Rabu, 11 Maret 2020

Penelitian cross-sectional Dalam Medis (skrispi dan tesis)

 Dalam penelitian cross-sectional peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Kata suatu saat bukan berarti semua subyek Pe diamati tepat pada saat yang sama, tetapi artinya tiap subyek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut. Jadi pada studi cross-sectional peneliti tidak melakukan tindak lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan. Desain cross-sectional merupakan desain yang sering digunakan baik dalam studi klinis maupun lapangan;desain ini dapat digunakan untuk penelitian deskriptif, namun juga dapat untuk penelitian analitik. Contoh penelitian cross-sectional deskriptif: 
 Penelitian persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif di suatu komunitas 
 Penelitian prevalens asma pada anak sekolah di Jakarta
  Penelitian indeks tuberkulin pada anak sehat. (Studi ini, meskipun memerlukan follow-up 48-72 jam untuk penilaian hasil uji tuberkulin, tetap disebut sebagai studi cross-sectional karena penyuntikan dan penilaian hasil merupakan satu kesatuan). 
Contoh penelitian cross-sectional analitik: 
 Beda proporsi pemberian ASI eksklusif pada berbagai tingkat pendidikan ibu
  Beda kadar kolesterol siswa SMP daerah kota dan desa 
 Beda prevalens penyakit jantung reumatik antara siswa lelaki dan perempuan 
 Peran berbagai faktor resiko dalam terjadinya penyakit tertentu. 
Dalam studi analitik cross-sectional yang mempelajari hubungan antara faktor resiko dengan penyakit (efek), observasi atau pengukuran terhadap variabel bebas (faktor resiko) dan variabel tergantung (efek) dilakukan sekali dan dalam waktu yang bersamaan. Dari pengukuran tersebut maka dapt diketahui jumlah subyek yang mengalami efek, baik pada kelompok subyek yang faktor resiko, maupun pada kelompok tanpa faktor resiko. Hasil pengukuran biasanya disusun dalam tabel 2 x 2. Dari tabel tersebut dapat dilihat prevalens penyakit (efek) pada kelompok dengan atau tanpa faktor resiko, dapat dihitung rasio prevalens, yakni perbandingan antara prevalens efek Pedoman Pemulisan Skripsi FKIK 35 pada kelompok subyek yang memiliki faktor resiko dengan prevalens efek pada kelompok subyek tanpa faktor resiko. Rasio prevalens memberikan gambaran peran faktor resiko terhadap terjadinya efek atau penyakit. Bila rasio prevalens sama dengan 1, artinya prevalens penyakit pada subyek dengan faktor A sama dengan prevalens pada subyek tanpa faktor A, maka faktor tersebut bukan merupakan faktor resiko. Bila nilai rasio prevalens lebih kecil dari 1 menunjukkan bahwa faktor tersebut merupakan faktor protektif (mencegah terjadinya efek). Namun dalam menilai rasio prevalens harus diperhatikan interval kepercayaan. Karena studi cross-sectional hanya mengukur prevalens, maka studi tersebut pula sebagai studi prevalens

Tidak ada komentar: