Jumat, 14 Februari 2020

Hubungan antara Spouse Support dan Work-Family Conflict (skripsi dan tesis)

Spouse support atau sering disebut dengan dukungan dari pasangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi work-family conflict. Spouse support berkaitan dengan dukungan pasangan untuk mengatasi tingginya intensitas waktu kerja di kantor dan di rumah pada istri. Sehingga, untuk menjadi seorang istri yang baik maka perempuan harus mampu menyeimbangkan segala bentuk tugas yang dijalankan ketika bekerja dan mengurus rumah tangga. Maka, hal yang paling dibutuhkan oleh seorang istri adalah dukungan dari suami atau pasangan agar apa yang dikerjakan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Namun, sebaliknya jika seorang perempuan yang memiliki peran ganda tidak mendapatkan dukungan yang kuat dari pasangan maka hal ini dapat mempengaruhi terjadinya work-family conflict. Jones dan Jones (Putrianti, 2007) menemukan bahwa adanya dukungan dari pasangan sangat berkaitan dengan suksesnya peran ganda (dual-career marriage) yang dijalankan oleh seorang istri. Dalam penelitiannya terdapat berbagai sikap seperti pasangan yang menunjukkan perasaan terancam akan rasa tersaingi dan kecemburuan status yang dimiliki oleh istri yang bekerja. Adapun, sikap suami yang tidak keberatan dengan dual-career yang dijalankan oleh seorang istri, selagi istri mampu memenuhi kebutuhan suami. Kondisi ini menunjukkan bahwa dukungan yang diberikan suami dapat memberikan kesejahteraan, kepuasan, kebahagiaan dalam keluarga dan karier yang dijalankan seorang istri sehingga mampu mengatasi terjadinya workfamily conflict. 
 Pentingnya dukungan sosial yang diberikan pasangan dapat mempengaruhi dilema yang dirasakan oleh seorang perempuan terkait pekerjaan dan keluarga (Suriyasam dalam Putrianti, 2007). Diperkuat dengan pernyataan bahwa dukungan dari pasangan yang diberikan secara konsisten dan intens dapat melindungi psikis individu dari kondisi stres sehingga meningkatkan kesehatan psikis oleh (Cassel & Cob dalam Putrianti, 2007). Hal ini membuktikan bahwa dukungan dari pasangan atau suami mampu mengurangi terjadinya stres pada istri yang berakibat pada work-family conflict. Ford, Heinen, dan Langkamer (Soeharto & Kuncoro, 2015) menyatakan bahwa keluarga menjadi hal utama bagi wanita yang sudah menikah sedangkan bagi pria yang sudah menikah pekerjaan menjadi hal yang penting bagi berlangsung nya finansial dan kesejahteraan rumah tangga. Wanita cenderung mengalami konflik dalam keluarga karena sifat kerja yang dijalankan oleh wanita bersifat rutinitas dan pekerjaan pria di dalam keluarga lebih luang. Sehingga, dalam hal ini adanya dukungan suami sangat dibutuhkan dilihat lebih jauh karena waktu suami dalam keluarga lebih luang sehingga sangat mungkin bagi suami untuk menjadi bagian dari spouse support untuk menghambat terjadinya work-family conflict pada istri yang berkarier. Diperkuat oleh pendapat dari Cohen dan Syme (Putri, 2011) dimana peran dari dukungan sosial terutama keluarga yaitu suami terhadap individu atau istri yang memiliki beban kerja yang berat dan rentan terhadap perasaan stres akan sangat bermanfaat, untuk dapat mengurangi peningkatan dan 35 mencegah terjadinya stres berkelanjutan, situasi krisis, dan peningkatan kualitas kesehatan dan kesejahteraan hidup pasangan. Soeharto dan Kuncoro (2015) menyimpulkan berbagai penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi terjadinya work-family conflict karena adanya dukungan sosial atau dukungan pasangan. Dukungan suami dapat berupa bantuan nasihat, tenaga, dan pengertian terhadap situasi yang dialami oleh istri. Dalam hal ini dapat mengurangi work-family conflict yang dialami oleh istri. Sehingga hasil penelitian dari Soeharto dan Kuncoro (2015) juga mendukung dari penelitian-penelitian sebelumnya bahwa terdapat kesesuaian model teoritis dengan data faktual yang mengasosiasikan spouse support, work-family conflict dan kepuasan kerja pada ibu rumah tangga yang bekerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh dari spouse support terhadap kepuasan kerja yang mana dapat mempengaruhi pihak ketiga yaitu workfamily conflict yang terjadi pada ibu rumah tangga yang berkarier. Maka, work-family conflict dapat diturunkan dengan adanya spouse support pada seorang istri. 
Gordon dan Whelan (Abd Razak dkk, 2010) menyatakan bahwa dukungan yang diberikan oleh suami merupakan sebuah pelengkap yang sangat penting bagi program keluarga sejahtera. Saat ini, pasangan atau suami dapat memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh istri yang bekerja, hal ini merupakan kunci utama untuk menyulap rumah, keluarga dan tanggung jawab pada masyarakat yang sukses. Didukung oleh pernyataan Aryee, Fields, dan Luk (Abd Razak dkk, 2010) dalam studinya yang mengungkapkan bahwa spouse support berhubungan negatif dengan work-family conflict karena dukungan pasangan dinilai sangat penting untuk mengurangi konflik dalam keluarga maupun pekerjaan yang disebabkan oleh stres yang dirasakan akibat pekerjaan dan pengasuhan yang tidak di atur dengan baik. Patel, Beekhan, Paruk, dan Ramgoon (2008) dalam penelitiannya ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara work-family conflict dengan spouse support, implikasi dari pernyataan ini bahwa dampak rendahnya dukungan dari pasangan sebagai support system dapat mempengaruhi stres pada perempuan sehingga menimbulkan terjadinya workfamily conflict. Hasil penelitian yang sama juga dijelaskan oleh Agustin (2016) bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara spouse support dengan work-family conflict. Hal ini berarti semakin tinggi spouse support maka semakin rendah work-family conflict, sebaliknya jika semakin rendah spouse support maka semakin tinggi work-family conflict. Dijelaskan bahwa, adanya dukungan pada pekerjaan dan pengasuhan dalam rumah tangga yang diberikan kepada seorang istri dapat menjadi pengaruh yang signifikan pada perempuan yang berkarier dan mengurus rumah tangga. Dalam hal ini, kemungkinan kecil akan terjadinya work-family conflict apabila seorang istri mendapatkan dorongan dan dukungan dari suami atau pasangannya

Tidak ada komentar: