Pengertian pertumbuhan ekonomi seringkali dibedakan dengan
pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi bersangkut-paut dengan proses
peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat,
sementara pembangunan mengandung arti yang lebih luas. Proses
pembangunan mencakup perubahan pada komposisi produksi, perubahan pada
pola penggunaan (alokasi) sumber daya produksi diantara sektor-sektor kegiatan
ekonomi, perubahan pada pola distribusi kekayaan dan pendapatan diantara
berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan
dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh. (Djojohadikusumo,1994).
Namun demikian pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ciri pokok dalam
proses pembangunan, hal ini diperlukan berhubungan dengan kenyataan adanya
pertambahan penduduk. Bertambahnya penduduk dengan sendirinya menambah
kebutuhannya akan pangan, sandang, pemukiman, pendidikan dan pelayanan
kesehatan (Djojohakusumo,1994).
Adanya keterkaitan yang erat antara pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi, ditunjukkan pula dalam sejarah munculnya teori-teori pembangunan
ekonomi. Menurut Todaro (1998) dalam kepustakaan pembangunan ekonomi
pasca Perang Dunia II terdapat lima pendekatan utama dalam aliran pemikiran
tentang teori-teori pembangunan, yaitu model pertumbuhan bertahap linier,
model pembangunan struktural, model ketergantungan internasional,
kontrarevolusi pasar bebas neoklasik dan model pertumbuhan endogen.
Model pertumbuhan bertahap linier menekankan pada pemahaman
bahwa proses pembangunan merupakan serangkaian tahapan pertumbuhan
ekonomi yang berurutan, dan juga menyoroti pembangunan sebagai perpaduan
dari tabungan, penanaman modal dan bantuan asing. Salah satu tahapan yang
harus dilalui adalah tahapan tinggal landas, yang ditandai dengan adanya
pengerahan atau mobilisasi tabungan yang dijelaskan oleh model pertumbuhan
Harrod-Domar.
Model yang berkembang selanjutnya adalah perubahan struktural dan
ketergantungan internasional yang perbedaan diantara keduanya lebih pada
perbedaan secara ideologis. Model pertumbuhan yang berkembang pada
tahapan berikutnya adalah model pertumbuhan neoklasik, dimana model
pertumbuhan Solow menjadi pilarnya. Solow berpendapat bahwa pertumbuhan
output bersumber dari tiga faktor: kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja
(melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan), penambahan
modal (melalui tabungan dan investasi) serta penyempurnaan teknologi.
Sebagian besar pertumbuhan ekonomi bersumber dari hal-hal yang bersifat
eksogen atau proses-proses kemajuan teknologi yang bersifat independen
(Todaro,1998). Kelemahan yang terdapat pada teori neo klasik adalah bahwa
pengaruh teknologi tidak sepenuhnya dapat dikendalikan oleh faktor-faktor
ekonomi, mengakibatkan munculnya model pertumbuhan yang baru yaitu
pertumbuhan endogen. Model ini tetap berdasarkan pada model yang
dikembangkan oleh kaum neoklasik, namun berkebalikan dengan pendapat
kaum neo klasik, model pertumbuhan endogen mengakui dan menganjurkan
keikutsertaan pemerintah secara aktif dalam pengelolaan perekonomian.
Blakely (1994) juga mengemukakan akan pentingnya peran pemerintah,
dengan mengemukakan sejumlah faktor yang mempengaruhi pembangunan
daerah. Faktor-faktor tersebut adalah sumber daya alam, tenaga kerja, investasi
modal, kewirausahaan, transportasi, komunikasi, komposisi sektor industri,
teknologi, pasar ekspor, situasi perekonomian internasional, kapasitas
pemerintah daerah, pengeluaran pemerintah dan dukungan pembangunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar