Menurut (Richin dan Dawson 1992 dalam Prima Naomi 2008)
berpendapat bahwa, materialisme adalah salah satu trait kepribadian yang
berkaitan dengan kepemilikan barang atau materi. Trait ini membedakan
seseorang dari orang lain terkait dengan apakah materi merupakan sesuatu yang penting dan memberinya identitas ataukah hanya merupakan sesuatu yang
sekunder. Salah satu komponen konsep diri yang penting adalah hubungan
seseorang dengan dunia material. Peneliti melihat perbedaan individu berkaitan
dengan bagaimana konsumen menilai kepemilikan seseorang. Tendensi untuk
mencapai kebahagiaan melalui kepemilikan benda tertentu disebut materialisme
(Mowen dan Minor, 2002: 280). Para peneliti menemukkan ciri orang yang dapat
di kategorikan materialistik yaitu: (1) Individu yang mengutamakan menghargai
dan memamerkan kepemilikan, (2) umumnya individu egois dan terpusat pada diri
sendiri, (3) individu mencari gaya hidup yang penuh dengan kepemilikan,
contohnya: mereka menginginkan untuk mempunyai tidak hanya ”sesuatu”, tetapi
lebih dari sebuah gaya hidup yang biasa dan sederhana, (4) yang dimiliki sekarang
tidak dapat memberikan kepuasan yaitu seseorang yang selalu mengharapkan
kepemilikan yang lebih tinggi agar mendapatkan kebahagian yang lebih besar
(Schiffman dan Kanuk, 2007: 129). Konsumen dengan nilai materialistik yang
tinggi sangat didorong untuk mengkonsumsi lebih banyak dari konsumen lainnya
(Wong, 1997 dalam Phau, 2009). Dalam kamus bahasa Inggris Oxford,
materialisme didefinisikan sebagai sebuah pengabdian untuk keinginan dan
kebutuhan material dan mengabaikan hal-hal rohani, sebuah cara hidup, pendapat,
atau kecenderungan didasarkan sepenuhnya pada kepentingan materi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar