Dalam dunia akademis maupun praktisi, orang sering mengartikan bahwa
cost memiliki arti yang sama dengan biaya, harga pokok maupun sebagai harga
perolehan. Kerancuan dalam mengartikan makna cost disebabkan karena orang
tidak memandang cost sebagai sesuatu yang netral atau generic. Kerancuan ini
dipicu karena orang memandang cost sebagai objek, wadah, atau elemen
(misalnya expense, loss, asset) dan bukan sebagai pengukur (monetary
measurement) elemen itu sendiri, cost bukanlah suatu informasi tapi bila cost
dilekati oleh objek atau elemen maka cost tersebut yang bisa dikatakan sebagai
suatu informasi (Suwardjono, 2006).
Cost bisa dikatakan sebagai sesuatu yang netral atau generic karena cost
tidak memiliki konotasi sebagai sesuatu hal yang negative atau mengurangi dan
tidak tersangkut dengan waktu terjadinya. Cost dapat diletakan pada berbagai
macam objek atau wadah tergantung dari transaksi yang terjadi dalam organisasi,
misalnya terjadi pembelian peralatan kantor, maka dalam kasus ini cost melekat
pada wadah yang namanya asset (peralatan kantor), cost tersebut dapat berguna
sebagai pengukur dalam unit moneter (rupiah) supaya menjadi suatu informasi
yang berguna sarana pelaporannya adalah neraca.
Berdasarkan konsep kesatuan usaha, pada mulanya cost diperlakukan
sebagai asset baru kemudian diperlakukan sebagai biaya atau sebagai beban
pendapatan, tergantung apakah cost yang melekat pada suatu wadah tersebut
dikonsumsi atau tidak dalam menghasilkan pendapatan. Bila sumber ekonomik
telah dikonsumsi untuk memproduksi suatu barang dan jasa, dan produk atau jasa
tersebut belum diakui atau belum diserahkan kepada pihak ketiga maka sumber
ekonomi yang dikorbankan tersebut belum bisa diakui sebagai biaya (expense)
tetapi masih dikategorikan sebagai asset.
Harga pokok sering digunakan oleh para praktisi maupun akademisi untuk
mengartikan makna dari cost of good sold. Padahal kedudukan cost dalam
menghasilkan pendapatan adalah sama pentingnya sebab bila dua faktor atau lebih
sama-sama diperlukan dalam mencapai suatu tujuan maka tidak logis bila
mengatakan faktor yang satunya lebih penting dari faktor yang lain sehingga
pengaruh faktor tersebut akan hilang atau berkurang. Setiap faktor memberikan
kontribusi yang sama dalam menimbulkan pendapatan berapapun kecilnya, dalam
hal ini cost tidak dirangking (Suwardjono, 2006).
Oleh karena cost sering terjadi salah presepsi dan sering tertukar oleh
expense, maka sebaliknya akan dijelaskan makna expense tersebut, sehingga
kerancauan yang terjadi dapat diminimalkan. Sampai saat ini pun orang sering
mengartikan expense sebagai beban dan cost sebagai biaya yang dapat kita lihat
pada SAK, 2007:
Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar berkurangnya asset atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal.
Beban mencakupi baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban
yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaaan yang biasa meliputi,
misalnya: beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut
biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya asset seperti kas (dan
setara kas), persediaan, asset tetap.
Dari beberapa definisi cost yang diuraikan di atas, tidak sesuai bila cost
disamakan dengan biaya karena cost merupakan sesuatu yang netral dimana cost
dapat dilekatkan pada berbagai wadah atau objek yang masih dikonsumsi,
disimpan, serta memiliki manfaat dimasa yang akan datang. Sebagai pengukur
dalam unit moneter, sebagai bahan olah akuntansi dan yang terpenting cost bukan
merupakan wadah layaknya biaya, rugi dan aktiva, sedangkan biaya merupakan
sesuatu yang bersifat pengurang atau merupakan suatu pengorbanan dalam
menciptakan pendapatan. Cost yang telah menjadi biaya tidak dapat lagi
dikonsumsi. Biaya merupakan objek yang harus diukur dengan cost dan bukan
sebagai pengukur itu sendiri. Hal ini sesuai dengan definisi yang dikemukakan
oleh FASB,
Cost is the sacrifice incurred in economic activities-that whice is given up or
forgone to consume, to save, to exchange, to produce, etc.
Expense are outflows or other using up of asset or incurrences of liabilities
(or combination of both) juring a period frome delivering or producing
goods, rendering service, or carrying out other activities that constitute the
entity’s ongoing major or central operation.
Sebagai contoh jika biaya menjadi padanan kata cost, maka cost of goods
sold dan cost of product tidak diterjemahkan sebagai harga pokok penjualan,
harga pokok produk, tetapi sebagai biaya barang terjual dan biaya produk. Ketidak
konsistenan dalam penggunaan istilah tersebut yang bisa membingungkan dunia
akademisi maupun praktisi, hal ini disebabkan karena biaya tidak memiliki makna
20
luas seperti halnya cost. Jadi dapat disimpulkan bahwa expense sangat tepat jika
diterjemahkan sebagai biaya, dan cost diserap dengan kata lain yang memiliki
makna yang general atau netral.
Biaya mempunyai makna sebagai sesuatu yang dikorbankan untuk
mencapai tujuan akhir, yaitu berupa penyerahan-penyerahan produk atau jasa
untuk memperoleh pendapatan. Pemahaman ini berbeda dengan pemahaman
kebanyakan orang yang memandang biaya hanya sekedar pengorbanan. Menurut
literatur akuntansi berbahasa Inggris menerangkan bahwa perusahaan mempunyai
tujuan khusus selain tujuan akhir. Pengorbanan sumber ekonomik untuk
memperoleh potensi jasa berupa mesin, bahan baku dan jasa lainnya yang
memproduksi barang, bukan merupakan tujuan akhir suatu unit usaha tetapi lebih
merupakan tujuan khusus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar