Selasa, 03 Maret 2020

model penskalaan dan pemberian skor (Skripsi dan tesis)

Ada beberapa model penskalaan dan pemberian skor (Periantalo, 2016) yaitu:
 1) Pilihan Dua
 Peneliti membuat jawaban yang sesuai dengan konstrak, situasi dan keadaan subjek. Hal yang paling penting adalah terdapat dua pilihan jawaban. Peneliti dapat membuat jawaban setuju-tidak setuju, pernah-belum pernah, diterima-ditolak, dan lain sebagainya. Saat subjek menjawab “Ya” pada aitem favorable, skor yang diberikan adalah 1, sedangkan ketika subjek menjawab “tidak” pada aitem favorable maka skor yang diberikan adalah 0 dan begitu pula sebaliknya.
 2) Metode Pasangan 
Metode ini dengan memasangkan dua konstrak sekaligus. Metode pasangan ini cocok untuk konstrak linear dan/atau bipolar. Untuk konstrak ortogonal, metode yang cocok berupa 46 metode pemasangan, karena ortogonal memiliki banyak aspek dan tidak memiliki nilai kesatuan. Metode pemasangan memiliki konsep yang serupa dengan metode pasangan. 
3) Likert Dalam skala likert terdapat dua jenis aitem yaitu favorable dan unfavorable. Kedua jenis aitem ini harus setara dalam jumlahnya. Aitem favorable mengarah pada konstrak yang hendak diungkap dengan pemberian skor “1, 2, 3, 4, dan 5”, sedangkan aitem unfavorable merupakan negasi dari konstrak yang hendak diungkap dengan pemberian skor kebalikan dari aitem favorable yaitu “5, 4, 3, 2, dan 1”. Respon sesuai digunakan untuk konstrak yang berhubungan dengan diri subjek. Model likert cocok untuk konstrak linear.
 4) Model Jenjang 
Model jenjang mirip dengan skala likert, yaitu bergerak dari suatu kontinum dan cocok untuk konstrak linear. Model jenjang ini lebih diperuntukkan untuk skala perilaku, dengan kegiatan konkret yang dilakukan dan dapat dilihat secara kasat mata. Dalam model jenjang ini, peneliti membuat respon yang spesifik. Salah satu contoh skala yang cocok dengan model jenjang adalah Skala 16 PF. Skala 16 PF merupakan model skala jenjang perilaku, dimana subjek diminta untuk memilih salah 47 satu jawaban yang menggambarkan diri sendiri, kemudian jawaban ditulis di lembar yang disediakan. Jenjang tersebut merupakan jenjang respon yang harus dipilih oleh subjek. Semakin mengarah ke konstrak maka nilai jenjang semakin tinggi.
 5) Semantik Diferensial 
Model ini diperkenalkan oleh Charles Osgood. Metode ini berfokus pada aspek sematif dari kata. Terdapat dua komponen yaitu stimulus dan respon. Stimulus berfokus pada objek yang hendak dikenai seperti pelajaran, profesi, kegiatan atau produk, sedangkan respon berupa pasangan dua kata sifat yang kontinum yang bergerak dari kutub kiri ke kanan. Metode Semantik Deferensial ini berguna untuk mengukur sikap, opini, perilaku dan pendapat. Respon dari semantik diferensial terdiri dari evaluasi, potensi dan aktivitas. Evaluasi yaitu dengan memberikan penilaian evaluasi terhadap stimulus berupa jahatbaik, jelek-cantik, kasar-lembut, dan penting-tidak penting. Respon potensi merupakan penilaian mengenai aktivitas yang dikandung stimulus seperti besar-kecil, lemah-kuat, berat-ringan dan susah-gampang. Sementara respon aktivitas adalah penilaian mengenai muatan aktivitas yang dikandung stimulus seperti jijiktakjub, dibenci-dicintai dan dihindari-ditunggu. Semantif diferensial tidak berfokus pada indikator maupun komponen,  tetapi peneliti membuat aitem kata sifat yang cocok dengan stimulus. Aitem dibuat sekreatif mungkin oleh peneliti. Semantif difereisal ini cocok digunakan untuk evaluasi terhadap suatu produk.
 6) Guttman 
Model guttman merupakan model penskalaan dengan urutan. Jika memilih jenjang yang lebih tinggi berarti memilih jenjang yang lebih rendah juga. Jenjang yang lebih rendah tersebut sudah dilaksanakan atau disetujui. 
7) Thurstone 
Aitem pada model thurstone memiliki bobot skor yang berbeda. Bobot aitem pertama berbeda dengan kelima ataupun kesepuluh. Berapa bobot aitem tersebut ditentukan sejumlah orang yaitu ahli teori maupun orang yang berpengalaman dalam hal tersebut

Tidak ada komentar: