Berasal dari kata validity yang berarti sejauhmana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu
instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan
hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Valid atau tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu atau
tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang
dikehendaki dengan tepat (Azwar, 2010).
Analisis validitas berfokus pada usaha mengidentifikasikan dan
meminimalkan dampak aneka variabel yang menyebabkan perbedaan
dalam skor murni (Friedenberg dalam Supratiknya, 2014). Suatu alat
ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat,
tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data
tersebut. Dalam konteks ini pengukuran yang valid adalah pengukuran
dari alat ukur yang dibuat dengan metode yang benar dan implementasi
pengukuran yang benar pula. Jika implementasi pengukuran benar, tetapi
alat ukur tidak benar, maka hasil pengukuran juga tidak benar dan akan
menghasilkan kesalahan pengukuran yang disebut measurement bias
(measurement error), dan begitu pula sebaliknya (Murti, 2011).
Tujuan analisis validitas adalah menentukan sejauh mana skor
murni ditentukan oleh sifat atau kemampuan atau atribut yang relevan
dengan tujuan tes (Supratiknya, 2014; Ancok, 1995). Sekiranya peneliti
menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka
kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya.
Alat ukur yang valid memiliki varians error yang kecil karena error
pengukurannya kecil sehingga angka yang dihasilkan dapat dipercaya
sebagai angka yang sebenarnya atau angka yang mendekati keadaan
sebenarnya. Secara empirik, validitas dinyatakan dalam suatu koefisien
24
yaitu koefisien validitas. Validitas dinyatakan oleh korelasi antara
distribusi skor tes yang bersangkutan dengan distribusi skor suatu kriteria
yang relevan. Koefisien validitas hanya mempunyai makna apabila
mempunyai harga positif. Semakin tinggi koefisien validitas mendekati
angka 1,0 maka semakin valid hasil ukurnya (Azwar, 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar