Pengasuhan
Efikasi diri pengasuhan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
adalah keberfungsian keluarga (Carless, Melvin, Tonge, & Newman, 2015).
Keberfungsian keluarga diartikan sebagai suatu keadaan dalam keluarga dimana
setiap unit dari keluarga mampu menjalankan tugas-tugas dasar dalam kehidupan
sehari-hari di keluarga yang berkaitan dengan pemecahan masalah, komunikasi,
peran, respon afektif, dan kontrol perilaku dengan baik (Epstein, Baldwin, &
Bishop, 1983). Keberfungsian keluarga menjadi penting bagi efikasi diri
pengasuhan ibu disebabkan dalam menjalankan peran dan tanggung jawab
mengurus rumah tangga sekaligus sebagai pengasuh utama ibu menghadapi
berbagai macam konflik dan tantangan sehingga dengan memiliki keluarga yang
berfungsi dengan baik, dimana di dalamnya terjadi interaksi-interaksi yang saling
30
membantu, terbuka, dan penuh kasih sayang sehingga ibu dapat mengatasi
permasalahan dan tantangan pengasuhan yang dihadapi secara lebih positif.
Keluarga yang kuat adalah yang mampu menyelesaikan konflik dengan
menggunakan keterampilan penyelesaian masalah (problem solving) yang baik
daripada saling menyalahkan (Lian & Lin, 2010). Keluarga yang berfungsi baik
tidak dicirikan dengan tidak adanya masalah namun kemampuan keluarga tersebut
mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang positif.
Berdasarkan hasil
penelitian Yekta dan Malayeri (2015), sebuah keluarga dimana orang tua memiliki
kemampuan menyelesaikan masalah yang baik berhubungan rendahnya masalah
perilaku anak. Keluarga yang berfungsi dengan sehat akan membuat langkahlangkah yang digunakan untuk menyelesaikan masalah terlebih dahulu,
mendiskusikan permasalahan, mengkomunikasikan permasalahan tersebut satu
sama lain, dan memutuskan tindakan yang tepat (Epstein dkk, 2003). Penyelesaian
masalah yang positif dapat memunculkan emosi positif (Yekta & Malayeri, 2015).
Penyelesaian masalah dalam keluarga yang positif dapat menghilangkan emosi
yang tidak menyenangkan saat ibu menghadapi situasi dan perilaku sulit anak. Di
dalam praktik pengasuhan yang dijalankan, ibu tidak menggunakan kekerasan. Ibu
dengan efikasi diri pengasuhan yang baik tidak menggunakan kekerasan dalam
pengasuhan yang dijalankan (Murdock, 2013).
Dimensi kedua dari keberfungsian keluarga adalah komunikasi. Komunikasi
sangat berperan terhadap efikasi diri pengasuhan ibu. Proses komunikasi yang
terjadi dalam sebuah keluarga dapat menjadi indikator keluarga yang sehat dan
berfungsi dengan baik.
Di dalam keluarga dengan komunikasi yang berfungsi baik, anggota keluarga akan sering menghabiskan waktu bersama dan melakukan
komunikasi yang terbuka. Semua anggota keluarga terilbat dalam pengambilan
keputusan yang terkait dengan keluarga. Keluarga dengan orientasi komunikasi
yang terbuka merupakan bentuk keluarga yang paling baik untuk semua anggota
keluarga (Bakar & Afthanorhan, 2015). Akibatnya, setiap anggota dalam keluarga
merasakan harga diri yang tinggi. Hal ini dapat meningkatkan efikasi diri
pengasuhan ibu. Harga diri yang tinggi memiliki hubungan dengan efikasi diri
pengasuhan yang tinggi (Mahmoudi, 2015). Ketika ibu menghadapi perilaku dan
situasi sulit, ibu akan mengkomunikasikan semua kesulitan-kesulitan yang dihadapi
kepada anggota keluarga lainnya. Menurut Lian dan Lin (2010), di dalam sebuah
keluarga yang berfungsi baik, anggota keluarga akan memberikan respon-respon
dan bersama-sama mencari solusi yang efektif untuk membantu kesulitan yang
dialami. Ibu yang mendapatkan respon baik atas permasalahan yang dikeluhkan
akan melihat situasi secara lebih positif.
Dimensi ketiga dari keberfungsian keluarga adalah peran (roles). Peran yang
dimaksud adalah setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawab yang
jelas dalam keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki peran untuk saling
mendukung satu sama lain. Ibu yang memiliki keluarga dengan aturan dan
tanggung jawab masing-masing anggota keluarga jelas maka setiap anggota
keluarga akan memberikan dukungan dan bantuan kepada anggota keluarga lainnya
setiap kali menghadapi permasalahan (Young, 2011). Salah satu dukungan yang
penting untuk ibu dalam menjalankan peran pengasuhan adalah dukungan
emosional. Dukungan emosional yang didapatkan ibu dapat meningkatkan efikasi
32
diri pengasuhan dengan membantu ibu mengelola perasaan yang timbul dalam
proses pengasuhan anak (Suzuki, Holloway, Yumamoto, & Mindnich, 2009).
Perasaan-perasaan negatif yang muncul ketika proses pengasuhan dapat dikelola
dengan menjadikan perasaan ibu lebih positif dalam melihat situasi dan perilaku
sulit anak.
Dimensi keempat adalah respon afektif (affective responsiveness). Respon
afektif adalah sejauhmana setiap anggota di dalam keluarga dapat mengekspresikan
emosi secara bebas tanpa harus takut tidak diterima. Penting bagi setiap anggota
keluarga untuk mampu merespon setiap kejadian yang terjadi dengan emosi yang
tepat. Respon emosi yang tepat membantu anggota keluarga untuk terlibat lebih
dalam kejadian yang dialami anggota keluarga lainnya (Peterson & Green, 2009).
Respon positif yang didapatkan ibu ketika mengkomunikasikan masalah yang
dihadapi terkait pengasuhan anak kepada anggota keluarga akan menciptakan
perasaan senang dan bahagia sehingga dapat meningkatkan efikasi diri pengasuhan
(Angley dkk, 2014). Dengan kondisi emosi ibu yang positif maka ibu dapat
memandang perilaku dan situasi sulit anak secara lebih positif.
Dimensi kelima dari keberfungsian keluarga adalah keterlibatan afektif
(affective involvement). Keterlibatan afek merupakan sejauh mana anggota
keluarga menunjukkan ketertarikan dan penghargaan kepada aktivitas dan minat
anggota keluarga lainnya. Keluarga yang berfungsi secara efektif di dalamnya
terdapat suasana yang penuh dengan kedekatan dan keterbukaan terhadap setiap
emosi-emosi anggota keluarganya. Ketika anggota keluarga tersedia untuk
menyampaikan emosi dan perasaannya serta menggunakan kesempatan ini untuk
33
menyampaikan pengetahuan dan cara untuk mengelola emosi yang dirasakan,
kesadaran dan regulasi emosional ibu akan berkembang (Hurrel, Hudson, &
Schniering, 2014). Di dalam suasana tersebut setiap tindakan ibu akan diterima dan
dihargai, termasuk didalamnya pengungkapan perasaan ibu terhadap kesulitannya
dalam menghadapi perilaku dan situasi sulit anak ini. Kesediaan anggota keluarga
untuk bersedia mendengarkan dan merasakan apa yang dialami ibu dapat
menimbulkan emosi yang lebih positif pada diri ibu yang kemudian dapat
meningkatkan efikasi diri pengasuhan ibu.
Kontrol perilaku (behavioral control) yang merupakan dimensi keenam dari
keberfungsian keluarga. Kontrol perilaku mengacu pada pola perilaku yang
digunakan keluarga untuk menghadapi situasi keluarga, seperti konflik. Keluarga
yang memiliki kontrol perilaku yang fleksibel dan mudah beradaptasi dengan
perubahan situasi keluarga memiliki hubungan yang lebih sehat dibandingkan
keluarga yang kaku ketika dihadapkan pada situasi sulit dalam keluarga (Epstein,
Baldwin, & Bishop, 1983). Ibu dengan kontrol perilaku dalam keluarga yang
fleksibel dan mudah beradaptasi tidak menunjukkan perilaku kasar dalam proses
pengasuhan yang dijalankannya. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Peterson
dan Green (2009) bahwa kontrol perilaku dalam keluarga yang fleksibel
menghadapi permasalahan melalui diskusi dengan tenang tidak dengan terlibat
dalam peran argumen yang panas atau memilih menghindari masalah. Hal ini dapat
meningkatkan efikasi diri pengasuhan ibu. Sansom (2010) menjelaskan bahwa ibu
dengan efikasi diri pengasuhan yang tinggi tidak menampilkan perilaku kasar
terhadap anaknya melainkan melihat situasi sulit proses pengasuhan anak sebagai
34
tantangan dibandingkan sebagai ancaman dan percaya kepada kemampuan yang
dimiliki serta mampu menunjukkan ketekunan dalam mengahadapi situasi sulit
dalam pengasuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar