Upaya dalam mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan,
lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan. Dalam
pembangunan yang berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat diharapkan tidak melupakan kelestarian lingkungan. Pemanfaatan sumber daya alam suatu pembangunan harus mempertimbangkan daya dukung
lingkungan.
Secara umum daya lingkungan menurut Deputi Bidang Tata Lingkungan
Kementrian Lingkungan Hidup dalam buku Pedoman Daya Dukung dan Daya
Tampung Lingkungan Hidup (2014) menjelaskan bahwa daya dukung lingkungan
merupakan kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung aktivitas manusia,
makhluk hidup lain serta terjadinya keseimbangan diantara keduanya. Lebih
lanjut, Maulana ( 2009 dalam Adyanti 2010) menjelaskan bahwa daya dukung
lingkungan merupakan jumlah individu maksimum yang dapat di tampung pada
suatu area tanpa mempengaruhi bahkan merusak lingkungan. Dalam konteks
wisata, terdapat beberapa pengertian daya dukung. World Tourism Organisation
mengartikan daya dukung wisata sebagai jumlah maksimum orang yang dapat
mengunjungi tujuan wisata pada saat yang sama tanpa menyebabkan kerusakan
lingkungan fisik, ekonomi, sosial budaya dan penurunan kualitas kepuasan
pengunjung. Soemarwoto (2004) menjelaskan bahwa daya dukung dalam konteks
wisata yaitu merupakan kemampuan suatu daerah untuk menerima wisatawan
yang dinyatakan dalam jumlah wisatawan per satuan luas per satuan waktu
(Soemarwoto, 2004).
McNeely (1992) mengartikan daya dukung wisata sebagai
tingkat pengunjung yang mamanfaatkan suatu kawasan wisata dengan perolehan
tingkat kepuasan yang optimal serta dampat terhadap sumberdaya yang minimal.
Kemudian Libosada (1998) mengartikan daya dukung lingkungan wisata yaitu
jumlah maksimum yang dapat diakomodir pada suatu area dengan tidak
mempengaruhi atau merusak lingkungan yang ada dan dapat memberikan
kepuasan terhadap pengunjung. O’Reilly (1986) mempunyai dua pemikiran
terhadap daya dukung, yang pertama yaitu daya dukung pariwisata adalah
kemampuan daerah tujuan untuk menyerap dampak negatif dari kegiatan
pariwisata yang dirasakan oleh masyarakat lokal, sedangkan yang kedua yaitu
apabila daya dukung telah terlampaui dan wisatawan merasakan ketidaknyamanan
yang menyebabkan wisatawan tidak tertarik lagi untuk mengunjuung tempat
tersebut maka wisatawan akan mencari tempat wisata yang lain. Menurut sunaryo (2013) mengatakan bahwa daya dukung (Carrying capasity) yaitu suatu kondisi
dimana jumlah kedatangan, lama tinggal dan pola perilaku wisatawan di destinasi
yang akan memberikan dampak terhadap masyrakat lokal, lingkungan, dan
ekonomi masyarakat lokal masih terjaga dalam batas aman dan memungkinkan
untuk keberlanjutan bagi kepentingan generasi yang akan datang.
Lebih lanjut,
sunaryo mengatakan bahwa kondisi tersebut dapat dihitung dan dianalisis
berdasarkan beberapa variabel penting sebagai berikut :
a) Jumlah kedatangan dan kategori wisatawan,
b) Jangka waktu lama tinggal wisatawan,
c) Karakter dan pola perilaku wisatawan,
d) Karakter dan ketahanan lingkungan setempat, baik pada aspek fisik, biotik,
dan sosial-ekonomi-budaya.
Pemanfaatan sumber daya alam untuk kegiatan wisata memerlukan konsep
daya dukung sebagai pertimbangan. Daya dukung sendiri merupakan konsep
dasar dalam pengelolaan sumber daya alam yang merupakan batas penggunaan
suatu area yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor alami untuk daya tahan
lingkungan Hendee et al., (1978). Daya dukung wisata alam merupakan konsep
dasar yang dikembangkan dalam pemanfaatan jasa sumber daya alam dan
lingkungan yang lestari. Lebih lanjut Hawkins et al.,(2005) menjelaskan bahwa
konsep ini dikembangkan dengan tujuan untuk mengurangi atau meminimalisir
kerusakan sumber daya dan lingkungannya sehingga dapat dicapai pengelolaan
sumber daya alam yang optimal baik secara kualitatif maupun kuantitif.
Daya dukung lingkungan dapat menentukan kualitas kepuasan serta
kenyamanan pengunjung dalam menikmati keindahan alam di area wisata yang
dikunjungi. Hal ini dikarenakan daya dukung obyek wisata memiliki kaitan yang
erat dengan jumlah pengunjung yang mengunjungi obyek wisata tersebut.
Tentunya wisatawan butuh suasana yang tenang untuk dapat menikmati keindahan
alam sehingga daya dukung yang terlampaui pada suatu obyek wisata dapat
mengurangi kenyamanan dan kepuasan wisatawan akibat banyaknya wisatawan.
Peniaian daya dukung yang mempertimbangkan aspek biofisik lingungan suatu
wisata sangatlah penting untuk mengetahui batas ambang maksimum jumlah
14
pengunjung yang berada pada arel wisata tersebut pada satu waktu bersamaan
sebagai “rambu-rambu” bagi pengelola daam mengembangan pariwisata yang
berkelanjutan. Mengingat Wana Wisata Pantai Tamporah yang semakin
mengalami kenaikan pengunjung maka juga perlu dilakukan analisis daya dukung
lingkungan. Peningkatan kunjungan wisatawan akan memberikan dampak
terhadap lingkungan karena semakin banyaknya tekanan fisik terhadap daya
dukungnya. Selain itu, menurut Richardson dan Fluker (2004 dalam Pitana dan
Diarta 2009) mengatakan bahwa dampak terhadap lingkungan juga dipengaruhi
oleh karena adanya penggunaan alat transportasi, pembangunan fasilitas wisata,
tekanan terhadap sumber daya alam, perusakan habitat liar serta polusi dan
pencemaran limbah lainnya. Luchman (2004) mengatakan bahwa daya dukung
dapat menurun atau rusak salah satunya karena faktor internal yaitu adanya
aktivitas manusia.
Hal-hal yang mempengaruhi daya dukung menurut Mc Cool dan Lime (
2001) dapat di kelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a. Karakteristik sumberdaya alam seperti geologi dan tanah, topografi, vegetasi,
hewan, iklim, dan air.
b. Karakteristik pengelolaan seperti kebijakan dan metode pengelolaan.
c. Karakteristik pengunjung seperti psikologi, peralatan, perilaku sosial, dan
pola penggunanaan.
Daya dukung kawasan wisata dapat dipengaruhi oleh dua faktor utama,
yaitu tujuan wisata dan faktor biofisik kawasan. Tujuan wisatawan dapat dikaitkan
dengan psikologi tertentu wisatawan. Faktor psikologi disini yaitu merupakan
psikologis yang dapat membuat wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta
memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Sedangkan faktor biofisik yang
berpengaruh terhadap daya dukung bukan hanya faktor alamiah seperti kondisi
lingkungan di area tersebut tetapi juga faktor buatan manusia seperti adanya
perkampungan di dekat daerah wisata tersebut. Hal ini dapat terjadi apabila
limbah wisatawan dari kegiatan wisata dapat mempengaruhi daya dukung
lingkungan pariwisata (Kurniawaan, 2004). Kemudian UNEP (2003)
menyebutkan bahwa faktor utama dalam memperkirakan daya dukung terdiri dari
15
faktor lingkungan, sosial, dan pengelolaan. Adapun faktor lingkungan untuk
menentukan daya dukung meliputi :
a. Ukuran kawasan dan ruang yang dimanfaatkan.
b. Lingkungan yang rapuh, tidak semua kawasan memiliki lingkungan yang
kuat untuk menerima aktivitas manusia.
c. Daya dukung dipengaruhi oleh jumlah, keanekaragaman dan distribusi satwa
liar dan beberapa spesies tertarik pada kawasan yang memiliki iklim dan
basah sehingga spesies akan terkonsentrasi.
d. Topografi dan tutupan vegetasi.
e. Tingkah laku spesies satwa tertentu yang merasa terganggu terhadap aktivitas
wisatawan.
Daya dukung pada dasarnya tidaklah selalu konstan. Artinya, daya dukung
dapat ditingkatkan dengan penambahan atraksi dan fasilitas pendukung pada zona
yang telah ditetapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar