaruhi oleh kompetensi staf, infrastruktur teknologi, dan iklim untuk
bertindak.
b. Kapabilitas sistem informasi
Kapabilitas sistem informasi
memberi dukungan kepada para pegawai untuk menyempurnakan proses pelaksanaan
yang memerlukan umpan balik yang cepat, tepat waktu, dan teliti mengenai
produk/jasa yang diberikan. Sistem informasi yang baik adalah sebuah
persyaratan penting bagi perusahaan untuk meningkatkan proses bisnis secara
berkesinambungan. Tolok ukur kinerja ini dapat berupa tingkat ketersediaan
informasi umpan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tugas, tingkat ketepatan
informasi yang tersedia, dan jangka waktu untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan.
c. Motivasi, Pemberdayaan, dan
Keserasian
Aspek motivasi, pemberdayaan,
dan keserasian individu dalam perusahaan merupakan sebuah prasyarat yang
diperlukan untuk pencapaian tujuan pembelajaran dan pertumbuhan melalui
pencipataan iklim organisasi yang memotivasi pegawai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar