Menurut Sekertariat Jendral KPU (2010) pentingnya peran pemilih
pemula karena 20% mereka merupakan bagian dari pemilih. Dengan
demikian jumlah pemilih pemula sangatlah besar, dan diharapkan dapat
menggunakan hak pilihnya dengan baik. Jangan sampai tidak terdaftar
dalam DPT atau kesalahan dalam menggunakan hak pilihnya.
Lahirnya dari kelompok ini secara langsung akan memunculkan
dampak pencitraan. Untuk pengamanan proses regenarisai kader politik
kedepan, walaupun memerlukan biaya yang tidak sedikit. Namun apabila
tidak mendapatkan dukungan dari kelompok ini, maka cukup merugikan
bagi para parpol atau kandidat yang ingin mendulang tinggi hasil dukungan.
Pemilih pemula kerap menampilkan sisi yang unik, sering kali
memunculkan kejutan dan akan menjanjikan secara kuantitas. Pemilih
pemula dengan antusiasme tinggi akan relatif rasional haus akan perubahan
yang positif. Pemilih pemula ditempatkan pada swing voters apabila memiliki
antusiastinggi namun keputusan belum bulat (www.indonesiamemilih.com
diakses 14 Maret 2013).
Partisipasi mereka belum memiliki ideologis
tertentu dan didorong oleh dinamika lingkungan politik lokal.Pemilih
pemula mudah dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, kerabat dan teman.
Selain itu juga media massa juga ikut berpengaruh seperti berita, spanduk,
poster, dll.
Bagi pemilih pemula yang masih sekolah adapun sosialisasi politik
iadapatkan melalui mata pelajaran PKn. PKn sebagai pendidikan politik
terutama dilakukan lewat sekolah merupakan bagaian dari sosialisasi politik.
Menurut Greenstein yang dikutip oleh Cholisin (2000:63), sosialisasi
politik diartikan sebagai keseluruhan belajar politik baik formal maupun
informal disengaja maupun tidak disengaja (Political socialization is all
poltical learning formal informal deliberate and unplanned).
PKn sebagai pendidikan politik berarti menyangkut belajar dan
mengajar tentang politik dan tentang aktor politik. Dalam hal tertentu
pendidikan politik sangat memprihatikan tentang distribusi kekuasaan untuk
memajukan rakyat (Renshon,1977:191). Dan PKn sebagai pendidikan
politik menurut James Coleman, akan menekankan bagaimana mewujudkan
warga Negara yang baik dalam arti mampu berpartisipasi dalam kehidupan
Politikya atau kehidupan nasionalnya (we call civic training that part of
political life of bis or ber nation) (Prewit & Dawson 1977:141).
60
Dengan demikian tampak jelas bahwa PKn merupakan sosialisasi
politik yang formal dan direncanakan (pendidikan politik) untuk mekankan
pada kemampuan berpartisipasi warga negara dalam kehidupan politik
nasionalnya. Adapun teori belajar politik yaitu:
a. Teori sistem
T
eori sistem dalam ilmu politik dikenalkan oleh Easton kemudian
Easton dengan kolengnya Jack Dennis mengaplikasikannya pada studi
sosialisasi politik. Sosialisasi politik dianggap memainkan peran
utama dalam menjaga kestabilan politik memunginkan sistem politik
yang sama berlaku terus menerus sehingga tercapai dan berada pada
suasana mapan dan mantap. Sosialisasi politik memungkinkan
terjadinya apa yang disebut Almond, (1960), sebagai “system
maintenance” (kemampuan bertahan suatu sistem politik secara terus
menerus meskipun samba mengalami perubahan-perubahan) (Prewitt
& Dawson, 1977:17-23, Alfian 1982:8).
Pola belajar politik atau sosialisasi politik menurut teori sistem di
arahkan untuk memelihara dan mengembangkan sistem politik ideal
yang hendak dibangun adalah sistem politik demokrasi Pancasila,
maka arah sosialisasi politik pada sistem ini
.
b. Teori hegemonik
Teori hegemonik berarti akan mengarahkan sosialisasi politik pada
dukungan sistem politik nasional. Oleh karena itu apa saja
pengembangan teori hegemonik dapat mengarahkan pada sosialisasi
politik yang akan meahirkan sikap untuk membenci atau memusuhi
pemerintah kalau ini dilakukan oleh kelompok oposan. Apa yang
diuraikan sejalan dengan prinsip teori hagemoni yang memang
merupakan proses sosialisasi politik yang mentransmisikan ideology
politik dari kelompok yang dominan kepada kelompok yang di
dominasi dalam masyarakat ( Prewitt Dawsom, 19977:24).
c. Teori Psikodinamik
Menurut teori ini pengalaman pada masa awal (kanak-kanak)
meninggalkan kesan yang sagat mendalamterhadap pembentukan
kepribadian seorang anak dan setelah mereka dewasa akan merespon
terhadap berbagai peristiwa dan rangsangan di tentukan oleh
kebutuhan-kebutuhan pada masa awal.dari perspektif ini, maka
kebutuhan-kebutuhan itu akan diadopsi anak ke dalam pandangan dunia politik, terutama yang akan memberikan kepuasan terhadap
kebutuhan pribadinya.
d. Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial ini, merupakan kebalikan dari teori psikodinamik.
Teori ini menekan pada faktor eksternal sebagai penentu orientasi
politik seseorang. Faktor eksternal yaitu penerimaan stimulus atau
penguatan yang berasal dari lingkungan. Pesan-pesan yang diterima
oleh individu dari lingkungan merupakan faktor yang krusial dalam
menentukan pandangan yang akan diadopsi oleh seseorang.
e. Teori Perkembangan Kognitif
Teori perembangan kognitif berada diantara teori psikodinamik dan
teori belajar sosial, yaitu menekankan pada interaksi antara
lingkungan dan perkembangan kapasitas individu berfikir. Menurut
teori ini kemampuan respond an pemahaman individu tentang sesuatu
dalam lingkungannya, sangat ditentukan oleh kapsitas berfikirnya.
Kualitas pemikiran anak cenderung sederhana dan lebih memahami
sesuatu secara abstrak, sedangkan pada remaja dan orang dewasa
sudag mulai berkembang kemampuaan berfikir yang lebih komplek
dan rinci.
Dengan demikian kualitas pemikiran merupakan faktor yang
menentukan perbedaan dalam pandangan dan sikap politik seseorang.
Sosialisasi politik dapat dinyatakan sebagai proses mewariskan,
memelihara, bahkan mengubah budaya politik suatu bangsa. Bagi bangsa
Indonesia budaya politik yang hendak diwariskan adalah budaya politik
partisipan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya politik Pancasila dan UUD
1945. Sosialisasi politik yang dilakukan pun sebaiknya yang mendukung
pengembangan budaya demokrasi. Oleh karena itu sosialisasi politik yang
tepat adalah mengacu pada teori system dan teori belajar sosial. Sedangkan
teori psikodinamik dan teori perkembangan kognitif digunakan untuk
melengkapinya. Sosialisasi politik dilakukan melalui berbagai bermacam-macam sarana.
Menurut Mohtar Ma’oed & Collin MacAndrews (2011: 46-49) sarana-sarana
sosialisasi politik melalui:
1) Keluarga. Pengaruh keluarga ini adalah dalam hal pembentukan sikap
terhadap wewenang kekuasaan (authority).
2) Sekolah. Sekolah memberikan pengetahuan kepada kaum muda
tentang dunia politik dan peranan mereka di dalamnya. Sekolah juga
merupakan saluran pewarisan nilai dan sikap-sikap masyarakatnya.
3) Kelompok pergaulan. Kelompok pergaulanini mensosialisasikan
anggota-anggotanya dengan cara mendorong atau mendesak mereka
menyesuaikan diri terhadap sikap-sikap atau tingkah laku di kelompok
itu.
4) Pekerjaan. Individu-individu mengidentifikasikan diri dengan suatu
kelompok tetentu seperti serikat buruh, dan menggunakan serikat itu
sebagai acauan dalam kehidupan politik.
5) Media massa. Disamping memberiakan informasi tentang peristiwaperistiwa politik, media massa juga menyampaikan langsung maupun
tidak langsung nilai-nilai utama yang dianut oleh masyarakat.
6) Kontak-kontak politik langsung. Tidak peduli betapa positif
pandangan terhadap sistem politik yang ditanam oleh keluarga
maupun sekolah, tetapi bila seseorang telah diabaikan oleh partainya,
ditipu oleh polisi, kelaparan tanpa ditolong, dan dipaksa untuk wajib
militer, pandangannya terhadap politik sangat mungkin berubah.
Pkn sebagai pendidikan politik merupakan salah satu bentuk sosialisasi
politik yang dilaksanakan melalui sekolah. Dengan pelajaran Pkn peserta
didik diajarkan mengenai hak kewajiban warga negara, sistem politik, budaya
politik, otonomi daerah, partai politik dan lain sebagainya. Yang pada
gilirannya peserta didik diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara secara bertanggungjawab.
63
Kemudian menurut Suhartono (2009:6) pemilih pemula mempunyai
kebudayaan yang santai, bebas, dan cenderung pada hal-hal informal mencari
kesenangan. Oleh sebab itu semua hal yang tidak menyenangkan baginya
akan dihindari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar