Istilah engagement dalam konteks peran kerja karyawan mulai dibicarakan
sejak lima belas tahun yang lalu dalam berbagai literatur bisnis dan psikologi
organisasi. Istilah engagement pertama kali digunakan dalam setting pekerjaan,
Umumnya arti engagement mengarah pada keterlibatan, komitmen, gairah,
antusias, fokus, usaha, dedikasi, dan energi (Schaufeli, 2013). Telah banyak studi
yang telah dilakukan mengenai work engagement, tetapi sampai saat ini belum
ada definisi yang konsisten dan universal mengenai definisi dari work
engagement, termasuk juga dalam hal operasionalisasi dan pengukurannya yang
masih dalam cara yang berbedabeda (Kular, Gatenby, Rees, Soane, & Truss,
2008)
Kahn merupakan orang pertama yang mengemukakan konsep engagement
berkaitan dengan kerja. Kahn mengenalkan konsep personal engagement yang
didasarkan pada koseptualisasi job involvement, komitmen organisasi, dan motivasi intrinsik. William Khan pada tahun 1990 dalam jurnalnya yang
berjudul “Psychological Conditions of Personal Engagement and Disengagement
at Work” mengatakan engagement terjadi ketika individu mempekerjakan dan
mengekspresikan dirinya secara fisik, kognitif, dan emosional selama melakukan
kinerja. Individu akanengaged dalam pekerjaannya ketika mereka merasa
berkontribusi secara positif pada sesuatu yang lebih besar dari diri mereka.
Schaufeli dan Bakker (2003) menjelaskan keterikatan kerja sebagai
keadaan pikiran berkaitan dengan pekerjaan yang bernilai positif. Sehingga
karyawan sudah memiliki rasa keterikatan dengan pekerjaannya maka itu
berkaitan dengan hasil yang diberikannya kepada perusahaan.
Menurut May et all (2004), work engagement dalam pekerjaan
dikonsepsikan sebagai anggota organisasi yang melaksanakan peran kerjanya,
bekerja dan memaksimalkan dirinya secara fisik, kognitif dan emosional selama
bekerja. Aspek kognitif mencakup keyakinan yang dimiliki oleh karyawan
mengenai organisasi tersebut, para pemimpinnya dan kondisi kerja. Aspek
emosional meliputi bagaimana perasaan karyawan terhadap organisasi dan
pemimpinnya. Sedangkan aspek fisik meliputi energi fisik yang dikeluarkan oleh
karyawan dalam melaksanakan tugas yang ia miliki di perusahaan. Keterikatan
karyawan yang demikian itu sangat diperlukan untuk mendorong timbulnya
semangat kerja karyawan.
Kular (2008) berpendapat work engagement mengacu pada tingkat energi
pekerjaan, keyakinan yang positif dan perasaan tentang organisasi, serta kondisi kerja dan nilai pekerjaan. pada karyawan yang merasa nyaman dan happy bekerja
didalam perusahaan, akan memberikan pengaruh yang positif seperti kinerja yang
baik dan dapat memberikan keuntungan yang berlanjut bagi perusahaan.
Wellins, Bernthal, dan Phelps (2008) menggunakan istilah keterikatan
karyawan (employee engagement) mengartikannya sebagai sejauh mana individu
merasa memiliki nilai, kenyamanan, dan keyakinan tentang apa yang mereka
kerjakan. Keterikatan karyawan dengan perusahaan dapat terlihat ketika karyawan
merasa keberadaanya di pentingkan oleh perusahaan. Sehingga memberikan
keyakinan pada karyawan bahwa mereka dapat memberikan yang terbaik bagi
perusahaan sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar