1) Pilihan Dua
Peneliti membuat jawaban yang sesuai dengan konstrak,
situasi dan keadaan subjek. Hal yang paling penting adalah
terdapat dua pilihan jawaban. Peneliti dapat membuat jawaban
setuju-tidak setuju, pernah-belum pernah, diterima-ditolak, dan
lain sebagainya. Saat subjek menjawab “Ya” pada aitem
favorable, skor yang diberikan adalah 1, sedangkan ketika subjek
menjawab “tidak” pada aitem favorable maka skor yang
diberikan adalah 0 dan begitu pula sebaliknya.
2) Metode Pasangan
Metode ini dengan memasangkan dua konstrak sekaligus.
Metode pasangan ini cocok untuk konstrak linear dan/atau
bipolar. Untuk konstrak ortogonal, metode yang cocok berupa
46
metode pemasangan, karena ortogonal memiliki banyak aspek
dan tidak memiliki nilai kesatuan. Metode pemasangan memiliki
konsep yang serupa dengan metode pasangan.
3) Likert
Dalam skala likert terdapat dua jenis aitem yaitu favorable
dan unfavorable. Kedua jenis aitem ini harus setara dalam
jumlahnya. Aitem favorable mengarah pada konstrak yang
hendak diungkap dengan pemberian skor “1, 2, 3, 4, dan 5”,
sedangkan aitem unfavorable merupakan negasi dari konstrak
yang hendak diungkap dengan pemberian skor kebalikan dari
aitem favorable yaitu “5, 4, 3, 2, dan 1”. Respon sesuai
digunakan untuk konstrak yang berhubungan dengan diri subjek.
Model likert cocok untuk konstrak linear.
4) Model Jenjang
Model jenjang mirip dengan skala likert, yaitu bergerak
dari suatu kontinum dan cocok untuk konstrak linear. Model
jenjang ini lebih diperuntukkan untuk skala perilaku, dengan
kegiatan konkret yang dilakukan dan dapat dilihat secara kasat
mata. Dalam model jenjang ini, peneliti membuat respon yang
spesifik. Salah satu contoh skala yang cocok dengan model
jenjang adalah Skala 16 PF. Skala 16 PF merupakan model skala
jenjang perilaku, dimana subjek diminta untuk memilih salah
47
satu jawaban yang menggambarkan diri sendiri, kemudian
jawaban ditulis di lembar yang disediakan. Jenjang tersebut
merupakan jenjang respon yang harus dipilih oleh subjek.
Semakin mengarah ke konstrak maka nilai jenjang semakin
tinggi.
5) Semantik Diferensial
Model ini diperkenalkan oleh Charles Osgood. Metode ini
berfokus pada aspek sematif dari kata. Terdapat dua komponen
yaitu stimulus dan respon. Stimulus berfokus pada objek yang
hendak dikenai seperti pelajaran, profesi, kegiatan atau produk,
sedangkan respon berupa pasangan dua kata sifat yang kontinum
yang bergerak dari kutub kiri ke kanan. Metode Semantik
Deferensial ini berguna untuk mengukur sikap, opini, perilaku
dan pendapat. Respon dari semantik diferensial terdiri dari
evaluasi, potensi dan aktivitas. Evaluasi yaitu dengan
memberikan penilaian evaluasi terhadap stimulus berupa jahatbaik, jelek-cantik, kasar-lembut, dan penting-tidak penting.
Respon potensi merupakan penilaian mengenai aktivitas yang
dikandung stimulus seperti besar-kecil, lemah-kuat, berat-ringan
dan susah-gampang. Sementara respon aktivitas adalah penilaian
mengenai muatan aktivitas yang dikandung stimulus seperti jijiktakjub, dibenci-dicintai dan dihindari-ditunggu. Semantif
diferensial tidak berfokus pada indikator maupun komponen, tetapi peneliti membuat aitem kata sifat yang cocok dengan
stimulus. Aitem dibuat sekreatif mungkin oleh peneliti. Semantif
difereisal ini cocok digunakan untuk evaluasi terhadap suatu
produk.
6) Guttman
Model guttman merupakan model penskalaan dengan
urutan. Jika memilih jenjang yang lebih tinggi berarti memilih
jenjang yang lebih rendah juga. Jenjang yang lebih rendah
tersebut sudah dilaksanakan atau disetujui.
7) Thurstone
Aitem pada model thurstone memiliki bobot skor yang
berbeda. Bobot aitem pertama berbeda dengan kelima ataupun
kesepuluh. Berapa bobot aitem tersebut ditentukan sejumlah
orang yaitu ahli teori maupun orang yang berpengalaman dalam
hal tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar